#28 - Another Victim

1.4K 164 9
                                    


Agustus, saat ini

Tongkat itu tergeletak di lantai, disusul pemiliknya yang ambruk. Woori bisa melihat Mingyu yang dengan tepat telah memukul orang itu di kepala belakangnya dengan sebilah kayu dan membuatnya pingsan. Orang yang akan memukul Jae dengan tongkat itu.

"Jaehyun ah, kita harus segera keluar dari sini!" Mingyu berteriak pada Jae.

Woori berusaha mengangkat tangannya, membalas dekapan Jae. Tapi selanjutnya yang dia tahu semuanya gelap, dia pingsan.

****

Saat matanya membuka, yang pertama kali Woori rasakan adalah bau obat yang menyerbak. Juga uap yang menyembul di sekelilingnya.

Woori ingin mengangkat tangannya, tapi dia tersadar tangannya tertahan oleh sesuatu. Saat dia mencoba menunduk, dia melihat tangannya tergenggam oleh tangan Jaehyun, dan tertindih kepala pria itu yang terkulai di samping.

Woori berusaha bangun tanpa membangunkan Jae. Dia berhasil duduk dan memandangnya. Luka-lukanya telah terbalut perban dan obat merah.

Ternyata bau obat yang Woori cium tadi berasal dari Jae. Saat Woori menyentuh rambut Jae hati-hati, Jae terbangun.

Dia membuka matanya perlahan, tapi saat dia merasakan tangan Woori menyentuhnya, dia langsung bangun.

Keduanya hanya saling memandang. Jae mengulurkan tangannya dan membelai lembut pipi Woori. Perlahan Jae membenturkan dahinya ke dahi Woori, memejamkan matanya lagi dan menghela napas.

"Kau membuatku gila.."

"Oppa, maafkan aku."

Jae menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, tidak apa-apa jika aku gila karenamu..."

"Bukan itu.."

Jae membuka matanya dan menjauhkan wajahnya dari wajah Woori agar dia bisa memandangnya dengan jelas. Tapi tangannya tidak bisa melepaskan genggamannya. "Kenapa?"

Woori menunduk. "Maafkan aku...karena terlalu lama mengingatnya kembali."

Raut muka Jae yang sempat terkejut berubah lembut. Dia meraih Woori dan memeluknya hangat setelah melihat air mata Woori yang mulai jatuh.

"Tidak apa-apa."

Dia membenamkan wajahnya pada bahu Jae dan menangis dalam diam. Woori membalas pelukan Jae dan seakan tidak mau melepaskannya.

"Tidak peduli berapa lama kau akan ingat kembali, yang penting sekarang aku bisa melihatmu lagi. Mengerti?"

Jae bisa merasakan Woori mengangguk dalam pelukannya. "Selama aku bisa memelukmu, aku tidak peduli apakah kau ingat padaku atau tidak.. Sungguh, tidak apa-apa.."

****

Sore itu saatnya pasien makan. Jae duduk di depan Woori dan menyuapinya. "Oppa.."

"Mm?"

"Apa kakak dan Ibu tahu aku ada di sini?"

"Aku hanya menghubungi kakakmu, aku tidak tahu apakah dia akan memberitahu Ibumu atau tidak. Tapi melihat tidak ada yang datang menjengukmu berarti dia tidak memberitahukannya." Jae menyodorkan suapan pada Woori.

Woori mencondongkan badannya untuk menerima suapan Jae. Lalu dia mengernyit. "Tidak enak.."

"Ya! Sejak kapan makanan rumah sakit jadi enak? Kau ini pasien, jadi makan saja yang banyak agar kau cepat sembuh. Arasou?" Jae membentak Woori. Woori yang takut pada Jae hanya bisa diam.

"Iya.." Katanya lirih. Woori menelan makanannya dengan setengah hati. "Oppa, kenapa kau tidak ke kamar pasien?"

"Untuk apa?"

Someday [Jaehyun NCT + OC] ✔ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang