15

4.5K 546 29
                                    

**
Iqbaal memasang senyumnya yang ia buat – kembali ia menemukan sahabat lamanya, sahabat yang membuat dirinya seperti sekarang, terjebak cinta yang menyakitkan.

Gilang terlihat semakin tampan, wibawanya, dan pakaian formalnya. Iqbaal melihat kembali Gilang yang berantakkan – Iqbaal memesan minuman yang sama dengan minuman Gilang.

Gilang menatap sekilas Iqbaal lalu kembali alkohol yang berwarna putih itu dengan pelan.”Apa kabar sobat lama ? Lama nggak jumpa, lo udah berubah… ,” kekeh Gilang di akhir kalimatnya.

Iqbaal menerima minuman yang telah diberi bartender itu, ia menyesap sedikit lalu menaruhnya kembali. “Lo yang semakin nggak gue kenal, Lang.” Kini Iqbaal menatap dingin kepada Gilang – yang tertawa kecil mendengar perkataan Iqbaal.

“Gue ? Apa yang nggak lo kenal ? Gue tetap Gilang yang sama – yang selalu ada disaat lo butuh gue. Ah… gila! Minumannya makin nggak enak! EH! LO! IYA.. LO ! LO BECUS KERJA NGGAK, SIH? LO MAU GUE PECAT ? HA ? “ Gilang terlihat marah saat ia mencoba menyesap minumannya itu, ia marah kepada bartender itu.

Bartender itu menundukkan kepalanya, ia takut. Gilang dengan kuat melempar gelasnya itu ke arah bartender itu.

PRANG!

Musik itu tetap berjalan, namun sejumlah orang yang berada di sekitar sana pun melirik ke arah pria tampan yang mengamuk.

Iqbaal melihat Gilang yang meremas rambutnya dengan kedua tangannya. “Gu-gue…ma-masih yang dulu, Baal. Gu-gue..ma-masih cinta sama a-adek..g-gue… ,” ucap Gilang secara terbata-bata.

Iqbaal yang mendengar itu semua hanya tertawa, ia kembali menyesap minumannya.

” Sekarang apa ? Lo mau nikah sama dia ? Sampai lo mati, itu nggak akan pernah direstui Tuhan.”

Kini, Gilang yang meneteskan air matanya, ia sudah tidak sanggup lagi menahan rasa rindu dan cinta terlarangnya kepada adik perempuannya, (Namakamu).

Gilang menatap Iqbaal yang sama sekali tidak melihatnya, Gilang telah berlinang air mata.

“ Apa  yang harus gue perbuat dengan rasa ini ? Sejauh apapun gue pergi, tetap perasaan ini juga yang buat gue kembali. Gue rela memberi apapun asal perasaan ini hilang, Baal. Tapi, apa ? Rasa ini masih tertinggal, di sini .. di sini.. ,” isak Gilang sembari menepuk dada bidangnya dengan kuat.

Iqbaal kembali menyesap minumannya. Gilang menangis untuk pertama kalinya setelah ia melawan semua rasa sedih yang selama ini melingkupi hidupnya.

Iqbaal terus minum hingga minumannya habis, ia meletakkannya dengan pelan ke meja itu.

“Pulang ke rumah, gue nggak mau lo semalaman di sini.” Iqbaal berdiri dari duduknya, ia mengambil kunci mobilnya yang sejak tadi ia taruh di atas meja itu.

Gilang menangis dengan sedihnya, ia tersiksa, ia tidak tahu harus bagaimana lagi dengan perasaan ini. Perasaan ini sungguh menyiksanya.

Iqbaal yang telah keluar dari kelab itu pun terhenti, ia menyandarkan punggungnya ke salah satu pilar kelab itu.

Menyusut ke bawah dengan badannya yang lemas, Iqbaal tertawa kecil dengan air mata yang telah keluar tanpa ia sadari.

“Gu-gue yang lebih sakit, Lang. Cinta tulus gue bahkan disia-sia ‘kan tanpa ada sebab.. gu-gue yang sebenarnya – yang paling sakit di sini… gu-gue… ,” isak Iqbaal dengan kuat. Ia menenggelamkan rasa sedihnya di antara lengan kuatnya.

Cinta terlarang atau cinta yang disia-sia, kan ?’

**
(Namakamu) berjalan menuju kelas paginya, tapi dia datang sangat pagi sekali – sehingga hanya para petugas yang berkeliaran di kampusnya saat ini. Entah kenapa, ia sangat malas untuk sekadar diam sebentar di rumah, rumahnya yang sepi.

Mrs. Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang