8. ingin bertemu💕

3.8K 198 0
                                        

Prilly POV.

Bosan.. itu lah yang ku rasa saat ini. Dimana aku tidak boleh keluar rumah. Atau bertemu dengan Ali. Bukannya karna aku sedang sakit, tetapi karna kami sedang di pingit. Setelah kejadian pengungkapan perasaan diantara kami berdua dan tiba² kami di panggil untuk masuk kedalam oleh Lia, ternyata mereka memutuskan untuk memingit kami mulai hari ini. Sebenarnya kami sudah bersih keras menolak tapi tetap saja mereka memaksa dengan alasan demi kebaikan kami. Jadi apa boleh buat kami pun menyetujui ke inginkan mereka. Sebenarnya aku heran yang akan menikah kami apa mereka? Karna kami tidak boleh ikut andil dalam mengambil keputusan.

"Liaaa gue bosen!" Pekik ku pada Lia yang sedang fokus memainkan ponselnya. Bisa ku tebak bahwa dia sedang main games kalau tidak sedang chatting dengan Akmal, karna dia jarang sekali membuka medsos kecuali dan ke adaan hari spesial untuk memposting foto atau status.

"Sama gue juga makanya ini lagi main games" bahkan tepat sasaran benar apa kata ku pasti dia sedang main games. Pasti si Akmal tidak mengechat sama sekali makanya kini dia main games.

"Ahhh gimana kalo kita nonton film horor" ajaknya pada ku setelah ia menaruh ponselnya di atas nakas.

"Ide bagus. Ya udah Lo ambil laptop gue di laci lemari. Trus gue turun kebawah buat ngambil  cemilan"kata ku padanya. Ia menganggukan kepala dan bangkit dari duduknya begitu juga dengan aku.

Aku keluar dari kamar dan segera turun kebawah untuk mengambil cemilan di dapur. Saat aku sudah sampai di dapur samar² aku mendengar suara papi yang sedang bicara, kenapa nada suaranya begitu dingin baru kali ini aku mendengar suara papi sedingin itu.

Tanpa sadar aku menguping pembicaraan mereka. Karna jarak dapur dan ruang keluarga yang cukup dekat jadi aku bisa mendengarnya.

"Kalian bisa gak perduli sedikit sama Prilly? Prilly itu juga anak kalian sama seperti faira. Tapi kenapa kalian selalu
membeda-bedakan kasih sayang kalian terhadap Prilly. Tanpa kalian sadari Prilly itu terluka dengan sikap kalian yang seperti ini. Coba kalian buka mata hati kalian untuk melihat gadis cantik yang hatinya kalian lukai" papi berbicara seperti itu, aku yakin pasti pada mama dan papa.

"Dan asal kalian tau. Prilly hanya pura² kuat dan diam di depan kalian. Tetapi di belakang kalian. Dia selalu menangis. Apa kalian pernah memikirkan dirinya selain fai?" Kini giliran suara mami yang keluar suara ya terdengar sedang mengintimidasin. Tak ada sahutan dari mama dan papa.

"Berpikir lah tentang perasaannya. Dia anak kandung kalian. Tetapi seperti anak tiri. Dari dulu hingga kini kalian tidak pernah menganggapnya ada. Tetapi kami yang hanya sekedar om dan tante nya malah yang mampu menjadi menompang hidupnya. Lebih baik jika kalian tak menginginkan nya berikan dia pada kami. Biar kami yang memberinya kasih sayang seperti layaknya anak kami. Dan kalian silahkan saja urus anak kesayangan kalian itu!" mami meminta ku pada papa mama. Sepertinya benar ucapan mami lebih baik aku tinggal bersama mereka di banding papa dan mama yang tak menghargai keberadaan ku.

"Lebih baik kalian berpikir sebelum kalian menyesal telah menyia-nyiakan nya. Karna tanpa kalian ketahui dia menderita sak---" aku tak kuasa lagi. Ku hapus air mata ku dan segera mendekat ke arah mereka dengan senyum yang ku paksakan. Dan segera memotong ucapan papi. Sebelum rahasia tentang penyakitku akan terbongkar.

"Mami papi!" Seru ku. Dan berjalan menghampiri mereka.
Mereka semua menatap ku termasuk mama dan papa yang tadinya menunduk.

"Sayang kemarilah" papi merentangkan tangannya untuk menyambut pelukanku. Aku berhambur ke pelukannya. Hangat pelukan yang selalu menjadi tempat bersandar ketika aku rapuh.

"Mami sama papi udah dari tadi disini?" Tanya ku mendongak menatap wajah teduh papi dan tersenyum. Masa bodo aku pura² tidak tahu dengan apa yang mereka bicarakan padahal aku mendengar semua itu.

MINE 💕(Completed)Where stories live. Discover now