Ica bersidekap, "entah kenapa hari ini banyak pembicaraan yang kurang berfaedah," lalu menggeleng sekilas, "miris liatnya."

"Kayaknya lo juga lagi kurang sehat Ca." Ken akhirnya membuka suara.

"Yah efek dari Daffi dan Gina yang baru jadian."

BRAK!

Daffa, Ken, Ica dan seisi kantin menoleh bersamaan ke arah Windy yang baru saja berdiri dan menggebrak meja.

"HAH?! DAFFI SAMA GI-- AAWW!"

Ica segera menginjak keras kaki Windy membuat Windy kembali terduduk.

"Gigi lo berisik!"

Windy langsung membungkam mulutnya, "gigi gue ngga bisa bicara master!"

"Jadi beneran Daffi sama Gina?"

Ica mengangguk menjawab Daffa, "gue sama Ken baru dari sana tadi, liat mereka pelukan di UKS.
Jadi, nenek-nenek lagi akrobat juga bakal paham kalo mereka akhirnya jadian."

"Akhirnya adik ipar udah normal, tinggal kakak kembar lo tuh master." Ucap Windy.

"Paling ngga lama lagi." Sahut Ica.

"Jessy maksudnya?" Tanya Ken.

Ica mengangkat sekilas bahunya, "liat nanti deh, itu Ico lagi deketin jodohnya atau jodoh orang."

"Jodoh apaan?" Ico tiba-tiba muncul dan bergabung.

"Itu Daffi sama Gina jadian." Jawab Windy.

Ico mengangguk dan ber-oh-ria.

"Kok lo ngga kaget sih Co?!" Protes Windy, "ngga seru banget respon lo!"

"Lah terus lo maunya gimana? Gue terkejut lalu ada efek petir menyambar gitu?"

Windy memanyunkan bibirnya, "ya ngga selebay itu juga kali."

"Lo udah tau?" Tanya Ken pada Ico.

Ico mengangguk, "gue udah tau kok kalau mereka bakal jadian."

"Tapi kalau punya pacar di luar agensi mungkin harus lebih sabar." Ujar Windy dengan suara pelan karena mereka sedang berada di kantin.

"Ya kalau lagi banyak misi apalagi sampai beberapa hari, Daffi harus bisa kasih alasan ke Gina buat ngga ketemuan." Timpal Daffa juga sedikit berbisik.

Ica dan Ken mengangguk setuju, "karena kita yang dukung mereka mungkin kita juga bisa bantu sebisa kita nanti." Ucap Ica.

👊👊👊

Jam pulang sekolah akhirnya tiba. Semua siswa segera beranjak pulang ke rumah masing-masing, begitupula tim Delta. 

"Mau anterin pacar nih ceritanya?" Sindir Windy melihat Daffi akan berpamitan.

"Ya gue udah bosen jadi obat nyamuk di antara lo dan Daffa." Sungut Daffi, Windy terkekeh.

"Hati-hati ya Fi," pesan Ica, "jangan main jauh-jauh."

Daffi menatap datar Ica, "lo kira gue anak SD."

"Ya gue cuma ingetin takutnya terlalu seneng dapet pacar jadi lupa jalan pulang." Lanjut Ica.

Daffi segera pamit pergi sebelum obrolan mereka bertambah panjang karena Gina suda menunggunya di dekat parkiran sekolah.

"Lo langsung pulang?" Tanya Ica pada Windy.

"Mau mampir dulu sih sama Daffa ke toko buku, lo sendiri master?"

"Gue ngga sendiri kok, bareng Ken."

Windy memberikan tatapan datarnya pada Ica, "maksud gue, kalo lo gimana? Langsung pulang?" Tanyanya dengan nada gemas.

"Oh, bisa iya bisa tidak."

"Bisa iya bisa tidak gimana sih?"

Ica mengangkat sekilas bahunya, "ya kalau di tengah jalan ternyata gue pingin mampir, berarti ngga langsung pulang."

"Intinya," Ken menengahi, "gue sama Ica itu kalau pulang sekolah ikutin moodnya Ica, mau mampir atau langsung pulang."

"Sabar banget ya lo Ken menghadapi mood master gue ini."

"Kenapa harus sabar?" Ken memasang wajah bingung, "justru gue seneng kalo makin lama sampe rumah, karena makin lama juga berduaan sama Ica." Senyum Ken terbit.

Windy menatap jengah Ken, "bodo amat Ken, ya udah gue sama Daffa duluan balik deh."

Ica dan Ken mengangguk bersamaan, Windy segera menarik Daffa keluar kelas dan Ico ikut pamit pulang lebih dulu.

"Jadi," Ken menatap Ica, "hari ini lo mau ke mana? Gue bakal anterin."

"Yakin?"

Ken mengangguk.

"Ke manapun?"

Ken kembali mengangguk.

"Kalau gue minta anterin ke Venus?"

"Ke rumah kak Venus? Ayo deh."

Ica berdesis, "ke planet Venus maksudnya Ken, bukan rumah kak Venus!"

Ken terkekeh, "ke ujung dunia juga gue anterin Ca yang penting bensinnya cukup."

Ica ikut terkekeh mendengar penuturan Ken, "ya udahlah dari pada makin ngga jelas kita mendingan cari makan siang dulu yuk, gue udah laper nih."

"Siap kapten!" Ken merangkul pundak Ica dan mengajak gadisnya itu meninggalkan kelas. 

"Ngomong-ngomong soal kak Venus," Ken kembali membuka obrolan setelah menjalankan mobilnya meninggalkan sekolah, "dia masih sama Ed?"

Ica mengangkat sekilas pundaknya, "gue jarang banget ketemu kak Ve, dia kan sibuk kuliah juga."

Ken mengangguk paham, "dia ngga ada niat masuk agensi setelah kenal Ed?"

"Mana diizinin sama kembarannya si kak Ares."

"Kenapa?"

"Kak Ares cuek-cuek gitu tapi tipe kakak yang posesif juga."

Ken terkekeh pelan. Obrolan dilanjut membahas hal lain hingga mobil Ken berhenti di parkiran sebuah restauran makanan cepat saji. Bersama Ica, Ken masuk ke dalam restauran. Memesan makanan dan memuaskan perut mereka yang sudah cukup lapar di siang menjelang sore ini.

Tbc

My Dearest Enemy 2Where stories live. Discover now