#30 - It's Not My Fault

1.2K 155 4
                                    


2 hari kemudian

Meskipun salju belum turun, tetapi udara pagi itu terasa sangat dingin. Tapi berita yang diterima Jae tidaklah sedingin cuaca saat itu.

Dia tidak bisa menepis rasa leganya saat mendengar berita bahwa Taeyong telah sadar. Doyoung yang saat itu bertugas menjaga telah menelpon, mengatakan bahwa Taeyong sudah bisa melepaskan selang oksigen yang ada di hidungnya.

Doyoung juga menyuruh Jae untuk menggantikannya menjaga Taeyong karena dia harus pergi. Tapi Jaehyun lantas tidak langsung pergi ke rumah sakit. Dia menemui Woori siang itu untuk menemui Taeyong bersama-sama. Itulah mengapa kini mereka duduk di halte bus.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Jae mendongak. "Aku? Tidak ada. Kenapa?"

"Jika kau sedang risau karena sesuatu pasti kau memasang wajah seperti itu. Apa ada sesuatu?" Woori menaikkan kedua alisnya, menunggu jawaban dari Jae.

Jae berusaha sebisa mungkin menghindari pertanyaan Woori. "Anio, tidak ada apa-apa."

"Kalau begitu, kenapa kau menjemputku?"

"Apa?"

"Kenapa kau menemuiku dan bukannya langsung ke tempat Taeyong ssi?"

Jae mengerjapkan matanya dan mengalihkan pandangan. "Apa kau pikir aku akan membiarkanmu menemui hyung sendirian? Tidak akan.."

Woori tahu di balik kata-kata posesif Jae tadi ada hal lain. Tapi keingintahuannya tertutup oleh rasa cemas sekaligus lega karena akan menemui Taeyong yang sudah siuman. Jadi Woori hanya diam saja.

Tiba-tiba ponsel Jae berdering, perhatian Woori dan Jae langsung tertuju pada suara itu. Jae mengeluarkan ponselnya dengan malas. Tapi raut mukanya berubah saat dia melihat nama yang ada di layar ponsel itu.

Dia melirik Woori yang kini sibuk mengamati gelembung-gelembung milik anak kecil yang ada di seberang jalan. Jae menerima panggilan itu dan menjawab dengan suara pelan.

"Halo....noo..na?" Jae tidak bisa menyembunyikannya lagi karena Woori langsung menoleh padanya dengan pandangan bertanya.

"Jaehyun ah? Kau di mana?" Suara Nami terdengar cemas.

"Aku..." Dia melirik Woori lagi yang kini sepertinya mulai tahu siapa yang ada di seberang sana. Tapi dengan sopan Woori hanya menatap Jae tanpa mengucapkan apa-apa. Tapi justru itu membuat Jae tidak nyaman. "Aku mau ke tempat Taeyong hyung. Ada apa?"

"Ah, jinja? Kenapa kau tidak memberitahuku masalah Taeyong oppa sebelumnya? Tapi sudahlah, lebih baik kita datang bersama saja. Kau sudah sampai mana?"

Jae menggaruk belakang kepalanya. "Anu, itu. Noona, sepertinya aku tidak bisa. Aku-"

"Kenapa?" Nami memotong omongan Jae. "Kau tidak memberitahuku apa-apa dan sekarang kau tidak mau datang bersamaku?"

"Maaf noona, tapi, itu.." Woori langsung merebut ponsel dari telinga Jae dan memutuskan telepon Nami itu. Jae memandang Woori tidak percaya.

"Matikan saja kalau oppa tidak bisa memberikan alasan yang bagus." Woori tersenyum pahit saat mematikan ponsel Jae lalu memasukkan ponsel itu ke saku mantel Jae yang masih mematung.

Jae menggaruk-garuk kepala belakangnya lagi dan menghela napas. Woori sekarang benar-benar Woori yang dulu, masih sama mengerikannya kalau sudah kesal.

****

Saat Jae dan Woori sampai di depan pintu kamar Taeyong, terlihat sekali Woori yang tidak sabaran mengulurkan tangannya ke engsel pintu. Tapi langsung ditahan oleh Jae.

Someday [Jaehyun NCT + OC] ✔ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang