10

21.9K 1.7K 59
                                    


Biasanya Mas Bian akan mengajakku ke kebun teh kalau lagi di sini. Tapi sejak tadi tidak kulihat batang hidungnya. Si India juga tidak kelihatan.

"Sayang, kamu gak jalan-jalan?" Tanya Mama.

"Males, Ma. Mending bantuin Mom dan Mama aja untuk persiapan barbeque nanti malam." Sahut Hani.

"Di sini sudah banyak yang bantu kok, Han. Kalau kamu mau jalan gak papa kok." Timpal Mom.

Hani terus mengupas bawang merah tanpa perduli saran dari Mom dan Mama.

"Nisha, dimana Bian?" Tanya Romo yang tiba-tiba sudah ada di dapur.

"Oh, tadi pergi dengan Devi. Katanya mau liat-liat perkebunan." Jawab Mom.

Nyuuuttt.
Ulu hatiku rasanya seperti ditinju, sakit sekali. Baru tadi pagi menciumku sekarang malah melupakanku dan pergi dengan wanita lain. Aku bahkan tidak diajak sekalipun hanya basa basi. Apa sih maunya Mas Bian ini. Awas aja kalau dia mau menciumku. Perutku rasanya melilit, dadaku rasanya sesak, hatiku betul-betul sakit rasanya. Tak terasa air mata Hani menetes.

"Hani, sudah, kamu gak usah ngupasin bawangnya. Biar Bik Ijah aja yang ngupas. Tuh liat, mata kamu sudah berair." Ujar Mom.

Mom tidak tahu saja kalau ini sebenarnya memang air mataku, bukan karena bawang. Tapi terima kasih kepada bawang yang menyelamatkanku dari keadaan yang memalukan.

"Hani mau jalan-jalan dulu, Mom, Mama."

"Iya, hati-hati. Mom panggil dulu si Yudi buat nganterin kamu."

Akupun pergi ke kamar untuk berganti baju. Kukenakan kaus santai warna putih dan celana jins serta memakai sneakers. Tak lupa kubawa topi lebar dan kacamata hitam.

Aku keluar menuju teras depan. Dan di sana berdiri seorang pria yang cukup tampan, berumur sekitar 30 an tersenyum kepadaku.

"Ini pasti Mbak Hani, kan?" Ujar pria itu dengan suara baritonnya. Kuperkirakan usianya sekitar awal 30an.

Aku tersenyum dan mengulurkan tangan. "Hani."

Ia membalas uluran tanganku. "Yudi. Saya menejer di perkebunan ini. Dan tadi saya mendapat perintah untuk mengantar Mbak Hani jalan-jalan."

Aku tersenyum lebar. "Terima kasih, Mas Yudi."

Yudi membuka pintu mobil untukku dan menutupnya ketika aku sudah duduk. Yudi pun segera menyusul duduk di depan kemudi.

Sepanjang perjalanan kami banyak mengobrol. Ternyata Mas Yudi orang yang asik diajak bicara. Dia juga suka bercanda hingga tanpa sadar aku dari tadi selalu tertawa dibuatnya.

Yudi menghentikan mobilnya dan aku baru memperhatikan ke sekeliling, ternyata dia membawaku ke pemandian air terjun yang sangat indah. Airnya begitu jernih hingga aku dengan segera melompat keluar dari mobil.

"Waahhh... Ini indah sekali, Mas."

"Mau di foto?"

"Sudah pasti." Ujarku gembira dan segera menyerahkan ponselku kepadanya.

Akupun mulai beraksi dengan segala pose. Habis ini akan segera kushare ke fb dan ig ku. Dini pasti akan iri melihatnya 😄.

Setelah puas berpose, kami duduk di batu-batu dan menjulurkan kaki kami ke air.

"Mas, aku mau share foto dulu yah."

"Silahkan. Sebebasnya aja. Nanti setelah dari sini, Mas akan mengajak kamu ke tempat lain yang tidak kalah menarik dari tempat ini."

Mataku berbinar menatap Mas Yudi. "Sungguh ya Mas."

"Pasti."

Ahh...ternyata jalan-jalan dengan Mas Yudi juga asik. Gak pake makan hati seperti kalau jalan sama Mas Bian.

Mr. POSESIFWhere stories live. Discover now