17. Pengakuan

7.3K 926 60
                                    

Kamu masih berada di balkon rumah Longguo saat ini. Untuk merayakan 1 tahun dibukanya cafe miliknya, ia mengadakan pesta kecil-kecilan bersama dengan karyawan. Kalian memesan banyak pizza dan ayam goreng untuk dinikmati bersama. Jangan lupakan lusinan kaleng bir dan soda yang kalian beli tadi siang di supermarket. Pokoknya hari ini kalian harus bersenang-senang.

Justin sudah mulai menyanyi tidak jelas sambil menari-nari sok cute  sementara Jungjung, Yebin, dan beberapa pegawai baru cafe sudah histeris meneriaki Justin. Donghan? Dia hanya memandang jijik ke arah temannya itu. Kenta hanya tertawa sambil bertepuk tangan seperti anjing laut. Karena kamu sudah lelah tertawa, makanya kamu keluar ke balkon sambil minum soda (karena kamu tidak bisa minum alkohol).

"Sendirian aja," kata Longguo sambil berdiri di sebelahmu dengan sekaleng bir di tangannya.

"Capek ketawa. Jadi saya kesini Bos hehe," jawabmu dengan cengiran khasmu.

"Gak kerasa udah setahun aja kita kerja bareng. Makasih lho ya udah mau kerja di cafeku."

"Aduh harusnya saya yang terima kasih sama Bos karena udah nerima saya jadi karyawan. Bukan karyawan full time aja bonusnya sudah seabrek. Saya jadi betah kan kerjanya."

Kamu menghabiskan soda yang ada di tanganmu lalu membuang kalengnya di tempat sampah yang ada di dekatmu.

"Y/N, kamu itu sebenernya ada hubungan apa sih sama pelanggan kita?"

"Pelanggan yang mana Bos? Kan pelanggan kita banyak," tanyamu bingung.

"Itu, yang sering bawa anaknya ke cafe terus anaknya selalu ngintilin kamu kalau lagi kerja. Siapa sih namanya? Kuali? Guangli? Kongguan?"

"Guanlin, Pak," katamu membenarkan.

"Ahh iya, itu deh pokoknya. Dia siapa kamu sih?"

"Dia temen saya waktu kecil."

"Oh gitu. Tapi kayanya kamu deket banget sama anaknya."

"Jun? Gatau juga sih Pak. Dia nempel banget sama saya. Ibunya sudah meninggal, dia anak tunggal, mungkin perlu temen main dan kebetulan orang yang deket sama dia ya saya, jadi gitu deh."

"Kalau misal saya deketin kamu... Boleh dong ya?"

Kaget. Jelas kamu kaget karena orang pendiam semacam Jin Longguo tiba-tiba meminta ijinmu untuk mendekatinya. Kamu menatap Longguo yang ternyata sudah memandangmu entah sejak kapan. Tatapan yang belum pernah kamu lihat sebelumnya.

"Pak..."

"Please jangan panggil aku Bapak. Kita gak lagi di kantor. Panggil Longguo atau Koko aja. Umur kita sama bukan?"

"Tapi Pak... Eh... Aduh saya gak biasa panggil pakai nama Bapak."

"Yaudah panggil Koko kalau begitu."

Kamu terdiam mendengar perkataan Longguo tadi.

Dia gak serius kan?  Batinmu.

"Maaf ya kalau aku terkesan agresif gini. Aku sebenernya udah suka sama kamu dari dulu, cuma gak berani bilang. Dan yah... Aku rasa sekarang waktu yang tepat untuk itu."

"Saya... Saya gak tau harus bilang apa. Saya bingung."

"Gak usah dijawab sekarang gakpapa kok. Santai aja. Saya yakin kamu juga butuh waktu untuk itu," kata Longguo. "Ngomong-ngomong kamu gak dingin?" dia melepaskan jaketnya dan memakaikannya padamu.

Kamu terdiam (lagi) saat mendapatkan perlakuan manis dari Longguo.

"Masuk kalau udah kedinginan. Inget besok kuliah," Longguo mengacak ponimu lalu masuk ke dalam rumahnya.

Di saat kamu masih mencerna apa yang telah dikatakan Longguo, kamu tak sadar bahwa ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasimu dan Longguo dari dalam rumah. Itu Donghan dengan tatapan tajamnya.

"Kak Longguo... Gak mungkin suka sama Y/N kan?"

.

.

.

.

.

TBC

A/N

Mumet kan?

Gue aja pusing ngetiknya

[✔] Papa ❌ Lai GuanlinHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin