스물

1.2K 245 23
                                    

18 Februari 2018

Aku tidak pernah berpikir tentang betapa sulitnya mencintai seseorang. Hingga aku bertemu dia yang membuatku jatuh. Kini, aku tidak bisa bangkit kembali, bahkan ketika aku telah mencoba. Dia, Guanlinku.







-Cigarette-







"Kak Guanlin?"

"Hm?"

Seonho tersenyum manis. Di hadapannya kini, Guanlin menatapnya sayang. Dia sehat. Guanlin telah sembuh dari penyakitnya.

"Aku nggak pernah berpikir kalau aku bisa jauh dari Kak Guanlin."

Guanlin mengernyitkan keningnya.

"Memang seharusnya kamu nggak jauh dari aku, kan?"

Seonho diam. Ingatannya kembali pada keberangkatannya ke New York. Ia belum menemukan cara yang tepat untuk memberi tahu Guanlin.

"Aku pengin ngomong."

"Boleh," Guanlin tersenyum, "apa, sayang?"

"Jangan lihat aku kaya gitu, Kak."

"Kenapa?"

"Aku jadi makin sayang," Seonho menunduk, malu.

"Aku juga selalu makin sayang sama kamu, kok."

"Huh," Seonho memutar bola matanya, "aku serius."

"Iya, mau ngomong apa?"

"Aku bakal pergi jauh, Kak."

"Kemana? Ke rumah nenek kamu?"

"New York."

"What?" Guanlin melotot, "jangan becanda, nggak lucu."

Seonho menyodorkan amplop berisikan surat undangannya pergi ke New York. Masih utuh surat itu, tidak kusut sedikitpun.

Butuh beberapa waktu untuk Guanlin dapat mencerna kalimat-kalimat dalam surat itu, hingga akhirnya ia mendongak, menatap tajam kedua manik Seonho.

"Kenapa baru ngomong?"

"Aku nggak tahu gimana caranya."

"Keberangkatannya tinggal semester depan, loh, Ho."

"Iya, aku tahu," Seonho memainkan jarinya, "tapi... maaf."

"Ya sudah, sekarang mau kamu apa?"

Seonho tidak ingin menjawab.

"Kamu ngajak ketemuan hari ini karena pengen putus?"

"Ya ampun, Kak, enggak gitu," Seonho hampir menangis, "Kak, aku cuma pengin ngomong tentang itu."

Guanlin luluh, ia tidak bisa melihat Seonho menangis. Ia memeluk kekasihnya itu, erat.

"Maaf," Guanlin mengusap punggung Seonho, "aku nggak marah, kok."

Cigarette +guanhoWhere stories live. Discover now