🍁D U A P U L U H T I G A🍁

Start from the beginning
                                    

"Disini aja kali, ya, Zy?" Arthur memelankan laju mobilnya ketika melintas di depan rumah makan Padang yang isi papan reklamenya 'Rumah Makan Padang Sederhana' tapi realitanya malah kayak restoran elit.

Tanpa melirik rumah makan yang dimaksud Arthur, keluarlah kata, "terserah."

Arthur pun menganggukkan kepalanya lalu membawa mobilnya masuk ke parkiran rumah makan Padang yang judulnya 'sederhana' ini.

Setelah merasa mobilnya pas untuk ditinggalkan di parkiran, Arthur pun mematikan mesin mobilnya lalu keluar melalui pintu kemudinya. Ia berjalan kearah pintu bagian Kinzy, rencananya biar dibukain, tapi udah keduluan dibuka dari dalam.

Arthur pun menghela napasnya. Kayaknya gue ada yang salah nih. Arthur membantu Kinzy untuk keluar. Ia menyodorkan tangannya pada Kinzy ketika Kinzy hendak turun lalu disambut oleh Kinzy walaupun dengan tampang judes yang wanita itu pasang.

Setelah menutup pintu bagian Kinzy dari luar, Arthur tidak langsung melangkah membawa Kinzy ke dalam rumah makan. Arthur lebih dulu mengusap kepala Kinzy lalu menunduk untuk menatap mata Kinzy. 

"Mukanya kenapa judes gitu? Kamu marah sama aku? Aku salah apa lagi sih? Perasaan dari atas sampe bawah, dari dalam sampe luar, aku salah semua." Ucap Arthur sendu tapi jatuh-jatuhnya malah lebay.

"Emang," jawab Kinzy singkat.

Arthur be like,

Arthur be like,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Zy, udah dong. Aku minta maaf." Ucap Arthur beralih memegang tangan Kinzy. Tapi langsung ditepis, habis itu ditinggal. Kinzy berjalan mendahului Arthur memasuki rumah makan.

Sesampainya didalam, KInzy pun mengambil temopat yang dekat dengan kipas. Gerah soalnya. Arthur duduk disebelah Kinzy dengan wajah bebeknya yang pura-pura ngambek. 

"Zy," panggil Arthur.

"..." yang dipanggil gak niat jawab.

"Zy, tahu nggak sih, segersang-gersang Gurun Sahara, lebih gersang lagi hatiku disaat kamu cuekin cuekin aku begini." Ucap Arthur melankolis sambil memegang dadanya dan wajah yang sedih dibuat-buat.

Blush.

Gombalan receh Arthur ternyata berhasil membuat pipi Kinzy memerah. Wajah Kinzy juga sudah terlihat risih. Antara hendak tertawa atau mempertahankan wajah juteknya yang ia pasang sedari tadi.

"Cieee merah cieee," Arthur menggoda KInzy sambil menatap Kinzy lekat bersamaan dengan senyumnya yang dibuat semanis mungkin. Arthur membuat tatapan kepada Kinzy seolah-olah menyiratkan bahwa hanya Kinzy lah yang ia lihat sejauh matanya memandang. Yang lain mah nge-blur.

"Apaan sih?!" Kinzy makin salting dengan tatapan lekat itu.

"Kamu cantik." 

Fix, saat ini Kinzy rasanya sangat ingin menggaruk-garuk dinding, nyelam di perut paus, gigitin bantal sampai tipis, dan segala hal yang mampu menghilangkan rasa salah tingkahnya.

Bad Boy Is A Good Papa [END]Where stories live. Discover now