12

3.5K 489 21
                                    

**

Iqbaal menyandarkan punggungnya di balik pilar-pilar kampus nya ini, ia merasakan kedua tangannya gemetar, jantungnya yang berdegub kencang, dan kedua matanya yang ingin mengeluarkan air mata.

Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya yang gemetar itu dengan kasar, air matanya mengalir tanpa ia perintah. Ia terduduk – kakinya sudah tak kuat untuk membantunya berdiri tegap lagi.

Ia menangis di dalam kerinduannya. " Ternyata dia baik-baik saja," isak Iqbaal di dalam tangis kerinduannya.

**

Dio terkejut saat tiba-tiba (Namakamu) berlari kepadanya, dan memeluknya dengan erat. Ia merasakan basah di bajunya. Dio dengan lembut mengusap rambut (Namakamu), isakan (Namakamu) terdengar menyayatnya.

"Dia ternyata selama ini di dekat kita, Io..," isak (Namakamu) dengan tangisannya.

Dio mengernyitkan dahinya," maksud lo, Iqbaal ?"

(Namakamu) mengeratkan pelukannya, Dio akhirnya mengerti apa maksud dari tangisan ini.

"Ternyata Tuhan kabulin doa lo selama ini," bisik Dio dengan lembut.

(Namakamu) menangis dengan isakannya yang terdengar sesak, sangat sesak.

"Gu-gue..r-r-indu..d-dia..,"ucap (Namakamu) dengan tersendat-sendat.

Dio hanya tersenyum sedih mendengar semua itu, sahabatnya ini telah menemukan kembali kebahagiannya.

**

' We don't talk anymore'

**

(Namakamu) tersenyum saat beberapa anggota kelompoknya tengah bercanda di tengah-tengah diskusi mereka. (Namakamu) mengambil jurusan guru seni, ia tertarik dengan pengajaran guru-guru dibidang seni. Spesifik yang ia ambil adalah guru seni musik.

"Gue udah bilang kalau nada yang dinaikkan setengah laras itu – juga merubah nada asalnya. Lo sih dibilangin gak dengerin," ucap salah satu teman (Namakamu) yang terdengar kesal.

"Intinya gue mau buktikkan lewat piano, karena diibaratkan fisika kalau nggak sesuai rumusnya isinya bakal ngawur. Cam,'kan itu!" .

"Sok menganalogi lo! Percaya deh sama gue, ini benar-benar sesuai apa yang dibilang dosen waktu itu."

"Gue percaya sama Tuhan bukan sama lo!"

(Namakamu) tertawa mendengar anggota kelompoknya beradu argumen, " gue ada kok piano instal di hp, kita buktikan aja,ya," ucap (Namakamu) menengahi argument yang tidak berujung itu.

Setelah membuktikannya (Namakamu) tertawa melihat salah satu anggotanya menekuk, 'kan wajahnya .

"Udah dibilangin juga, bandel sih!".

"Guys, kita masih ada di kres satu dan kita masih stuck di kres ini. Tugas kita sampai kres tujuh, apa bisa kita lanjutkan ?" tanya (Namakamu) dengan senyum manisnya.

Kedua anggotanya mengangguk serentak dan memulai penghitungan nada-nada berikutnya.

"ITU KAK IQBAAL.."

"IQBAALL!"

"DIA GANTENG BANGET!"

"DEMI DEWA.."

"AAAA..."

Teriakan histeris itu yang mengejutkan mereka pun mengalihkan fokus mereka. (Namakamu) berdiri dari duduknya saat mendengar nama itu, nama yang hampir setiap malam selalu ada dalam doanya.

Ia melihat lelaki itu, menggandeng seorang gadis yang cantik, Iqbaal berjalan dengan tegap.

(Namakamu) tersenyum saat melihat lelaki itu. Ia masih tidak percaya Iqbaal bertumbuh sehat dengan dirinya yang semakin tampan.

"Pasti korban baru lagi," celetuk salah satu anggota kelompoknya.

(Namakamu) mengernyitkan dahinya saat mendengar celetukkan anggotanya, "maksudnya korban ? " tanya (Namakamu) bingung.

"Iqbaal, 'kan terkenal dengan ke-playboy-an dia. Dia heartbreaker-nya cewek, kayak kemarin si Arnesta anak fakultas hukum, Iqbaal mutusinnya tepat di parkiran mobil. Padahal mereka perfect couple. "

"Lagian, siapa sih nggak jatuh cinta sama cowok kayak Iqbaal ? Udahlah ganteng, kaya, pintar, dan fakultas bergengsi pula. Dia romantis banget kalau nembak cewek, tapi memang saat dia putusin ceweknya nggak nanggung-nanggung njir! Kayak buang sampah, gak peduli."

(Namakamu) merasakan terkejut mendengar semua fakta-fakta itu. 'Iqbaal playboy?'

(Namakamu) pun mengalihkan tatapannya kepada Iqbaal, ia melihat wajah itu tampak dingin. Tanpa sengaja, tatapan Iqbaal bertemu dengan tatapannya. (Namakamu) melihat tatapan yang sulit diartikan tetapi Iqbaal lebih dahulu memutuskan kontak mata itu.

(Namakamu) melihat Iqbaal berjalan menjauh dari kerumunan ramai itu bersama gadis cantik itu.

"Lihat,'kan ? Dimana pun dia berada, orang-orang akan selalu mengaguminya."

(Namakamu) menatap kepergian Iqbaal dengan tatapan sedihnya.

'Apa karena aku, kamu berubah?'

**

"GAK USAH SENTUH GUE LAGI!" teriak Iqbaal dengan kuat

Gadis yang menemani dirinya tadi pun ketakutan – dengan cepat pula ia menjauh dari Iqbaal. Iqbaal terlihat sangat marah, ia dengan kuat membanting apapun di sekelilingnya saat ini.

Gadis itu berteriak ketakutan saat mendengar suara lemparan kasar itu. "Ja-jangan.." lirih gadis itu ketakutan.

Iqbaal menatap gadis itu dengan tajam." KELUAR DARI RUANGAN GUE!" teriak Iqbaal dengan kasar.

Gadis itu berlari meninggalkan ruangan itu. Iqbaal mengontrol napasnya yang menderu cepat, kembali ia melemparkan apapun itu untuk melampiaskan emosinya.

"Baal, cukup!"suara tegas itu membuat Iqbaal menghentikan lemparannya. Iqbaal menatap tajam kepada orang yang tengah berdiri di dekat pintu ruangannya.

" Cukup lo buat cewek tadi ketakutan, jangan sampai orang-orang di sekitar kampus juga ketakutan lihat lo yang lepas kontrol ini." Suara tegas itu tampak tidak terpengaruh dengan tatapan tajam Iqbaal kepadanya.

"LO NGGAK TAHU ZA! LO NGGAK PERNAH RASANYA JADI GUE! GUE DI SINI YANG KESAKITAN SENDIRI! GUE! GUE, BANGSAT!" teriak Iqbaal dengan kuatnya.

Reza berjalan ke arah Iqbaal lalu dengan cepat pula ia melayangkan satu tinjuannya kepada Iqbaal.

Iqbaal tersungkur ke lantai dengan nyeri di sudut bibirnya. Reza menarik kerah baju Iqbaal, Iqbaal terlihat sangat menyedihkan. " IYA, GUE NGGAK TAHU TENTANG KESAKITAN LO SELAMA INI! GUE TAHUNYA TENTANG LO YANG RUSAK, TENTANG LO YANG HAMPIR BUNUH DIRI , DAN TENTANG LO YANG DEPRESI KARENA DIA! KARENA CEWEK SIALAN ITU 'KAN?! GUE MEMANG NGGAK TAHU TENTANG LO , ANJING!"bentak Reza tepat di wajah Iqbaal.

Iqbaal mendengar ucapan Reza yang mengatakan (Namakamu) dengan sebutan cewek sialan itu- membuatnya kalap, ia mendorong Reza kini yang tergeletak di lantai. Ia meninjui Reza dengan sangat kuat, hingga Reza sudah tidak bisa lagi berkutik.

Iqbaal memberhentikannya, ia melepaskan Reza begitu saja. Reza tertawa di dalam kesakitannya akibat tinjuan Iqbaal. "Gue ham-mpir mati..," lirih Reza dengan ringisannya.

Iqbaal hanya melirik sekilas, napasnya masih memburu cepat." Gu-gue .. di-dia ada..,"ucap Iqbaal dengan terbata-bata .

Reza membolakan kedua matanya, "Apa ?!"

**

Bersambung...

Mrs. Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang