#19 - Sudden Confession

1.3K 168 8
                                    

Woori menatap ponselnya yang kini mati. "Mianhae, oppa." Katanya pada ponsel itu. "Aku benar-benar harus menyelesaikan masalah ini sendiri."

Saat Woori memasukkan ponselnya ke saku mantelnya, dia bertemu mata dengan seseorang yang memang sedang ditunggunya.

Jalanan Myeongdeong memang luas, tapi tidak berarti dua orang akan sulit bertemu dengan tidak sengaja saat berjalan seperti mereka.

Woori mengangkat dagunya sedikit, berusaha untuk terlihat tegas. Woori menghampiri orang itu, yang kini tidak mau meletakkan pandangannya pada Woori.

"Bisa kita bicara?"

Jaehyun tidak menjawab, dia mengusap rambutnya bingung. Dia menatap Woori yang kini menyilangkan kedua tangannya. Dan juga raut muka yang sangat dikenali Jae.

Dia benar-benar ingin menghindari percakapan yang akan terjadi. "Apakah penting?"

Woori tersentak dengan pertanyaan Jae. Tapi dia tidak menyerah. "Penting. Sangat penting." Katanya lantang.

"Tidak bisakah bicara disini? Aku sibuk, jadi..."

"Apa kau mau menghindar lagi?"

Jae menyadari pandangan Woori yang tidak fokus. Kedua tangannya yang kini telah tersandar di samping badannya terlihat sedikit gemetar. "Apa?"

"Sampai kapan kau akan menghindar?"

Jae tertawa getir, mencoba menutupi kegelisahannya. Dia sudah cukup banyak putus harapan pada Woori yang dia kira sudah ingat kembali. Dan tidak mungkin dia akan jatuh ke lubang yang sama.

"Tzh-apa yang kau bicarakan.."

"Baiklah, aku akan bicara disini." Dia kembali menatap Jae. "Kau mau aku yang mulai duluan atau kau?"

"Apa? Ya, sebenarnya apa yang mau kau katakan padaku? Malhae, jangan berbelit-belit seperti itu."

"Benar kau mau aku yang mulai duluan? Baik kalau itu maumu." Woori menarik napas panjang. "Aku ingin tanya," dia bicara sambil mengeluarkan sesuatu dari saku mantelnya dan menunjukkannya pada Jae. "Apa kau tahu ini?"

Itu ponsel Woori yang lama. Woori berusaha menarik perhatian dan membuat Jae agar mengakui semuanya.

Tapi Jae cukup lihai untuk menutupi rasa terkejutnya. Dia tidak menunjukkan reaksi apa-apa.

"Ponsel, lalu kenapa?" Jawabnya dingin.

"Kau tidak mau bicara apa maksud dari benda ini?"

"Kenapa kau selalu berkata aku tidak mau bicara? Seolah-olah aku tahu sesuatu dan tidak ingin mengatakannya padamu.."

"Memang begitu, kan. Lihatlah, kau mulai menyangkal lagi. Apa kau tidak lelah bermain seperti ini?" Woori menurunkan tangannya. "Apa lain kali kau akan berkata kalau kau juga....hilang ingatan? Kau akan berkata begitu sehingga aku tidak akan bertanya apa-apa lagi padamu dan juga menghindariku?"

Jae tetap tidak bergeming. Dia berpikir kalau dia tidak boleh berharap lagi dengan apapun yang dikatakan gadis ini.

"Kau punya banyak pertanyaan, ya. Boleh aku mengajukan satu padamu sebelum aku menjawab? Kalau kau bisa menjawabnya, aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Bagaimana?"

Woori menaikkan alisnya. "Apa itu?"

Jae menghela napas, dia memasukkan tangannya kedalam saku celana. "Pada tanggal 20 agustus dua tahun lalu, apa kau ingat apa yang kau lakukan waktu itu?"

"Apa?"

"Kau tidak bisa menjawabnya?"

"Tunggu, bagaimana aku bisa ingat. Itu terjadi dua tahun lalu, dan itu..."

Someday [Jaehyun NCT + OC] ✔ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang