8. Rumah Reja (Re-post)

2.7K 272 18
                                    

SEBELUMNYA, Naja memang sudah pernah kerumah Reja yang asli. Bukaaan, maksudnya bukannya selama ini rumah Reja itu palsu dari kantong plastik, tapi rumah ortu Reja.

Reja selama ini tinggal di sebuah rumah kos bersama teman-teman sesama anak kuliahan, yang beda kampus dan jurusan.

Makanya Naja ga terlalu sering main kerumah Reja, ngapain kerumahnya kalo si empunya yang ia kenal gaada?

Dan tentu aja, Naja bukan tipe cewek sembrono yang mau main ke tempat yang penuh cowok, seperti rumah kos Reja. Itu mah sama aja kayak masuk ke kandang buaya, buaya darat pula.

Meskipun Naja sendiri merasa bahwa dirinya yang gendut ini ga bakal ada yang godain, gaada yang suka sama tong beras kan?

Tapi tetap aja, jika diibaratkan cowok itu kucing, cewek adalah daging. Mana ada kucing yang nolak daging segar?

Oke. In this frame, Naja merasa dirinya juga bukan daging segar, melainkan daging expired tak layak pakai, atau daging sapi gelondongan yang seumur hidupnya disumbat air, yaa pokoknya ga sehat deh.

Eh tapi tetep daging juga kan? Emangnya kucing milih kalo mau makan? Pernah lihat kucing belanja daging segar?

Intinya, Naja tidak mau bergaul dengan cowok sembarangan, apalagi sampe datang ke sarangnya, terlepas soal daging expired tadi, hal itu tetap aja gak baik buat cewek. Seperti kata Mama, pamali gitu loh.

Oke lupakan.

Reja memilih tinggal di kos karena ingin mandiri. Untuk uang kuliah dan kos, ia mengharapkan bulanan kiriman ortunya. Tapi kendaraan dan uang jajan, adalah hasilnya bekerja sambilan, Reja kerja di bengkel gitu deh.

Reja cuma pulang Jumat-Sabtu-Minggu saja.

Dan hari ini, Reja mengajak Naja kerumahnya, Reja dapat kabar bahwa Uminya sakit.

Rumah lantai 2 itu tampak sepi. Karena Abi Reja sering ke Malaysia, antar jemput barang untuk toko sepatu keluarga mereka. Cuma ada Umi Reja dan seorang pembantu mereka. Reja juga anak tunggal.

"Umi mana, Mbu?". Tanya Reja saat Ambu-panggilan Reja pada wanita paruh baya yang merupakan pembantunya itu membuka pintu.

"Umi diatas. Baru aja selesai makan. " jawab Ambu. "Eh Neng Naja geulis, mau makan?". Seru Ambu pada Naja yang sudah dikenalnya.

"Ambu masak apa?". Tanya Naja dengan wajah berbinar. Tau aja si Ambu mah, orang baru pulang kuliah pasti laper.

Dan Naja juga sudah hafal, soto Bandung dan cireng buatan Ambu selalu membuatnya melayang keenakan. Reja juga cerita, bahwa Ambu ini sangat rajin masak.

"Ambu cuma bikin pepes hari ini. Mau?".

Naja langsung mengangguk dengan cepat, "Mau mau, Mbu!"

Reja mencubit lengan Naja hingga gadis itu meringis kesakitan, "Apaan sih?". Sungut Naja.

"Eh Babuntal, kita mau jenguk Umi! Jangan salpok lo!" Omel Reja.

"Yang boleh manggil gitu cuma Narya sama Nasha! Lo ga berhak!". Protes Naja. Dan kening gadis itu langsung ditoyor sama Reja yang lebih tinggi darinya.

Ambu cuma tertawa melihat sepasang sahabat ajaib itu.

"Yaudah deh, Mbu. Bilang sama pepesnya, Naja mau jenguk Umi dulu. Nanti Naja apelin pepesnya deh."  Ambu ketawa lagi karena perkataan nyeleneh Naja.

Gadis gendut itu selalu menebar keceriaan kemana pun ia pergi. Sikap konyol, pipi tembem, dan perkataan yang keluar dari mulutnya yang selalu diluncurkan tanpa mikir terlebih dahulu.

Me & Fat BurnerWhere stories live. Discover now