4

18.4K 638 21
                                    

Terima kasih sudah menunggu ceritaku

"Kakak," pekiknya kaget. Ia mengelus dadanya pelan sambil memperhatikan pria yang tersenyum sambil terus melangkah mengikis jarak diantara mereka, dengan membawa sebuket bunga mawar yang sejak tadi berada ditangannya.

"Kenapa kakak ada disini?" keningnya berkerut dalam.

Melihat wajah bingung sekaligus menggemaskan itu membuat ia terkekeh pelan. Kemudian ia mengacak - acak puncak kepala gadis berhati lembut itu. Lalu ia mengarahkan buket bunga yang sejak tadi dibawanya kehadapan Evelyn. "Ini untukmu, sebagai hadiah yang aku lupakan kemarin."

Mata gadis itu berbinar - binar "Benarkah?"

Lalu Pria manis itu mengangguk

"Terima kasih." Dengan senyum lebar terlukis diwajah gadis cantik itu. Ia langsung mendekatkan mawar itu kewajahnya, menghirup harum mawar yang menjadi bunga favoritnya sejak kecil.

Keanu menaikan yang menyaksikan hal itu sebelah alisnya. "Apakah tidak ada pelukan untuk kakak tersayangmu ini, Sayang," lalu membuka kedua tangannya.

Mendengar semua itu membuat Evelyn tersenyum, Lalu ia masuk kedalam dekapan hangat pria yang memilki tubuh kekar itu. "Akan selalu ada pelukan untukmu embulku." Suara itu terdengar samar karena terendam dada Keanu.

Mendengar panggilan menyebalkan dari mulut adik perempuannya itu membuat pria itu melepaskan pelukannya ia menggelengkan tanpa melepaskan senyumannya "Kau masih saja mengingat kejadian 10 tahun yang lalu ," sambil mencubit pelan kedua pipi kemerahan Evelyn.

Ia melepas kedua tangan Keanu dipipinya, lalu merengut sebal. "Kakak! aku itu sudah berumur 25 tahun jangan mencubit pipiku seperti itu lagi."

Keanu hanya mengindikan bahunya acuh lalu berbalik berjalan menjauh. "Berapapun usiamu saat ini, dalam pandanganku kau masih tetap adik kecilku yang selalu mengekori kakaknya kemana - kemana."

Evelynpun melangkah mengikuti kakaknya, kemudian mensejajarkan langkah kakinya lalu memeluk erat lengan Keanu. "Baiklah - baiklah kakak menang. aku memang hanya anak kecil yang masih ingin bermanja - manja padamu walau usiaku sudah bertambah tua seperti saat ini."

Terlihat orang berlalu lalang disekitar mereka. Ada yang terburu - buru memasuki aparteman. Ada yang berjalan dengan santai keluar dari bangunan berlantai 30 lantai itu.

Laki - laki itu mencium kepala gadis itu sayang lalu membelai surai coklat Evelyn pelan. "Ya itulah kau."

Evelyn merebahkan kepalanya pada lengan Keanu. "Kak."

"Hmm."

"Apa kakak masih akan memanjakanku seperti ini jika suatu saat nanti kakak menemukan gadis yang kakak cintai?" Bisiknya.

Keanu menghentikan langkahnya. Lalu Menatap gadis yang juga sedang menatapnya sendu. "Kenapa kau mananyakan hal seperti itu?"

Evelyn melepaskan pelukannya bahunya merosot kemudian memandang pria yang selalu ada disisinya dengan pandangan sedih. "Karena...," ia menundukan kepalanya entahlah saat ini ia merasa tidak mampu menatap manic mata abu - abu itu. "Aku takut kakak akan berubah jika kakak telah menemukan wanita yang kakak cintai," berhenti sejenak. "Aku juga takut kakak akan lebih lebih memperhatikannya dibanding gadis cengeng ini dan aku sangat takut jika kakak melupakanku dan tidak mempedulikanku lagi," lirihnya.

Matanya tiba - tiba memanas Ia menggigit bibirnya keras, Mencoba menahan gemuruh yang ada dihatinya. Ia tak sanggup membanyangkan jika semua itu terjadi. Ia tak sanggup jika tempat ia bersandar hilang dari hidupnya. Ia tak sanggup jika pria yang selalu melindunginya itu mengabaikan dirinya suatu saat nanti. Ia tak akan pernah sanggup.

Pria itu memegang kedua bahu Evelyn. "Dengar Eva," berhenti sebentar. Lalu Ia memegang dagu gadis itu dengan jemarinya mendongakan wajah itu agar mau menatapnya. Ia melihat mata gadis itu sudah berkaca - kaca. "Apapun yang terjadi aku tidak akan pernah berubah. walau nanti akan ada gadis yang mengisi relung - relung hatiku, walau nanti aku menikah dengannya dan mempunyai anak sekalipun aku tidak akan pernah mengabaikan apalagi melupakan kau Eve," ia menggeleng pelan. "Tidak akan. Dan tidak akan pernah aku lakukan. Karena bagiku kau, orangtua kita dan gadis serta anakku nanti akan selalu menjadi priroritas utama bagiku. Karena aku hanya akan mencintai gadis yang juga mencintai kau dan kedua orangtua kita," ujarnya pelan.

Tatapan penuh tekad serta kalimat - kalimat yang keluar dari bibir kakaknya membuat ia tak mampu membendung air mata yang sejak tadi mendesak untuk keluar. "Kakak," lirihnya. Gadis itu meneteskan air matanya deras.

Melihat Evelyn menangis membuat Keanu langsung memeluknya erat sambil mengusap kepala gadis itu. "Ssttt, tenanglah. jangan pernah memikirkan hal yang belum tentu terjadi."

"Maaf. Maafkan aku."

"Tidak apa - apa," bisiknya

Mereka terus memeluk satu sama lain tak mempedulikan tatapan orang - orang yang menatap mereka denga pandangan yang bermacam - macam.

Maaf pendek.

LEONARD  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang