23

19K 1.6K 85
                                    

Akhirnya mereka tiba di bandara Soeta. Mereka dijemput oleh supir Bian, Pak Handoko.

Sepanjang hari ini Hani sangat bahagia, karena Mas Bian selalu berlaku manis kepadanya. Tidak sekalipun Mas Bian marah atau membentaknya. Agak ganjil sih rasanya. Soalnya Mas Bian yang dikenalnya tidak pernah seperti itu.

Seperti saat ini saja, Mas Bian selalu menggenggam jemarinya dan sesekali mencium tangannya, membuat dia tersipu malu dan wajahnya memerah.

"Nanti langsung ke rumah Mas dulu ya. Mama juga ada di rumah kok saat ini. Tadi Mom yang kasih tahu sama Mas."

Hani pun menganggukkan kepalanya.

"Kamu pindah magang aja ke hotel kami yang di sini, Han. Kasihan Mama suka rindu sama kamu. Apalagi kamu tuh sampai dua bulan lebih gak pernah pulang sama sekali."

"Ya gak bisa gitu dong, Mas. Terus, Dini gimana. Masa dia Hani tinggal sendirian di sana. Itu namanya gak setia kawan."

"Itu gampang. Ajak juga Dini magang di hotel kami. Pokoknya, Mas gak suka kamu ketemu lagi sama pria brengsek itu." Ucap Bian dengan geram. Dia masih kesal kalau teringat Hani sempat menjalin kasih dengan pria lain.

Hani pun sebenarnya tidak ingin bertemu lagi dengan Henry. Dia masih merasakan sakit hati karena sudah ditipu oleh pria itu. Padahal rasa suka dan sayang mulai tumbuh dihatinya untuk Henry. Dia sungguh kecewa. Tapi syukurlah dia sekarang sudah mendapat penggantinya.

"Kamu melamunin siapa?" Tuntut Bian dengan mata menyelidik menatap wajah Hani.

Hani jadi gugup ditatap sedemikian rupa oleh Bian. "Mmm...ehh...enggak ada kok, Mas. Cuma kangen mama aja." Kilah Hani tapi tak berani menatap wajah Bian.

Bian mendengus. Dia tahu Hani berbohong. Dan yang paling menyakitkan dia juga tahu kalau Hani tadi pasti memikirkan pria brengsek itu.

Selanjutnya selama perjalanan itu Bian dan Hani tidak berbicara lagi. Tapi Bian tetap menggenggam jemari Hani. Tidak melepaskannya sedetikpun.

Mobil memasuki pintu gerbang rumah keluarga Bian. Dan dari kejauhan Hani melihat Mom, Romo, Mama, serta Bang Deni sedang duduk di depan teras rumah Bian yang luas seolah memang menunggu kedatangan mereka.

Mobil berhenti tepat di depan teras. Bian keluar duluan dari mobil, kemudian mengulurkan tangannya kepada Hani untuk membantunya keluar dari mobil. Romo, Mom, Mama dan Bang Deni langsung berdiri menyambut kedatangan mereka. Ckk, aneh sekali mereka, seperti menyambut apa aja sampai segitunya, batin Hani.

"Hani sayang, senang sekali akhirnya kamu pulang. Mom kangen sama kamu." Ujar Mom dengan senyum lebarnya serta memeluk Hani setelah Hani mencium punggung tangannya.

"Hani juga, Mom." Kemudian Hani berpaling ke Mama nya, mencium tangan dan memeluk Mama nya. "Mama, kangen." Ucapnya manja.

"Nakal kamu. Masa sampai dua bulan lebih gak pulang-pulang. Tahu gitu gak mama kasih kamu pergi jauh-jauh." Omel Mama Tiara kesal.

"Hehehe...maaf, Ma. Hani betul-betul sibuk di sana, gak dikasih pulang."

Kemudian Hani mendekati Romo dan mencium punggung tangannya.

"Apa kabarmu, Nduk."

"BaiK, Romo."

Romo tersenyum dan mengusap pelan rambut Hani.

Selanjutnya Hani berpaling ke Bang Deni dan mencium tangannya.

"Ngapain kamu pulang, Dek. Di sana aja juga gak apa-apa." Ucapan Deni yang langsung mendapat pelototan dari Bian. Tapi Deni pura-pura tidak tahu, dia malah meneruskan ucapannya yang membuat Bian tambah kesal. "Kamu lama di sana masa gak dapat cowok Malaysia sih, Dek."

Mr. POSESIFWhere stories live. Discover now