#ExtraStory from Narya : Ditembak

3.5K 300 15
                                    

SEHARUSNYA Narya sudah di lapangan basket sekarang untuk latihan. Tapi karena seseorang yang memintanya untuk ke perpustakaan, ia terpaksa menunda.

Narya berjalan menyusuri rak, rak khusus tentang olahraga.

"Makasih lo udah mau datang." Narya kontan melihat ke arah pintu.

"Pantesan, ternyata elo." sahut Narya datar.

***

"Ya, ada surat buat lo." Kata Delia, si bigos kelas pada Narya yang baru datang.

"Siapa?". Tanya Narya. Delia cuma mengangkat bahu sambil memberi surat ke Narya.

Gue tunggu lo di perpus pulang sekolah. Tenang aja, Bu Irma ga masuk!

-Anon.

Pantas saja yang mau ditemuinya ini tau bahwa Bu Irma, penjaga perpustakaan  tidak masuk. Terlebih lagi harusnya pintu ini terkunci.

Tapi semua bisa saja kan diatur jika yang berkeperluan adalah anak kepala yayasan?

"Apa mau lo? Gue harus latihan, Yol." Perhatian Narya kini kembali pada rak buku. Mengalihkan fakta bahwa jantungnya saat ini berdegup kencang.

Yoli, yang masih berdiri di pintu, mendekat kearah Narya. Dan berdiri disamping tubuh jangkung Narya.

"Gue... gue mau ngomong sesuatu sama lo, penting." Kata Yoli pelan.

Narya menarik tangannya dari rak, lalu membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah Yoli. Kini mereka berhadapan.

Mata hitam Narya menghujam lurus di manik mata kecoklatan Yoli.

"Gue suka sama lo." Yoli berbicara nyaris tanpa suara.

Gadis itu tertunduk. Malu.

Narya terdiam. Sekelebat kenangan melintas dibenaknya.

"Gue ga suka pacaran sama anak cupu! Maaf!" Kemudian gerombolan gadis itu tertawa.

Narya yang malu setengah mati ditolak didepan keramaian, segera mundur dan pergi dari sana.

Cewek itu, cewek yang menolaknya, saat ia masih kelas 10 dan cupu, kini berdiri dihadapannya, 'mengemis' kembali untuk cintanya. Ya meski tidak cupu banget, Narya juga nggak pake kacamata, tapi Narya saat itu masih 'kurang gaul'.

Narya tahu, sejak itu ia menjaga jarak dari Yoli. Beruntunglah mereka tidak pernah sekelas hingga kini.

Kabar penolakan Yoli saat itu yang membuat Narya malu, sudah mulai tenggelam saat Narya bergabung ke tim basket sekolah. Narya bagaikan kepompong yang berkembang jadi kupu-kupu.

Penolakan itu juga yang membuat Narya terluka sedemikian rupa, hingga kini tidak ada yang bisa meluluhkan hatinya kecuali rengekan Naja, kakaknya saat minta TR.

Namun diam-diam, nama Yoli masih tersimpan rapi dihatinya. Narya tidak pernah menaruh dendam. Hanya saja, Narya memilih menjauh, seperti orang yang tidak pernah kenal.

Meski akhir-akhir ini, teman-temannya berkata padanya bahwa Yoli sering diam-diam memerhatikan Narya.

Dan sekarang, adalah dialog pertama mereka setelah hampir 2 tahun berlalu.

"Gue. Anak. Cupu. " kata Narya dengan penuh penekanan. Membuat Yoli mendongakkan kepalanya, menatap tak percaya.

"Itu dulu. Gue minta maaf atas kelakuan jahat gue ke elo dulu." Mata Yoli berkaca-kaca.

Narya membuang wajah kesamping. Menghindar untuk memandang Yoli.

"Gue.. Ntahlah." Narya melewati tubuh Yoli dan bergerak ke arah pintu.

Me & Fat BurnerWo Geschichten leben. Entdecke jetzt