Ch 21 - Romance/Love is (not) over

202 41 34
                                    

"Kau kemarin kemana? Begitu aku keluar kamar mandi, kau sudah tak ada. Ponselmu pun tak bisa kuhubungi," tanya Namjoon yang terlihat tampan dengan kemeja rapi namun tergulung dibagian lengan, memperlihatkan veins dari kedua tangan kokohnya dan kacamata hitam untuk menghalau sinar matahari dari pandangannya.

Satu tangannya memegang roda kemudi mobil dan satunya lagi menggenggam tangan Hyejin yang terlihat gelagapan karena pertanyaan Namjoon.

Melihat Hyejin yang tidak kunjung buka suara, Namjoon kembali melanjutkan.

"Apa kau merasa tidak nyaman Queen? Look, aku minta maaf jika kemarin aku kelewat batas.. Padahal aku sudah berjanji untuk tidak menyentuhmu sampai kita resm-.."

"Joon.. Kau bilang kau tidak akan meninggalkanku, kan?," potong Hyejin. Ekspresinya terlihat serius.

Sambil menggeleng dan mempererat genggamannya pada tangan Hyejin, Namjoon menjawab, "Hm.. Tidak akan."

"Meski aku melakukan kesalahan?," Namjoon segera menepikan mobilnya, memfokuskan semua perhatian pada wajah cantik gadisnya yang terlihat in trouble.

"Ada apa Queen?," Namjoon berusaha tenang, meski dalam hati ia merasa was-was jikalau Hyejin menginginkan sesuatu yang tidak ia inginkan.

"Kau bilang tidak akan meninggalkan ku kecuali jika aku memintanya kan?," dengan sendu Hyejin menatap mata Namjoon dalam-dalam.

"Apa yang ingin kau katakan sebenarnya?," Namjoon mulai frustasi dengan permainan kata Hyejin.

"Namjoon kau tahukan betapa aku mencintaimu? Sangat.. Sangat.. Dibanding takut kehilangan, aku lebih takut jika menyakiti hatimu," kedua tangan Hyejin menggenggam erat milik Namjoon.

"A-apa maksudmu?," Namjoon mulai gemetar.

"Namjoon.. Kita..,"

"Hyejin kita bisa terlambat, kita lanjutkan saja nanti pembicaraan ini," Namjoon mengalihkan pembicaraan, belum siap dengan apa yang akan dikatakan oleh Hyejin.

Ia menarik tangannya dari genggaman Hyejin untuk menyalakan mesin dan bersiap untuk kembali mengemudi saat pernyataan Hyejin menghentikan nafasnya bagai petir yang menyambar di siang bolong.

"Let's break up, Joon-ah," Hyejin memejamkan matanya, menahan rasa sakit didadanya.

Ia sudah memikirkan ini semalaman, tidak ingin egois dengan mempertahankan Namjoon padahal hatinya mulai mendua. Ia bisa saja mempertahankan hubungan ini tapi ia tidak yakin apakah hatinya bisa berkompromi.

Apakah hatinya benar-benar bisa hanya memilih Namjoon? Jika tidak, jelas ia akan semakin menyakiti hati pria ini dengan rahasia yang ada di hatinya.

Matanya baru terbuka saat suara Namjoon terdengar.

"Okay.. Let's break up," dengan tenang Namjoon memandang mata Hyejin yang tidak sanggup lagi menahan air matanya, tidak menyangka ia bisa merasakan sakit yang lebih lagi saat Namjoon mengiyakan padahal ia sendiri yang memiliki ide ini.

Bergegas Hyejin turun dari mobil Namjoon, sebelum kekasihnya -mantan- melihat air mata yang kini mengalir dengan deras membanjiri wajahnya.

Mereka putus.

Tidak ada lagi Namjoon yang akan menelponnya setiap jam hanya karna rindu suara Hyejin.

Tidak ada lagi Namjoon yang akan berdiri bersandar pada bumper mobil sambil sesekali membawa setangkai mawar atau sekotak coklat saat menunggunya untuk berangkat atau sepulang kerja.

Tidak ada lagi kejutan-kejutan kecil nan manis, Kecupan di kening serta pelukan hangat.

Tidak ada lagi orang yang akan mengomel saat ia lupa dengan jam makan ataupun khawatir setengah mati saat ia sakit.

Tidak ada lagi orang yang akan mendengar keluh kesahnya, menemaninya saat ia ingin mabuk dan melupakan masalahnya serta memastikan Hyejin akan aman dan terbangun dikasur empuknya esok hari dengan semangkuk sup hangat dan satu tablet painkiller untuk mengatasi hangover-nya.

Dada Hyejin sesak, pandangannya memburam tertutup cairan di matanya. Ia tidak peduli pada netra-netra yang memandangnya aneh, menangis seperti wanita gila, menabraki para pejalan kaki di trotoar yang berpapasan dengannya.

'Romance is over..,' pikirnya.

*****


"Okay.. Let's break up," aku tidak sadar apa yang ku katakan, aku tidak tahu apa yang kurasakan.

Yang pasti saat Hyejin melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobilku, aku tidak bisa menahannya lagi.

Ia pasti bingung karena dengan mudah aku mengiyakan tanpa meminta penjelasan.

Aku hanya ingin mempermudah semua ini untuknya.

Mengakhiri apa yang kami milikki tentu bukan hal mudah bagi kita berdua, tetapi ia melakukannya.

Sesakit apapun yang kurasakan, tak bisa melebihi perasaan yang ia simpan.

Sesak, bingung, merasa bersalah. Memang akan menjadi keadaan yang serba salah baginya.

Bayangkan bagaimana ia akan memupuk perasaan bersalah padaku jika melanjutkan hubungan ini, mengetahui hatinya bukan hanya untukku.

Dan jika aku menanyakan alasan padanya, pasti akan menyakitkan baginya untuk menyebutkannya juga bagiku untuk mendengar langsung dari mulutnya.

Love is not over..

Aku bahkan tak memiliki limitation dalam mencintai Hyejin. Aku hanya memberi kami waktu untuk saling menata hati.

Ia sudah berjalan beberapa meter menjauh dari mobilku. Dengan bahu yang naik-turun aku tahu ia menangis.

Aku turun dari mobil dan mengekor dibelakangnya.

Meminta maaf pada setiap orang yang ia tabrak.

Memastikan menjaga jarak aman agar ia tidak merasa diawasi.

Memastikan ia selamat sampai tujuan, karena itu memang sudah tugasku, sama seperti pagi-pagi sebelumnya.

...TBC....

BitterSweet | K.NJ / M.YG | BTSOù les histoires vivent. Découvrez maintenant