To : (Namakamu) <3

Nanti pulang sama siapa ?

Iqbaal kembali mengirimnya dengan cepat. Ia sepertinya ingin (Namakamu) pulang bersamanya. Kembali ia berdecak kesal, Reza menggelengkan kepalanya dengan pelan mendengar decakkan kesal Iqbaal.

" Ternyata pacaran itu ribet, ya, Baal.. ," sindir Reza dengan mengambil posisi duduk di sisi Iqbaal.

Iqbaal terkejut saat melihat Reza sudah berada di dekatnya, Reza mengangkat satu alisnya. "Lo sejak kapan di sini ? " tanya Iqbaal dengan wajah bingungnya.

Reza menggelengkan kepalanya tanda itu tidak penting, ia menunjuk (Namakamu) dengan dagunya. " Lo pacaran sama (Namakamu), kan ? Kalau lo nggak mau jujur, gue tikung lo!" ancam Reza dengan suara beratnya.

Iqbaal memukul kepala belakang Reza dengan kuat, Reza hampir saja jatuh jika ia tidak menjaga keseimbangannya. " Diam lo! " ucap Iqbaal dengan kasar.

Kembali Iqbaal melihat ponselnya yang sudah ada pemberitahuan pesan (Namakamu).

From : (Namakamu) <3

Kalau Dio nggak sibuk, aku pulang sama dia. Gak apa-apa, kan?

Iqbaal semakin kesal, ia dengan wajahnya kesalnya membalas pesan (Namakamu).

To : (Namakamu) <3

Terserah mana baiknya. Yaudah, jangan sms lg.

Iqbaal berdiri dari duduknya, ia menjauh dari Reza yang sejak tadi diam melihat Iqbaal cemburu. Reza tertawa sembari mengusap kepalanya yang kesakitan. " Sok-sok anak club, tapi sekali nggak diturutin permintaannya langsung ngambek. Cih.. ," tawa Reza.

Iqbaal berjalan untuk menuju mobilnya tapi getaran ponselnya membuat dirinya mengangkat panggilan itu.

"Hmm..." Iqbaal memberhentikan langkah kakinya saat ia tahu siapa penelpon itu.

"Kamu lagi di mana ?"

" Mau pulang," balas Iqbaal dengan singkat.

"Kenapa Baal ? Kamu marah ?"

Iqbaal hanya menundukkan kepalanya sembari memainkan batu kerikil yang ada di bawah. Dia tidak menjawab pertanyaan (Namakamu), tetapi ponselnya tetap di telinganya.

" Kok nggak dijawab ? "

" Katanya mau latihan nari ? Ya udah, latihan dulu. Aku mau pulang," ucap Iqbaal dengan suara beratnya.

" Gimana mau latihan nari – kalau kamu kayak gini ? Kamu marah ? "

Iqbaal kembali tidak menjawab pertanyaan (Namakamu).

" Baal, aku nanya, lho.. kok nggak dijawab sih ? Masih penting nggak suaranya ? kalau enggak sumbangkan aja ke yang membutuhkan..."

"Garing!"

"Ya udah, kalau garing..aku tutup dulu teleponnya, ya ? Soalnya mau pemanasan—"

"Jangan pulang sama Dio. Aku nggak suka." Iqbaal dengan cepat memotong ucapan (Namakamu).

"Ooh.. jadi gara-gara itu. Ya udah, kalau gitu aku pulangnya sama kamu aja. Bisa nanti jemput?"

Iqbaal menyunggingkan senyum kecilnya saat mendengar apa yang ia inginkan dari tadi.

" Kasih tahu aja nanti jam berapa pulangnya, biar aku tinggal jemput.Oke ?"

"Iya.. Udah, kan ? Gak marah lagi ? "

" Siapa yang marah ? "

"Oh.. berarti nggak marah lagi. Ya udah, aku latihan dulu,ya. Nanti aku hubungi.. Bye .."

"Bye.."

Iqbaal pun mengakhiri panggilan itu dengan senyum manisnya, dengan hati yang gembira ia kembali melanjutkan perjalanannya menuju mobilnya.

**

Iqbaal tersenyum melihat (Namakamu) masuk ke dalam mobilnya, ia melihat (Namakamu) langsung memejamkan kedua matanya saat sudah duduk di mobil. Iqbaal membantu (Namakamu) memasang sealtbelt-nya.

"Capek banget, ya ? " tanya Iqbaal yang kasihan melihat (Namakamu) yang langsung tampak memejamkan matanya tadi.

(Namakamu) membuka matanya, ia melihat Iqbaal berada di dekatnya. " Mungkin karena bentar lagi mau ditampilin, jadi agak lama latihannya," gumam (Namakamu) dengan suaranya yang mulai serak.

Iqbaal menganggukkan kepalanya dengan pelan, ia mengusap poni (Namakamu) yang tampak basah. " Udah makan tadi ?" tanya Iqbaal dengan lembut.

(Namakamu) menggelengkan kepalanya pelan, ia menikmati usapan Iqbaal.

"Kita makan dulu, ya ? Baru istirahat, oke ?"

(Namakamu) menganggukkan kepalanya dengan pelan, Iqbaal pun tersenyum sembari mengecup singkat dahi (Namakamu).

Sebelum ia melajukan mobilnya, Iqbaal mengatur suhu pendingin mobilnya agar (Namakamu) tidak kepanasan. Setelah menurutnya pas, Iqbaal mulai menjalankan mobilnya.

"Tadi nggak ada kuliah, Baal ?" tanya (Namakamu) yang mulai mendinginkan badannya.

Iqbaal melirik (Namakamu) yang masih memejamkan matanya, lalu kembali menyetir dengan baik. " Kalau hari kayak gini, libur. Besok kelasnya yang padat. Kamu mau aku turunkan bangkunya ? Biar tidur aja dulu, kalau udah sampai baru aku bangunin," tanya Iqbaal sembari mengganti gigi mobilnya.

(Namakamu) menggelengkan kepalanya, ia membuka matanya dengan tatapannya mengarah kepada Iqbaal. "Aku mau mendinginkan badan aja," balas (Namakamu) dengan pelan.

Iqbaal membiarkan satu tangannya memegang kendali stir mobilnya – yang satu lagi memegang tangan (Namakamu). Ia mengusapnya dengan lembut, (Namakamu) merasakan itu dan dititik ini dia nyaman akan perlakuan Iqbaal.

"Besok latihan lagi ?" tanya Iqbaal dengan lembut.

(Namakamu) hanya menggumam pelan. Iqbaal mengecup singkat punggung tangan (Namakamu), (Namakamu) hanya tersenyum hangat saat Iqbaal mengecupnya. " Aku dengar-dengar kamu ini ternyata playboy, ya ? Berarti aku ini pacar yang keberapa Baal ? " tanya (Namakamu) yang mulai menanyakan gosip-gosip itu.

Iqbaal menggelengkan kepalanya, tanda ia tidak menganggap penting semua gosip itu.

"Jadi, aku ini pacar ke sekian kali nya, ya ? Duh, harus siap-siap nih kalau nanti diputusin," ucap (Namakamu) sembari tersenyum menatap Iqbaal.

" Unfaedah, nggak guna, nggak penting, pembodohan, apa lagi coba ? " jawab Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) tertawa mendengar ucapan Iqbaal. "Ooh... jadi aku ini nggak guna, ya dibahas ? Oke, sekarang aku ngerti apa artinya hubungan kita."

Iqbaal berdecak kecil." Ini kalau masih ngomongin permasalahan yang ngga guna, aku tabrakin mobilnya ke tiang listrik nih.. ," ancam Iqbaal.

(Namakamu) kembali tertawa mendengar ancaman Iqbaal.

" Lho, emang aku salah kalau nanya ? " tanya (Namakamu) dengan tawanya.

Iqbaal melepaskan tangannya yang sejak tadi menggenggam (Namakamu), kini ia mencengkram lembut pipi (Namakamu). "Senang, ya, kalau kita kecelakaan sama-sama ?" tanya Iqbaal dengan gemasnya.

(Namakamu) mencubit tangan Iqbaal. Iqbaal melepaskannya dengan tawanya. "Fokus ke jalan! Jangan sampai nabrak! " ucap (Namakamu) dengan kesal.

Iqbaal tertawa sembari mengacak rambut (Namakamu).

**

Bersambung...

P.S : OKE, KOMENTARNYA YA !

Mrs. Happy EndingWhere stories live. Discover now