35. Coffee Shop

5.1K 779 121
                                    

Kamu berjalan memasuki sebuah kedai kopi yang saat ini menjadi salah satu kedai kopi terkenal di dunia. Kamu segera mencari keberadaan Ruolan yang tadi mengatakan bahwa ia sudah sampai di tempat pertemuan mereka sekitar 15 menit yang lalu.

"Y/N!"

Terlihat seorang wanita melambaikan tangannya padamu sambil tersenyum. Kamu menghela nafas sebelum berjalan mendekati tempat duduknya.

"Kamu belum pesan? Pesan aja dulu, aku traktir," katanya.

"Sepertinya tidak perlu, aku harus segera pulang."

"Benarkah? Yah masa kita ngobrolnya cuma bentar?" Ruolan sedikit memajukan bibirnya seperti anak kecil.

"Jadi... Apa yang ingin kamu katakan?" Tanyamu to the point.

"Aku hanya ingin tau kamu sekarang ngapain? Kenapa susah dihubungi, kenapa udah gak kerja di cafe lagi. Pas aku coba tanya ke kampus, katanya kamu udah lulus jadi jarang di kampus," tanyanya panjang lebar yang menurutmu itu sangat tidak penting mengingat hubunganmu dengan Ruolan tidaklah sedekat itu.

"Kenapa kamu ingin tau? Kita tidak sedekat itu untuk saling tau kegiatan masing-masing bukan?"

"Penting, untuk Junhui dan Guanlin. Junhui terutama," kata Ruolan.

"Kan dia sudah ada mamanya yang nemenin," katamu dengan penuh penekanan pada kata mama.

"Masih cemburu padaku saat kau melihat Guanlin menggendongku tempo hari?"

"Tidak, kenapa aku harus cemburu?"

Ruolan kembali menyesap caramel frappucino di hadapannya sebelum kembali bicara.

"Apa yang kamu lihat itu tidak seperti apa yang kamu pikirkan," kata Ruolan.

"Klasik. Aku sudah mendengarnya ribuan kali."

"Sorry karena waktu itu aku berlebihan. Salahku, semua ini salahku. Aku yang terlalu bahagia karena memiliki saudara jadi bersikap manja pada Guanlin."

Dalam hatimu kamu ingin sekali menghujat wanita yang bernama Ruolan itu atas alasan yang tak masuk akal bagimu.

"Tapi kami tak ada hubungan apa-apa lagi. Dia milikmu sekarang," katamu.

"Tapi kamu masih sayang kan?" Sahut Ruolan. "Junhui? Kamu gak sayang sama Junhui?"

"Mereka sudah punya kamu, jadi untuk apa aku harus bertahan?"

"Guanlin sayang sama kamu. Junhui kangen kamu. Bahkan ia sempat sakit karena kangen sama kamu. Mereka ingin kamu kembali sama mereka."

"Sayangnya tidak bisa, Ruolan."

Kamu mengeluarkan sebuah undangan pernikahanmu. Tentu saja Ruolan terkejut melihatnya.

Wu Y/N
&
Jin Longguo


Begitulah nama yang tertulis di bagian depan undangan berwarna pastel tersebut.

"Kamu bercanda," kata Ruolan. "Kamu gak serius mau nikah kan?"

"Apa ada orang yang bercanda sampai membuat undangan seperti ini?"

Ruolan masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tujuannya menemuimu untuk membuatmu kembali pada Guanlin, tapi kamu malah memberi undangan pernikahanmu dengan Longguo.

"Maaf, tapi aku sudah benar-benar tidak bisa bersama Guanlin. Junhui juga lebih menyukaimu, jadi menurutku kamulah yang lebih cocok menggantikan posisi Qiaolian," ucapmu sebelum beranjak dari kedai kopi itu.  Semoga harimu menyenangkan, aku permisi."

"Semuanya terlambat."

.
.
.
.
.

Guanlin meletakkan kacamatanya di meja kerja setelah berjam-jam mengerjakan design interior yang deadline-nya jatuh minggu depan. Akhir-akhir ini dia sering tidak fokus dengan kerjaannya karena masih memikirkanmu.

Y/N pasti membenciku, itu yang selalu dipikirkannya sejak ia sadar bahwa nomornya telah kamu blokir. Setiap kali ia berkunjung ke cafe tempatmu bekerja, rekan-rekannya selalu bilang Y/N sudah tak bekerja lagi di sana. Guanlin juga sudah berkunjung ke apartemenmu dan berakhir dengan diusirnya dia oleh Yebin. Sungguh Guanlin ingin menjelaskan semuanya padamu, namun apadaya waktu berkehendak lain. Setelah insiden pertengkaranmu dengan Guanlin, Junhui jatuh sakit sehingga Guanlin harus menunggu putra semata wayangnya di rumah sakit. Selanjutnya atasan Guanlin memberikan beban pekerjaan lebih berat padanya karena salah satu temannya mengundurkan diri. Waktu Guanlin untuk berusaha menemuimu semakin berkurang dan akhirnya ia memutuskan untuk menyerah.


Mungkin aku emang gak pantes buat Y/N, pikirnya.


Tak lama kemudian, Ruolan datang dan masuk ke ruang kerja Guanlin.


"Eh Nona, jangan masuk sembarangan," kata Renjun yang sebal karena diabaikan oleh Ruolan.

"Sampai kapan kamu bakalan kaya gini?" Kata Ruolan sedikit emosi.

"Jangan ganggu aku, udah sana pulang aja," kata Guanlin.

"Masih mau diem? Kamu sayang gak sih sama Y/N?"

"Sudah kubilang aku gak mood bahas dia."

"Ini bukan soal kamu, ini tentang Junhui. Kamu tega biarin anak kamu sedih terus kaya gini? Sorry aku gak bisa liat keponakanku murung terus."

"Dia udah benci sama aku, terus aku harus maksa gitu? Gak, lama-lama Junhui pasti ngerti."

"Dia hanya salah paham dan butuh penjelasan dari kamu. Sesederhana itu."

"Tapi dia gak mau ketemu sama aku. Terus gimana? Lagipula aku sudah memutuskan untuk menyerah."

"Semudah itu?" Ruolan makin jengkel mendengar kata menyerah dari mulut Guanlin.


PRAK

Ruolan melemparkan undangan pernikahanmu dengan Longguo.


"Temui dia sebelum pernikahan atau kamu menyesal selamanya."


Ruolan pergi meninggalkan ruangan Guanlin sementara Renjun masih terdiam di tempatnya setelah melihat pertengkaran kecil antara dua orang tadi.


"Siapa sih tadi? Buset galak amat. Eh ini... Wu Y/N, Jin Longguo. Heh ini bukan nama pacarmu kan?" Tanya Renjun sambil melihat undangan berwarna creme yang dipadukan dengan pita warna emas sebagai hiasannya.

"Bukan, dia udah bukan pacarku lagi."

.
.
.
.
.

TBC

[✔] Papa ❌ Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang