6. Seteru

3K 321 2
                                    

RUMAH nampak lengang.

Naja yang baru pulang kuliah keheranan mendengar suara Mama yang sengau saat menjawab salam, Mama sepertinya didapur.

"Mama?". Sapanya lembut.

Dilihatnya Mama yang menelungkupkan wajah di meja makan.

Mama tidak berbicara apapun, kecuali suara isak perlahan yang beradu dengan permukaan meja makan yang terbuat dari kaca.

"Mama kenapa?". Tanyanya pelan. Lalu duduk disamping Mama.

Mama mengangkat kepala, lalu mengelap wajah dengan kain kerudungnya.

"Mata Mama sembab, Mama kenapa?".

Mama menggeleng pelan. Namun Naja masih bisa melihat bekas air mata di pipi Mamanya itu.

"Cerita dong, Ma. Naja khawatir." pujuk Naja pelan. Mama hanya menghela napas berat.

Naja mengelap pipi Mama sekali lagi, lalu bangun dan mengambil segelas air putih.

Mama menerima gelas yang disodorkan Naja lalu meminumnya.

Naja menunggu dengan sabar.

"Tadi Mama berantem sama kakakmu. "Jawab Mama pelan.

Mata Naja membulat, "Berantem kenapa, Ma? Kenapa Nasha?".

Mama menunjukkan sebuah piring di meja, yang Naja tidak sadari keberadaannya sejak tadi.

***

Biasanya Naja tidak pernah menunggu kepulangan Nasha seperti ini. Namun ia tidak sabar.

Gadis bertubuh bongsor itu bolak-balik didepan pintu ruang tamu.

Mama sudah ia antar kekamar untuk istirahat.

Ia benar-benar geram pada Nasha.

"Lo ngapain kayak setrikaan gitu?". Narya baru pulang dari tanding, dilihat dari peluh yang masih menetes di dahinya.

"Gue nunggu Nasha." jawab Naja datar.

"Tumben, lo mau ikutan jadi model ya, Bun?". Tanya Narya sambil nyengir kuda.

Naja melotot padanya, "Model paan. Ada perlu, masalah emergency."

"Mama mana?". Tanya Narya lagi.

"Istirahat, jangan ganggu!". Sergah Naja sambil melotot.

"Santai aja kali, coeg. " kemudian Narya manggut-manggut, "Oke la, gue masuk dulu, daaah."

Naja memang tidak mau mengatakan apapun, ia tidak mau meng-ikutcampurkan orang yang tidak tahu, meski itu Narya adiknya sendiri.

***

Sudah pukul 7 malam, selepas ibadah Naja kembali duduk diruang tamu. Membuat Narya makin heran, tidak biasanya kakaknya itu setia menunggu didepan pintu.

"Mau jadi satpam? Gue lamarin kerja nih, sekolah gue butuh satpam. " Ledek Narya saat melewati ruang tamu.

Naja cuma diam.

Sampai akhirnya, yang ia tunggu pulang juga. Sama sepertinya, ekspresi wajah Nasha juga keruh.

"Kenapa lo?". Tanya Nasha dengan nada ketus.

Nasha sudah menebak, pasti Mama akan bercerita pada Naja.

"Kita ngomong di halaman samping." sahut Naja datar.

Naja bangun dari duduknya, berjalan ke halaman samping dan diikuti Nasha yang cemberut dibelakangnya.

***

Me & Fat BurnerWhere stories live. Discover now