Enigmatic 7 - Punishment

25.9K 1.5K 158
                                    

"Awalnya aku hanya sebutir debu yang tidak pernah disadari keberadaannya. Kemudian kamu datang, membuatku terlihat."

***

"I-iya, Bu." Salsa mencium punggung tangan bu Yanti. Guru BK mereka.

Ibu Yanti mengangguk pelan. "Jangan ulangi, Salsa. Saya tidak mau melihat pertengkaran apapun lagi di lingkungan sekolah. Entah itu kamu yang memulai, atau Dirra."

"Baik, Bu."

"Sekarang, karena pertengkaran itu, Dirra harus di skors 3 hari hanya karena kamu." Ibu Yanti nampak frustrasi. "Padahal sebentar lagi dia akan mengikuti lomba Kimia. Bagaimana mungkin kamu mulai berulah di saat genting seperti ini, Salsa?"

Salsa paham. Anak emas dari hampir seluruh guru SMA Arwana pasti akan tetap terlihat baik walaupun dia yang salah. Semua kesalahan, tentu saja akan dilemparkan kepada orang seperti Salsa. Orang yang tidak pernah terlihat sama sekali sebelumnya.

Ibu Yanti memijat pelipisnya. "Bukan berarti karena kamu memiliki hubungan dengan Aldi jadi kamu bisa seenaknya di sini, Salsa. Kami akan tetap bertindak tegas. Bersyukurlah karena semua bukti dan saksi mata yang cenderung memberatkan Dirra, entah itu karena takut atau dibayar sehingga kamu bisa lolos. Tapi setahu saya, Dirra itu anak cerdas. Dia baik dan periang. Tidak mungkin dia melakukan hal yang dikatakan saksi di sana."

Kak Dirra juga pacarnya Aldi, Bu.

Salsa menunggu perkataan apa lagi yang akan keluar dari mulut wanita paruh baya itu. Ia menyodorkan secarik kertas dihadapan Salsa. "Kamu tau bukan setiap tindakan pasti akan ada konsekuensinya?"

Kedua mata Salsa memicing---menatap secarik kertas yang disodorkan Ibu Yanti. 'SAYA DIHUKUM KARENA TELAH MENGAJAK SENIOR UNTUK BERKELAHI. HUKUM SAYA'. Seperti itulah tulisan yang tertulis di sana.

"Jam istirahat pertama dan kedua, pakai ini," Ibu Yanti menempel double tip di belakang kertas. "Kamu boleh istirahat setelah bel masuk ketiga berbunyi."

"Tapi bu..." Salsa menggeleng, enggan mematuhi perintahnya. "...ini terlalu berlebihan."

"Saya lebih mengerti dampak dari hukuman yang saya berikan, Salsa. Ini tidak seberapa." Ibu Yanti menghela napas panjang. "Saya masih berbaik hati dengan hanya membiarkan kamu berdiri dengan kertas ini. Saya juga yakin sekali tidak akan ada murid yang berani memberikanmu hukuman. Kecuali jika sebelumnya kamu pernah berbuat salah pada mereka."

Salsa menggeleng cepat. "Tapi saya tidak pernah melanggar peraturan sama sekali sebelumnya, Bu. Baru kali ini."

"Kamu sudah melanggar satu dari tiga larangan paling berat, Salsa. Seharusnya sekarang saya sudah mengusirmu dari sekolah ini. Tapi tidak saya lakukan."

Kali ini Salsa tidak bisa berpikir jernih. Ia menelan salivanya kasar. Keringat bercucuran di balik seragamnya. "Ibu. Saya janji tidak akan pernah melanggar peraturan lagi."

"Ini perintah, Salsa. Tolong jangan membantah."

Sungguh. Apa dirinya memang sangat dibenci oleh para guru? Atau karena koneksi Dirra yang sudah terlalu dalam? Benar. Dibanding Dirra, dia ini siapa? Hanya debu beterbangan yang tidak pernah disadari keberadaannya.

"Berdiri di depan tiang bendera. Saya akan berjalan untuk memeriksa nanti." Ibu Yanti menghembuskan nafas berat. "Kamu boleh keluar sekarang."

Dengan berat hati, Salsa berjalan keluar. Ia meremas kuat kertas yang disodorkan ibu Yanti. Pikirannya kalut. Ia menatap lapangan upacara. Ramai sekali. Anak paskib, tim sepak bola dan tim basket sedang berkumpul di sana. Beberapa tengah berlatih, dan sisanya sedang berbincang ringan. Salsa menelusuri setiap sudut lapangan. Sinyal aman muncul dikepalanya. 

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang