Saat ini tepat jam makan siang. Jeri menghubungi Yohana mengajaknya bertemu, dan sekarang mereka berada di restoran sederhana tak jauh dari gedung Gary's Group.

Jeri menegakan punggungnya dan tergelak pelan.

"Aku serius Jer." Yohana tersinggung karena Jeri menertawakan ucapannya "Memang benar kamu itu pantasnya jadi model, artis, atau mungkin personel boy band." Ungkapan Yohana makin membuat Jeri tergelak kencang. "Sepertinya mereka naksir sama kamu deh..." kembali Yohana menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Biarkan saja." Jawab Jeri setelah tawanya reda. "Kamu ternyata kerja di Gary's Group?"

Pertanyaan Jeri membuat Yohana meringis, ia baru sadar masih memakai seragam Gary's Group. Yohana mengangguk kecil.

"Jam makan siang kamu selalu makan diluar?" kembali Yohana mengangguk, kemudian menggeleng. "Maksudnya?"

"Aku biasanya bawa bekal sendiri." Yohana mengingat kembali masa dimana ia bekerja. "Tadi kamu menelepon ingin bertemu dan menraktir makan siang. Makanya aku mau. Dan aku ucapkan selamat ya...karena sudah naik jabatan." Yohana tersenyum menampilkan eye smile-nya, membuat Jeri terpesona pada wajah manis dihadapannya.

Yohana terkejut karena teman barunya itu menghubungi dan mengajak bertemu. Karena tepat pada jam makan siang Yohana mengiyakan dan memberitahu dimana mereka akan bertemu. Yohana yakin teman-temannya tidak akan makan di luar kali ini karena mereka memesan makanan dan sepakat untuk makan bersama. Lagi pula Yohana perlu waktu untuk menenangkan diri dan menghidar dari amukan Deby.

Mata Yohana terbelalak ketika melihat Jeri keluar dari pintu kemudi mobil, mobil dinas dari kantor kata Jeri, dengan setelan yang rapi. Jeri mengatakan dia baru saja mendapat tugas mengantar dokumen ke gedung Gary's Group dan melihat Yohana, untuk memastikan maka dia menelepon Yohana.

"Hanya jadi staf biasa." Jeri tersenyum tipis.

Yohana menggoyangkan telunjuknya kearah Jeri "Jangan bilang begitu. Itu suatu peningkatan walau hanya staf biasa. Dan...terima kasih kamu mau membantu mengungkapkan siapa orang yang telah membubuhi obat di dalam makanan yang kita pesan. Aku tidak menyangka dia akan berbuat seperti itu. Bagaimana keadaannya sekarang?"

Saat sedang menunggu makanan yang mereka pesan. Jeri menceritakan bagaimana ia bisa jadi staf dan ditugaskan di kota ini. Itu semua bermula dari peristiwa atasan Yohana, Ibu Mira, yang keracunan.

"Aku tidak berbuat apa-apa. Gerakannya terekam kamera CCTV." Jeri melahap nasinya, Yohana mengangguk-angguk kecil. "Seharusnya dia dipecat. Tapi karena dia itu anak pertama dan menghidupi adik-adiknya jadi pihak hotel tetap memberi dia kesempatan. Dan sekarang dia dipindah dibagian lain, dan yang aku tahu dia juga dalam pengawasan."

Yohana terpaku mendengar cerita Jeri tentang orang yang ingin mencelakainya dan salah sasaran. "Aku juga setuju dia dipindahkan saja. Jangan memecatnya, kasihan." Ucap Yohana dengan nada sedih dan rasa iba didalamnya, mata Yohana nyalang menatap piring makanannya.

Jeri tersenyum geli "Kamu tidak marah?"

Yohana mengarahkan pandangannya pada teman barunya, mendengus "Marah? Tentu saja." Dengan nada tidak terima "Tapi itu tidak akan menyelesaikan masalah dan membuat kita salah bertindak. Lagi pula keadaan Ibu Mira sudah sehat." Ucap Yohana sembari mengaduk nasinya pelan.

Jeri menyunggingkan senyum tipis, membenarkan ucapan Yohana. Jeri menatap Yohana dengan lembut "Masih sama." Gumam Jeri.

"Ya?" Jeri menggeleng kecil menanggapi pertanyaan Yohana "Apa yang kamu bilang tadi?" Jeri mengedikan bahunya tak acuh, membuat kening Yohana berkerut.

Be My Wife (Complete)Where stories live. Discover now