Araya memarkirkan mobilnya disisi taman yang cukup sepi. Ia langsung keluar tanpa menghiraukan  ellen dan langsung duduk di bagian atas depan mobilnya. Lalu ia menyalakan rokok. Ellen yang melihat itu langsung keluar dengan kesal. Ia berdiri dihadapan araya.

"Buang rokoknya" ucap ellen. Araya tak mendengarkan ellen. Ellen berusaha membuang rokok ditangan araya sampai ia kena percikan bara rokok lalu meringis kesakitan. Araya yang melihat itu lansung membuang rokoknya dan mengelus lalu mencium tangan ellen yang terkena percikan bara.

"maaf maaf" ucapnya ucapnya tergesa gesa.

"aku bilangkan jangan ngeroko" omel ellen. Araya hanya diam dan masih sibuk mengelus tangan ellen.

"kamu tuh kenapa sih?" tanya ellen. Araya memegang tangan ellen seraya menatap matanya dalam dalam. Araya menarik pelan tangan ellen hingga tubuh ellen jatuh kedalam pelukannya.

"aku takut kehilangan kamu. aku gamau dia rebut kamu dari aku. aku jealous" ucap araya. Ellen tersenyum. Ia senang ternyata araya memang menyayanginya.

"bae. aku juga takut kehilangan kamu. aku minta maaf karna ga kasih kabar. aku diantar jemput kak ruka memang. tapi aku ga ada apa apa. dan tadi dia datang lagi bawa hp aku yang tadi dia bawa. dan sekarang hp aku baru bisa di cas" ucap ellen menjelaskan. masih dipelukan araya.

"kamu gak bohong kan?" tanya araya. Araya melepas pelukannya. Ellen menggelengkan kepala seraya tersenyum. Araya menarik nafas lega. Mencoba kembali menenangkan hatinya.

Keduanya terdiam. Ellen melirik tangannya yang masih memengang coklat dari araya. Dengan cepat ia membukanya lalu memakannya. Ia terkekeh. Ellen duduk disamping araya. Masih asik makan coklat. Araya menoleh dan melihat ellen yang makan coklat berantakan. Araya tersenyum. Ia mendekatkan jarinya ke sudut bibir ellen untuk membersihkan coklat yang berantakan.

Ellen tertegun meluhat wajah araya sedekat itu. Dan semakin lama semakin dekat. lalu

Cuph

Araya mencium bibir ellen dan melumatnya. Menikmati sisa coklat yang dimakan ellen. Hanya beberapa menit lalu araya melepas ciumannya. Ellen menunduk malu. Ia tersenyum dan pipinya memerah.

***

Seorang pria paruh baya tengah berdiri dengan senyum khasnya. Pandangannya menatap bergilir pada dua pemuda dihadapannya. Setelah menyalami pria paruh baya itu. Kedua pemuda tadi dipersilahkan masuk. Lalu duduk diruang tamu rumah yang tak begitu besar tersebut. Hanya ada dua orang yang tinggal disana. Si pria paruh baya dan seorang gadis. Tak lama seorang gadis keluar dari pintu yang tak begitu jauh dari tempat mereka duduk.

Tergambar sebuah senyuman di yang menghiasi wajah ayunya.

"waduh ko anak ayah masih kucel gitu sih. udah ada dua pangeran yang dateng lho" ledek pria paruh baya itu membuat anak gadisnya tersipu malu.

"gapapa om ellen juga cantik kok mau seperti apapun penampilannya" ucap salah satu pemuda.

"kak ruka bisa aja" balas gadis itu. Pemuda lainnya yang juga melihat kejadian itu hanya dapat melirik pemuda disebelahnya dengan tatapan tajam.

"ayo buatin minum. ayah mau kekamar dulu" ucap pria paruh baya. Ellen hanya membalas dengan anggukan.

"jadi lo itu cowonya ellen?" tanya pria bernama ruka tanpa menoleh. Ia masih sibuk memandang tubuh ellen dari kejauhan yang sedang berkutat dengan cangkir didapur sana. Araya tak menjawab.

"sejak gue kenal ellen. baru ini ada cowok yang macarin dia. dan buat dia berubah" lanjutnya.

"he?" araya menoleh.

"kalo lo berani nyakitin dia. lo urusan sama gua" ancam ruka masih tak menoleh. Bahkan nada bicaranya hanya terdengar seperti gumaman saja.

"lo gak perlu khawatir. ah satu lagi. gak usah ambil kesempatan saat gua gak ada" tegas araya.

"em. trus gua harus membiarkan wanita yang gua cinta pulang sendirian?" ruka menyeringai. Araya terbelalak saat mendengar ada penekanan dikata 'wanita yang gua cinta'. Saat ingin membalas ucapan ruka, Ellen datang.

Ellen duduk di sofa bersebrangan dengan ruka dan araya. Rua berdiri, dan beralih duduk disamping ellen. Araya yang geram melihat tingkah ruka tak mau kalah. Ia langsung pindah duduk ditengah tengah ellen dan ruka. Ellen hanya menatap mereka bergiliran dengan heran.

***

Hari ini, tampak ada kesibukan dirumah megah keluarga pachthiraphan. Sejak awal penempatan belum diadakan syukuran keluarga. Acara akan berlangsung malam ini. Keluarga dari pihak ayahnya araya sudah datang dari kampung halaman sejak kemarin.

Ruang aula khusus acara dirumah itu telah ditata rapi.  Disana ellen juga sudah datang. Hanya acara keluarga. Dan ellen sudah menjadi keluarga bagi maminya araya. Acara akan dimulai lima menit lagi dan araya belum kunjung datang keruang aula sejak tadi ia menjemput ellen.

"mam. kunci mobil lambo dimana? mang udin mau pindahin mobil" ucap seseorang dari belakang ellen. Ellen menoleh orang itu yang ternyata araya. Araya terlihat sedikit berbeda dengan kemeja putih dan celana jeans dengan warna senada. Sangat serasi dengan ellen yang juga memakai pakaian warna putih.

"ada dinakas kamar mami. biar mami ambilin. kamu disini aja sama ellen" ucap wanita paruh baya tersebut lalu bergegas meninggalkan ruangan.

Ellen termangu melihat araya yang tampan malam ini. Terlihat lebih bersinar. Dan gagah. Araya mengernyit tersadar dirinya sedang diperhatikan.

*

Acara selesai pukul 10 malam. Beberapa anggota keluarga telah kembali kekamar tamu. Sementara ellen masih bermain dengan beberapa saudara kecil araya.

Dengan mimik tenang seorang wanita paruh baya yang sering disapa mami oleh anak semata wayangnya itu tengah meminum secangkir teh hangat seraya melihat ellen. Ia tak sendiri. Disampingnya araya juga duduk bersama. Araya memang tak begitu suka berbaur meski dengan keluarga sendiri.

"mami sudah siapkan semuanya. tiket pulang pergi. Biaya admin rumah sakit. kamu akan pergi dengan dokter fuhrer, Dokter yang selama ini melakukan terapi hormon denganmu" ucapnya tiba tiba.

"eh" gumam araya menoleh ke wanita yang ia cintai nomor satu disampingnya. Araya terdiam. Meskipun akan memasuki masa liburan. Araya tetap saja  tidak bisa mengajak ellen pergi bersamanya. Ia khawatir, pria bernama kuromiya ruka itu akan mencuri kesempatan. Ditambah lagi ia semakin yakin bahwa laki laki itu juga mencintai kekasihnya. Dan lagi soal cindy. Bagaimana jika ia memberi clue. Mendadak kebimbangan menyelimuti hati araya.

"mam. aku takut"

"he? kenapa?" tanya maminya heran.

"araya. pulang yu" suara ellen memecah pembicaraan ibu dan anak itu. Araya menoleh lalu tersenyum. Sang ibu hanya mengangguk lalu berdiri. Wanita paruh baya itu menatap ellen lalu mengelus bahunya penuh kasih seraya ellen mencium punggung tangannya. Araya bergegas mengantar ellen pulang.

***

fiuh jadi juga. part ini sih cuma part loncatan aja biar ada basa basi sedikit buat keberangkatan araya hoho.
Receh ya..
Gomen
Khor Thod
Maaf
hehehe

Araya 1 [END]Where stories live. Discover now