#1 - Johnny's Dream

21.4K 1K 31
                                    

Aku tahu jika aku melepasnya sekarang, aku tidak akan pernah mendapatkannya lagi. Dia tidak akan kembali lagi padaku. Meskipun jika nanti kami bertemu kembali, aku tidak akan pernah berani menyapanya, walau aku sangat ingin. Aku hanya akan menunggu takdir itu datang pada kami. Itupun kalau memang kami ditakdirkan bersama. Tapi aku akan menunggu, sampai kami benar-benar menyadari apa yang kami rasakan selama ini.















"Siapa yang hyung bicarakan?"

"Itu, wanita yang waktu itu ditoko bunga itu. Yang rambutnya sepanjang ini," Taeyong memperagakan seberapa panjang rambut 'anak' yang dibicarakan olehnya kepada dongsaengnya, Jaehyun, atau biasa dipanggil Jae.

Jae berusaha terlihat tidak tertarik. "Ya, aku ingat. Ada apa dengannya?"

Taeyong tersenyum. "Aku bertemu dengannya lagi."

Jae mendongak dari laptop yang dari tadi berusaha dijadikan bahan kesibukan dari pikirannya yang sekarang sedang lari kemana-mana, dan sebagian besar sedang mengenang pertemuannya dengan wanita yang ternyata sedang dibicarakan hyungnya ini.

"Jinja? Dimana kau menemuinya?" Jae kembali berkutat pada laptopnya, sekali lagi berusaha menepis raut terkejut diwajahnya. Untungnya Taeyong sepertinya tidak menyadari hal itu.

"Kemarin saat aku membeli bunga, dia datang juga kesana." Taeyong meletakkan cangkir kopinya dan memandang Jae. "Hei, apa kau percaya dengan takdir?"

Jae tidak bergeming. "Tidak."

Taeyong memandang Jae sinis. "Tzh, kenapa cepat sekali kau menjawab? Bukankah pertemuanku dengan perempuan itu bisa dibilang sebuah tanda takdir?"

Jae memandang hyungnya lekat. "Hyung, aku baru percaya takdir jika kau sudah bertemu secara tidak sengaja dengannya tiga kali. Sedangkan kau baru bertemu dengannya dua kali, dan kau tahu apa yang kubilang 'tidak sengaja'? Itu artinya kau tidak perlu berpura-pura membeli bunga dan berusaha untuk bertemu lagi dengannya."

"Ya! Apa maksudmu aku berpura-pura. Aku ke toko bunga memang membeli bunga untuk...untuk memberi selamat ulang tahun pada Taeil hyung." Taeyong meminum kopinya dengan gelisah.

Jae hanya melirik hyungnya skeptis. "Lalu, mana bunganya?"

"Apa? Ah, itu..tidak ada bunga yang cocok dengan Taeil hyung. Jadi...jadi aku tidak beli apapun." Taeyong mengedarkan pandangan ke sekeliling, berusaha tidak diintimidasi oleh dongsaengnya itu lagi.

"Yah, untung saja kau tidak jadi beli bunga. Karena Taeil hyung tidak akan pernah cocok dengan bunga. Kau tahu itu, kan hyung?" Jae hampir mau tertawa melihat Taeyong yang mukanya mulai memerah.

"Wae...wae? Apa maksudmu?"

"Aisssh...hyung, apa kau menyukai perempuan itu?"

"Apa? Tentu saja tidak! Apa yang kau bicarakan..tzh."

"Dia kelihatannya terlalu muda untukmu."

"Lalu maksudmu dia lebih cocok denganmu, begitu?"

"Hm, idemu bagus juga hyung. Dia lebih cocok denganku, tentu aku lebih segar darimu, kan?"

"Aissshh...jinja, dasar dongsaeng brengsek!"

****

Jae tidak bisa tidur malam itu. Dia terlihat gelisah dengan berbagai hal. "Aaaah!"

"Wae? Wae? Ada apa?" Johnny yang sekamar kaget dengan teriakan Jae sampai terbangun dari tidurnya. Tapi tidak cukup terbangun untuk melihat Jae yang benar-benar frustasi.

"Ah, mian hyung. Aku...mimpi buruk. Aku akan menghirup udara segar dulu."

"Ne.." Sahut Johnny tak bersemangat dan melanjutkan tidurnya kembali.

Someday [Jaehyun NCT + OC] ✔ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang