Enigmatic 6 - If

26.1K 1.6K 137
                                    

"Jangan terlalu perhatian padaku. Karena aku takut, mencintaimu akan menjadi hal yang mudah bagiku."

***

"Aku bisa jalan sendiri, Aldi. Udah mendingan," ucap Salsa pelan dengan senyum tipis di wajah pucatnya.

Aldi tidak berbicara banyak. Ia juga tidak merespon permintaan Salsa. Lelaki itu hanya diam---memasang siaga tingkat satu kalau saja Salsa tergelincir atau membutuhkan pertolongannya.

"Al---"

Aldi berdehem pelan. "Aku antar."

"Nggak usah. Aku bisa sendiri."

Tangan lelaki itu bergerak menyentuh wajah Salsa. Ia mengusap kantong mata gadis itu dengan ibu jarinya. Sangat lembut. Kedua mata tajam itu seakan mengatakan sesuatu. "Kamu tau jawabanku, Salsa."

Salsa pasrah. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Membantah perintah Aldi bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan di keadaannya yang seperti ini. Itu sama saja lompat dari puncak menara eiffel tanpa memakai parasut sama sekali. Pada akhirnya ia akan mati dengan tubuh hancur berantakan.

Aldi membuka pintu mobil untuk mengambil tas ransel Salsa. Ia kemudian memakainya sebelum menggadeng tangan Salsa dan berjalan masuk ke rumah gadis itu.

Ya. Rumah gadis itu.

Rumahnya begitu sepi, gelap dan sedikit tidak terawat. Rerumputan liar pun tumbuh tinggi dan lebat. Seakan tidak ada seorang pun yang pernah memotongnya. Beberapa bunga dengan pot yang sudah pecah nampak layu dan kecoklatan. Setidaknya, rumah yang gadis itu tempati masih terlihat layak huni.

"Mama sama Papa belum pulang," ucap Salsa memecah keheningan. "Mereka masih kerja."

Aldi menatap lekat wajah Salsa. Ada senyum miris tergambar jelas di sana. Wajah itu benar-benar menggambarkan seseorang yang sudah tidak mempunyai sedikit pun harapan dan cahaya akan keluarganya sendiri. Semuanya sudah hancur lebur tanpa menyisakan apa-apa.

"Kunci?"

Tidak butuh waktu lama untuk Salsa mencerna pertanyaan singkat itu. Dia merogoh saku rok seragamnya. Beruntung pihak rumah sakit meninggalkan kunci rumahnya tetap berada di saku rok seragamnya seperti semula tanpa memindahkan ke mana pun.

Lelaki itu menunggu. Tapi setelah membuka kunci, Salsa masih tetap berdiri di depan pintu. Sekali lagi, ia menatap wajah Salsa. Alis yang tertekuk dengan bibir gemetar sudah menjelaskan semuanya. "Aku antar sampai kamar?"

Salsa tersenyum getir. Air mata hampir saja mengalir jika tidak ia tahan. "Makasih ya."

Rumah gelap dengan suhu dingin seperti ini, siapa yang mau memasukinya seorang diri? Bahkan semua posisi perabotan rumah masih tetap berada pada posisi terakhir kali Salsa meninggalkan rumah ini. Seakan rumahnya memang tidak berpenghuni.

Semua orang yang pernah berkunjung pun merasakan hal yang sama. Rumah seakan mati. Tidak memiliki aura kehidupan sama sekali. Apalagi beberapa tetangga sudah menyebarkan gosip bahwa rumahnya berhantu.

Memang tidak ada kejadian apapun yang dapat membuktikan gosip tersebut. Tetapi dengan tersebarnya gosip ini, Salsa menjadi yakin bahwa rumahnya tidak memiliki aura kehidupan sama sekali.

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang