8

21.9K 1.4K 31
                                    

Maaf yee lama

Sebenarnya part ini sudah ditulis jauh hari. Tapi pas lagi baca2 ulang, saya ngantuk daaaann....

Terpencetlah tombol hapus, hingga saya harus mikir ulang dan mengingat2 apa aja yang saya tulis di part ini.

Hasilnya gak sama persis sih dengan tulisan pertama, cuma mirip2 aja. Mudah2an berkenan untuk pembaca ya.

Happy reading.....

==========

Akhirnya mereka sampai di perkebunan teh milik keluarga Brawijaya. Udara yang sejuk dan bebas polusi membuat perasaan terasa nyaman setelah sehari-hari hidup di kota yang padat dan panas.

Hani dan mamanya berangkat bersama Pakde Supar, sedangkan Bian, Romo, Mom dan gadis India itu berada dalam satu mobil yang lain.

Sudah seminggu gadis India itu di sini, entah kapan gadis India itu akan kembali ke negaranya. Dia jadi sangat sebal. Walaupun dia juga merasa lega, karena sejak gadis India itu ada, dia jadi agak bebas.

Setelah turun dari mobil, Hani menatap rumah yang bergaya klasik dan bercat putih dengan banyak pilar-pilar serta teras yang memanjang itu dengan senyum lebar. Dia sangat menyukai desain rumah itu.

Di halamannya yang luas juga banyak terdapat bermacam-macam pohon buah-buahan, sehingga rumah itu berkesan teduh dan hangat. Hani juga tahu bahwa di sini ada kolam renang yang airnya hangat. Dia sudah tidak sabar ingin berenang. Dia tadi sudah membawa dua baju renang.

Perkebunan keluarga Mas Bian setahunya sudah ada secara turun-temurun sejak jaman Belanda, tapi sejak perusahaan dipegang oleh Mas Bian, perusahaan juga merambah ke perkebunan sawit dan karet yang terletak di Pekanbaru dan Sumatera Utara. Makanya sudah beberapa hari ini dia tidak pernah bertemu dengan Mas Bian. Menurut Bang Deni, Mas Bian sedang mengecek perkebunannya di sana.

Hani dan mamanya berjalan masuk ke dalam rumah. Dan dilihatnya Mas Bian yang sudah sampai duluan menyambut mereka.

" Masuk Ma, mama dan Hani istirahat aja dulu." Ucap Bian sambil membawakan tas kecil yang dibawa Hani dan mamanya.

Mereka berjalan di koridor yang menuju ke kamar-kamar tamu.

"Ini kamar mama, silahkan masuk, Ma."

"Makasih, Bian." Mama pun masuk ke dalam kamar.

Hani akan membuka pintu kamar yang terletak di sebelah kamar mamanya, namun lengannya dipegang oleh Bian.

"Ayo ikut Mas, kamar kamu di tempat lain." Bian menarik tangan Hani menuju koridor di sebelah kanan.

Hani jadi bingung, karena biasanya kalau menginap di sini, kamarnya terletak di sebelah kamar mamanya.

"Bukannya biasanya aku tidur disana, Mas?"

"Kamar itu dipakai Devi." Sahut Mas Bian. Entah mengapa Hani merasa sakit hati karena kamar yang biasa digunakannya diberikan kepada gadis lain.

Bian melirik wajah Hani yang cemberut, Bian tersenyum tipis.

"Ini kamar kamu." Bian membuka pintu kamar dan menarik Hani masuk ke dalam kamar.

Hani mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, dan takjub melihat kemewahan kamar yang akan menjadi tempat tidurnya. Kamar ini jauh lebih luas dari yang biasa ditempatinya jika menginap di sini.

"Ini kamar siapa?" Tanya Hani yang masih takjub.

"Tadinya ini kamar Romo dan Mom. Tapi mereka memutuskan pindah ke kamar lain." Sahut Bian sambil meletakkan tas kecil Hani. "Di sana kamar mandinya." Bian menarik lagi tangan Hani menuju kamar mandi.

Mr. POSESIFOù les histoires vivent. Découvrez maintenant