Diam-diam aku mendiamkanmu

1K 50 1
                                    

"Kamu egois Li."

"Maksud kamu?"

"Kamu ga sadar ya kalo cinta sepihak kamu bikin aku, kamu, dan Arga jadi saling menyakiti."

"Maksud kamu apa sih?"

"Kamu masih ga sadar juga? Aku udah ngerelain Arga buat kamu, tapi tetep aja Arga ga bisa memilih satu diantara kita. Sedang kamu selalu memaksa Arga. Kamu egois, kekanakan!"

"...."

Entah itu pertengkaran kita yang keberapa. Yang jelas itu pertengkaran kita yang terakhir.

Kamu kekanakan Livi, memaksa Arga memilihmu sedang hatinya tak bisa denganmu. Aku cukup tahu diri untuk melepaskan Arga saat kamu tiba-tiba mengatakan padaku tentang isi hatimu. Sebagai sahabat yang baik aku memilih netral, berusaha menenangkanmu, menasehatimu saat Arga secara halus menolak perasaanmu. Kamu malah menuduh aku ingin merebut Arga. Kamu egois Livi. Setelah semua yang kulakukan untukmu.

**********************

Hai, sudah lama jemariku tak bersentuhan denganmu. Rindukah kamu dengan aku? Entahlah. Mungkin tidak terlalu karena aku sering bolak-balik mengintipmu. Kamu tidak tahu kan? Jelas saja. Kamu memang lebih sibuk memperhatikan hal lain daripada aku.

Aku tidak akan marah (lagi). Aku hanya (pernah) kecewa karena (lagi-lagi) harus jadi pihak kesekian.

             "Diam itu artinya tidak peduli. Itu yang sudah lama aku lakukan diam-diam."

Dalam diam aku mulai menarik diri. Diam-diam aku tak lagi memperhatikanmu. Selalu diam setiap kali amarahmu berkobar. Hanya bisa diam tanpa berkata.

Kamu tahu kenapa? Karena kedewasaan yang tidak mengiringimu. Karena harusnya aku yang bersikap demikian, tetapi dalam kediamanku, aku  menjelajahi waktu dan terus membuka hati dan berbagai kata yang mereka lontarkan. Aku tak menelan kalimat-kalimat menyedihkan itu bulat-bulat. Aku memilah hingga menjadi untaian kata yang indah. Aku tidak lagi berkobar saat kumpulan makhluk itu mengusikku. Amarahku terkendali.

Selama perjalanan diam-diam yang telah kutempuh aku belajar bahwa perubahan yang baik tak perlu dikoarkan hanya agar diperhatikan sesama.

Kita sudah melewati fase remaja. Aku telah beranjak secara diam-diam sejak lama.

Lalu kamu? Akankah bertahan difase kekananakan yang menyebalkan itu?

Ini perpisahan yang tak kujanjikan. Tetapi aku secara-diam-diam akan pergi darimu. Selamat tinggal.

******

Aku memasukkan surat ke dalam kotak pos. Selamat tinggal Livi.

Ritme HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang