Prolog

45.8K 2.4K 17
                                    


Hani tiba-tiba saja dijemput oleh supir bos papanya di sekolah, padahal belum waktunya pulang sekolah.

"Kok Pakde yang jemput Hani? Mama Hani kemana?" Tanya gadis kecil yang masih berusia 11 tahun itu dengan heran.

"Mama kamu lagi sama papamu." Jawab Pakde Supar.

"Ohh....tapi kenapa Hani dijemput, padahal kan belum saatnya pulang sekolah, Pakde."

"Nanti Hani tanya aja sama mama ya." Ujar Pakde tanpa menjawab pertanyaan Hani.

Mobil berhenti di sebuah rumah sakit.

"Ayo Hani, Pakde antar menemui orangtuamu."

Hani mengikuti Pakde Supar sampai masuk ke sebuah kamar rawat. Hani heran di dalam kamar sudah banyak orang. Ada bos papanya, Raden Mas Suryo Brawijaya, istri bos papanya, Tante Manisha Koirala Brawijaya yang blesteran India-Inggris, bermata abu-abu dan berambut coklat. Dan ada juga putra bos papanya, Raden Mas Biantara Yudha Brawijaya yang biasa dipanggilnya Mas Bian, masih memakai seragam SMA nya. Dilihatnya mamanya duduk di sisi papanya sambil menangis, disitu juga ada abangnya, Hardeni Lubis, teman sebaya Mas Bian dan teman satu sekolah, keduanya berusia 17 tahun saat ini. Dan ada juga orang lain yang tidak dikenal Hani.

"Mama....papa.....papa kenapa?" Teriak Hani seraya berlari mendekati mama dan papanya.

"Papa terkena serangan jantung, sayang." Jawab mamanya yang masih terisak-isak.

Hani memeluk papanya. "Papa cepat sembuh ya....hiks....jangan tinggalin Hani....hiks....papa jangan sakit."

"Hani, nurut sama papa ya nak." Ucap papanya dengan suara berat.

Hani menganggukkan kepalanya.

"Pak, ayo segera laksanakan." Ujar papanya kepada seorang bapak-bapak yang ada di ruangan itu sambil mengulurkan tangannya. "Bian, mendekatlah nak."

Bian mendekati papa Hani, Hendra Lubis, SH yang merupakan pengacara di perusahaan keluarganya. Bian mengulurkan tangannya menyambut uluran tangan Pak Hendra.

Selanjutnya Hani tidak mengerti apa yang dilakukan dan dibicarakan oleh orang-orang dewasa di kamar rawat papanya. Hani hanya menangis terisak melihat papanya yang terbaring tidak berdaya.

Kemudian tiba-tiba papanya terlihat sesak nafas dan Bang Deni berlari memanggil dokter. Hani menangis menjerit-jerit memanggil papanya.

"Bian, bawa Hani keluar." Ujar Tante Manisha, momnya Bian.

"Iya, Mom. Hani, ayo kita keluar."

"Gak mau. Mau sama papa...hiks." ujar Hani sambil terisak-isak.

Tanpa diduga, Bian menggendong Hani dan dibawa keluar. Sedangkan Hani secara otomatis melilitkan kakinya ke pinggang Bian dan tangannya merangkul leher Bian serta meletakkan kepalanya di bahu Bian sambil terisak-isak.

💗 💗 💗

01012018

Simpan ya di library kamu 😊

Mr. POSESIFWhere stories live. Discover now