18

20K 1.8K 99
                                    

Hai readers tercintah...
Makasih ya udah didoain sehat2..aamiin
Aku seneng loh bacain komen2 kalian walaupun aku jarang membalasnya
Tapi jangan kecil hati ya
Tetap dikomen cerita aku sebanyak2nya
Pasti aku baca semua
Dan komen kalian bikin aku terus semangat menulis

Lopiuh readers....

Happy reading

==========

Hani sedang berjalan di lorong kamar-kamar hotel ketika tiba-tiba dia merasa bulu kuduknya meremang. Darahnya pun langsung berdesir merasakan perasaan yang familiar itu. Tapi tidak! Itu tidak mungkinkan? Batin Hani dalam hati.

Hani masuk ke sebuah kamar kemudian membersihkan dan merapikan kamar itu sehingga ketika penghuni kamar itu kembali, kamar mereka sudah bersih dan rapi.

Yah, memang itulah tugas Hani selama magang, dia bertugas membersihkan kamar-kamar hotel. Cukup melelahkan memang, tapi dia tetap menikmati apa yang dikerjakannya. Dini lebih beruntung, dia hanya bertugas membantu bagian administrasi.

Sekali lagi Hani merasa seperti ada yang sedang memperhatikannya, darah Hani pun berdesir. Dan tiba-tiba saja Hani jadi ketakutan. Dengan gerakan cepat dia membalikkan badan, namun dia tidak melihat siap-siapa di sana. Tapi Hani terkejut melihat pintu kamar yang setengah terbuka padahal tadi dia menutupnya walaupun tidak sampai tertutup rapat. Hani mendesah dan memutuskan menyelesaikan pekerjaannya dengan segera. Masih ada tiga kamar lagi yang harus dibereskannya.

Setelah kamar ketiga dibereskannya, Hani pun berjalan menuju pintu hendak keluar ketika tiba-tiba saja tubuhnya di dorong ke dinding dan lengan-lengan kekar memeluk pinggangnya. Hani sangat ketakutan, jantungnya berdebar kencang. Sangkin takutnya dia memejamkan matanya dengan erat, sementara kedua tangannya berusaha mendorong tubuh keras yang menghimpit tubuhnya. Dia berpikir habislah dirinya jika tidak ada seorangpun di lorong ini yang menolongnya. Hani ingin berteriak minta tolong, namun bibirnya telah dibungkam oleh sesuatu yang lembab dan kenyal. Tentu saja Hani tidak sudi jika bibirnya dinodai oleh orang asing. Dengan sekuat tenaga Hani mendorong tubuh keras itu, tapi semua sia-sia karena kedua lengan itu memeluk pinggangnya sangat erat hingga terasa sakit.

Tiba-tiba bibir tak dikenal itu melepaskan bibirnya dan orang tak dikenal itu berbisik di telinganya, "Surprise, Love...."

Mendengar suara yang telah dikenalnya selama dua bulan ini membuat Hani sedikit lega. Ya, Cuma sedikit, karena bagaimanapun dia tidak suka disergap seperti ini dan mencuri ciuman darinya.

"Henry! Hentikan! Bercanda kamu keterlaluan, tahu gak." Ucap Hani kesal. Ditatapnya mata pria dihadapannya dengan tajam, tapi pria itu malah tertawa ngakak. Hani sangat kesal. Suasana tadi terasa sangat horor. Dia betul-betul ketakutan tadi. "Jangan lakukan itu lagi! Gak lucu."

"Hahahaa....kamu lucu sekali, Love. Maaf....maaf...." Henry melepaskan rangkulan tangannya dipinggang Hani kemudian mencubit pelan pipi Hani.

"Menyebalkan."

"Habis kalau tidak begitu aku gak akan bisa mencium kamu." Ucap Henry sambil terkekeh.

"Kamu curang." Entah kenapa Hani bukannya merasa suka sudah dicium oleh Henry, dia malah merasa seperti telah ternoda. Padahal Henry adalah pacarnya, seharusnya wajar saja kalau seorang pacar mencium pacarnya. Tapi entah kenapa Hani tidak suka dicium Henry.

"Oke. Kalau gitu aku mau jujur sama kamu. Bolehkan aku menciummu?"

Hani berpikir apa sebaiknya dia membiarkan Henry menciumnya saja, supaya dia bisa betul-betul lepas dari bayangan Mas Bian. Mungkin itu patut di coba.

Mr. POSESIFWhere stories live. Discover now