14. Bencana (Part 3)

2.5K 260 14
                                    

JIKA gelap yang kalian kira Naja pingsan, bukan.
Gelap itu karena tiba-tiba lampu di hall mati. Oh bukan hanya di hall, ternyata listrik 1 hotel mati semua.

Naja yang masih menggapai mencoba mengapung sembari menunggu Reja yang menuju kearahnya.

Naja menyesali dulu saat Papa masih ada dan mengajari mereka berenang, hanya Naja sendiri yang sering mangkir dan ngebantah.

Tapi diam-diam, kata-kata Papa terngiang ditelinganya.

"Kalo tenggelam, jangan banyak gerak! Kalo kamu panik, air makin narik kita kedalam!".

Pelan tapi pasti Naja mendiamkan dirinya. Awalnya sulit, karena ia merasa dirinya akan tenggelam.

Namun ia menarik napas perlahan, mencoba menenangkan diri dan bersahabat dengan air.

Thanks God!

Untuk pertama kalinya, Naja mensyukuri tubuh bongsornya, karena ia benar-benar mengapung sekarang. Dengan mata yang terpejam.

Namun ketenangannya tak bertahan lama, ketika ia merasa air disekitarnya bergoyang.

"Naja!". Kemudian sepasang tangan mendekap tubuhnya, dan beberapa waktu kemudian, ia merasa depan tubuh nya bersandar di sebuah punggung.

Serasa terbang, Naja tidak menyadari apapun hingga akhirnya ia sadar dirinya sudah terbaring ditepi kolam.

Dan ketika ia lihat sepasang tangan melayang diudara, Naja refleks terbangun dan duduk, sambil terbatuk-batuk.

"Lo gapapa, Na?". Naja mencoba melihat kearah suara.

"Reja!". Serunya kemudian ia memeluk Reja.

Reja tersenyum, lalu mengusap punggung Naja, "Lo aman sama gue disini."

Naja melepas pelukannya dengan paksa lalu menoyor Reja, "Terakhir kali lo bilang gitu tadi, dan sekarang gue nyaris tenggelam! Masih mau janji juga lo, ha?". Naja memukul-mukul dada Reja berulang kali.

Reja bukannya kesakitan, tapi malah meringis geli, "Lo itu ya! Bukannya makasih karna udah gue selamatin!".

"Lo nyelamatin gue dengan cara nyium gue?". Tanya Naja tepat ke sasaran. Dan Reja merasa wajahnya memanas. Reja terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Namun sesaat kemudian ia merasa lega ketika Naja memejamkan matanya. Tanda bahwa Naja melupakan topik ciuman yang sialnya membuat Reja malu.

Lalu Naja mengelap wajahnya yang masih sangat basah dengan tangan, ketika ia ingat sesuatu, wajahnya seketika berubah panik, "Nasha mana, Ja? Nasha mana?".

"Gue gatau! Baru aja gue mau nanya sama elo yang sedari tadi bareng dia."

"Iya, tadi dia ke toilet. Katanya perutnya sakit banget. Lama banget Nasha, makanya tadi si Mak Lampir datang. Masa lo ga lihat Nasha?". Naja mendecak khawatir, dan berusaha bangun meski keadaan di sekitar kolam sangat licin, dan didalam kolam penuh dengan properti panggung yang runtuh akibat dirinya.

Reja menahan Naja, "Jangan gerak dulu! Napas lo pasti sesak karena abis tenggelam! Tunggu disini, biar gue cari Nasha!".

Reja yang hendak bangun kini gantian ditahan lengannya oleh Naja, "Jangaaan, Ja." Naja menggeleng. "Ntar Lauren kesini lagi, gue malas ribut sama dia! Gue ikut, ya?".

Reja menghela napas pasrah kemudian mengangguk.

Reja kemudian membantu Naja bangun dari duduknya karena ditepi kolam sangat licin dan ia takut jika gadis itu bakal kepeleset lagi.

***

Mereka berjalan menyusuri hall yang tidak terlalu ramai seperti tadi, yang hanya disinari emergency lamp yang memang selalu disediakan jika-jika kejadian seperti ini terjadi.

Me & Fat BurnerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora