열여덟

1.2K 264 33
                                    

"Aku mau."

Guanlin tersedak kimbabnya. Ia tidak salah dengar, bukan?

"Aku sudah naksir Kak Guanlin diam-diam, asal Kak Guanlin tahu saja," Seonho cengengesan, "aku malu sebenarnya, tapi, biarkan. Aku nggak mau nyembunyiin ini lagi."

"Jadi, gosip dulu itu bener-"

"Gosip apa?!" Seonho memotong cepat, malu.

"Ya itu, waktu kamu ada masalah sama kakak dan yang lain. Kak Daniel bilang kamu naksir kakak sampai bela-belain pulang sore," Guanlin menyeringai, "ternyata benar."

"Ya ampun, bodoh," Seonho menepuk-nepuk dahinya, "malu-maluin, sampai ketahuan."

"Ya sudahlah, itu kan dulu. Sekarang kakak juga naksir kamu kok."

Seonho memerah, Guanlin tersenyum.

"Peluk?"

"Hng?"

Tanpa berniat mendengar jawaban selanjutnya, Guanlin segera memeluk tubuh di sampingnya. Rasanya hangat, meski Seonho lebih kecil darinya. Pelukan itu benar-benar sama hangatnya dengan perlakuan lembut Seonho padanya selama ini.

"I love you, sooooo much."

"Aku sudah tahu, Kak," Seonho mengusap punggung kekasihnya, "aku memang loveable."

"Hm? Mulai pede?"

"Biar bukan Kak Guanlin terus yang pede!" Seonho melepas pelukannya, cemberut, "oh iya, tadi di sekolah aku lihat Kak Jihoon sama Kak Jinyoung."

"Bae Jinyoung?"

Seonho mengangguk, "Di kopsis, berdua aja. Tapi, itu masih pagi banget."

"Padahal Jihoon pernah jadi penganut anti-Jinyoung, lho," Guanlin tertawa, "Jinyoung dulu naksir berat sama Jihoon. Tapi, Jihoon malah pacaran sama Woojin. Patah hati dia, padahal sudah ngelakuin apapun buat Jihoon, sampai Jihoon ilfeel."

"Kata orang, jangan terlalu benci, nanti malah jadi sayang."

"Jadi?"

"Ya lihat saja Kak Guanlin. Sekarang sayang sama aku, kan?"






-Cigarette-






"Kamu mau makan apa?"

"Apa saja, yang cepat," Hyungseob melirik jam tangannya, "aku nggak bisa sampai malam, nih, Jin."

"Huh, buru-buru banget."

"Ya kamu, ngajak makan tiba-tiba. Belum izin sama orang rumah, nanti diomelin."

"Ya sudah, nanti aku yang izinin," Woojin berkata enteng sambil membaca menu, "sekalian minta izin buat jadi pacar kamu."

"Ngalus aja, sih."

"Tapi, kamu suka, kan?"

"Nggak."

"Perkataan sama kenyataan kadang nggak pas," Woojin tersenyum, aneh, "lihat, pipimu saja sudah merah."

"Sialan, Park Woojin."

"Tunggu, aku mau pesan."

Setelah mendapat anggukan dari Hyungseob, Woojin pergi memesan. Tak sampai lima menit setelahnya, ia kembali.

"Satu Chick n Fillet dan satu Fish Fillet super praktis, ditambah dua Krusher Frizzy Choco," katanya lancar.

"Kayaknya kamu harus kerja part time jadi waiters deh, Jin."

"Waiters seganteng aku?" Woojin kembali duduk, "nggak yakin restorannya muat buat penggemarku."

"Kurang-kurangin nyemil mecin," Hyungseob mengambil pesanan Woojin untuknya, "sebentar lagi kita kelas tiga, kamu sudah ada rencana mau kuliah di mana?"

Woojin mengedikkan bahu sambil mengunyah makanannya, "Kamu sendiri mau kemana?"

"Belum tahu."

"Ya sudah, kalau sudah tahu, bilang aku."

"Buat apa?"

"Aku ngikut kamu aja, deh," Woojin nyengir, "nggak kuat rasanya jauh dari kamu."






-Cigarette-






"Aku langsung pulang, ya, Kak?" Seonho tersenyum, kini mereka berdua telah sampai di depan rumah Guanlin setelah berjalan-jalan. Sekarang hampir gelap.

"Iya," Guanlin mengelus rambut Seonho, "maaf ya, harusnya kakak yang nganter kamu pulang, jadi kebalik gini."

"Bilang gitu kalau sudah bener-bener sembuh, oke?"

"Kamu yakin berani pulang sendirian? Atau aku pesan taksi buat kamu?"

"Nggak usah, biasanya juga naik bus," Seonho menggeleng, "masuk sana, Kak, istirahat sampai jadwal kemo ketiga. Jangan kecapekan."

"Bawelnya."

Yang bawel cemberut, "Seonho pulang, kalau ada apa-apa telepon aja, Kak."

"Harusnya kamu yang telepon kakak kalau ada apa-apa."

"Sekarang bukan saatnya harusnya, aku mau jagain Kak Guanlin dulu sampai sembuh."

"Makin sayang."

"Siapa?"

"Kamu, bikin kakak makin sayang."

"Kalau sayang, harus sembuh."






-Cigarette-






Jihoon baru saja pulang, klub dance latihan hari ini. Kalau saja bukan karena supirnya yang mengambil cuti dan ponselnya yang lowbatt, ia tidak ingin naik bus selarut ini.

"Kak Jihoon?"

Baru saja masuk bus, sudah melihat seseorang yang sedang tidak ingin ia lihat.

"Duduk sini," orang itu bergeser, memberikan bangku pada Jihoon, "di belakang penuh, lho. Banyak yang baru pulang kerja."

Jihoon meneliti sekitar tanpa menjawab. Benar saja, tidak ada bangku kosong kecuali di samping orang itu, Seonho.

"Ya," Jihoon akhirnya duduk, malas juga jika harus berdiri sampai ke halte dekat rumahnya.

"Kak Jihoon baru saja pulang? Klub?"

"Ya," Jihoon menjawab singkat. Namun, pertanyaan mulai berkeliaran di pikirannya ketika melihat seragam yang menempel pada tubuh Seonho, "kamu juga baru pulang?"

"Sebenarnya tidak," Seonho menggaruk tengkuknya, "sepulang sekolah, aku pergi dengan err, Kak Guanlin, jadi, baru saja pulang."

Sudah. Jihoon sudah malas berbicara, lebih baik diam.

"Ngomong-ngomong, Kak Jihoon dan Kak Jinyoung," Seonho memenggal kalimatnya, takut jika salah berbicara, "di kopsis.. kenapa pagi sekali?"












Author note :

Happy birthday, Yoo Seonho! 💕

Cigarette +guanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang