True Destiny

998 68 1
                                    

Aku sekarang sedang senyum-senyum sendiri. Mungkin kalian akan mengataiku gila. Silakan judge aku sesuka kalian karena kalau kalian sekarang berada diposisiku kalian pasti akan melakukan hal sama. Bahkan mungkin lebih. Aku bukan senyum tanpa alasan tentu saja. Aku sedang tersenyum bersama cincin cantik yang melingkar di jari manisku setengah jam lalu. Ingatanku memutar ulang kejadian siang tadi.

****

"Sayang sorry telat." Aku mengecup sekilas pipi pria tampan yang sedang duduk menungguku.

"No probs sweetheart, baru lima menit juga aku disini." Pria tampan itu mengecup balik pipiku.

Ceritanya aku janjian di Lev's Cafe dengan calon teman hidupku yang lima tahun ini khilaf mendampingiku. Kenapa kukatakan khilaf? Karena coba bayangkan, pria tampan mana yang dengan senang hati menemaniku yang sangat drama queen ini. Aku tidak terlalu cantik, tapi lumayanlah jika hanya untuk dibawa-bawa ke kondangan sebagai pasangan. Selain itu aku juga sangat cengeng dan terlalu melankolis. Jadi, pria tampan yang ada dihadapanku sekarang pasti sedang khilaf, dan aku sedang harap-harap cemas menunggu ia sadar dari ke-khi-laf-an-nya. Aku tidak siap jika harus dilempar saat ini. Tidak setelah lima tahun yang telah kami lewati dengan manis. Apalagi tidak biasa-biasanya dia mengajakku bertemu di jam makan siang seperti ini. Jadi setidaknya aku harus menyiapkan mental bukan?

"Mau pesen apa sweetheart?"

"Hmmm, eh. Apa aja deh?"

"Kenapa sih? Tumben-tumbenan kamu diem kayak gini? Biasanya kan kamu heboh sweetheart?"

"Aku lagi pengen jadi orang pendiem aja."

"Gak cocok tahu, sayang. Udah jadi diri kamu aja. Lebih enak ngeliatnya." Ia pun memanggi waitress dan menyebutkan pesanannya. Sedangkan aku, tentu saja sibuk melamun. Membayangkan detik-detik didepak oleh pria tampan ini. Oh, sekarang aku ingin menangis. Rasanya tidak rela jika harus kehilangannya.

Pesanan kami datang. Tunggu dulu, bukan pesanan kami, tetapi yang datang adalah sebuah kartu yang bertuliskan "You look so beautiful today." Aku memberikan kode berupa tatapan bertanya kepada pria tampan dihadapanku. Tetapi ia hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu. Belum cukup keheranan yang melandaku, tiba-tiba ada yang mengetuk kaca kafe yang dekat dengan tempat duduk kami sehingga aku bisa melihat ada seorang anak kecil membawa kertas karton yang besar bertuliskan "Since i found you my life begins so new." Lalu tulisan dikertas berganti "You've showed me the love inever knew." Berganti lagi "Your presence is what my whole life through." Kali ini air mataku turun tanpa bisa kucegah. Aku tak tahu harus mengatakan apa. Aku sunggu terharu. Kuperhatikan lagi kertas karton yang telah berganti "I'm so in love with you." Anak kecil itu mengangkat karton terakhir bertuliskan, "now, look at your man."

Aku mengalihkan tatapan mata pada pria tampanku. Suara Christian Bautista dengan Since I Found You-nya mengalun memenuhi indra pendengaranku. Pria tampanku hanya tersenyum. Dengan senyum termanisnya yang pernah kulihat, ia merogoh sebuah kotak dari saku celananya dan berlutut dengan satu kaki dihadapanku.

"Sweetheart, will you marry me?" Ia membuka kotak yang menampilkan sebuah cincin cantik dengan mata ungu ditengahnya. Warna favoritku. Pria tampanku menyentuh pelan jemariku seakan memberi tanda bahwa ia membutuhkan jawaban. Sesungguhnya aku tak bisa berkata karena sangat terharu dengan semua perlakuannya. Tetapi karena pria tampanku membutuhkan jawaban maka kuberanikan diri untuk tersenyum dan memberikan jawaban. "Aku mau." Aku berkata sambil menganggukkan kepala. Air mataku terus saja mengalir deras. Air mata kebahagiaan tentu saja. 

Pria tampanku lalu memasangkan cincin cantik itu dijari manisku, lalu mengecup jemariku perlahan. Setelahnya ia memelukku dan riuh rendah suara tepuk tangan mengiringi pelukan itu. Meskipun aku masih bingung tapi aku bahagia. Hey, ini lamaran kan? Siapa yang tidak bahagia. Jadi bolehkan aku menyimpulkan bahwa pria tampan milikku itu memilihku karena ia mencintaiku, bukan karena khilaf seperti pemikiranku selama ini?

***

"Ngelamun aja lo, senyum-senyum sendiri. Mentang-mentang abis dilamar." Seru kepala editorku yang sepertinya muak memperhatikanku yang bertingkah layaknya orang gila. Aku tak menjawab perkataannya, aku hanya menanggapi dengan senyuman.

"Tuh, tulisan dilayar udah teriak-teriak minta diedit. Sana kerja, inget deadline tiga hari lagi."

Aku kembali tersenyum dan mulai menarikan jemariku di atas keyboard. So, aku Kaylana Ameera, 23 tahun, seorang editor penerbitan terkenal, sebentar lagi akan resmi melepas masa lajang dengan pria tampan bernama Reifar Augusta. Dan yang paling penting, ia menikahiku bukan karena khilaf. Tapi karena dia men-cin-ta-i-ku!

                                                                                                16-06-2014

                                                                                                14:00 wib.

Ritme HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang