Ekstra Chapter

2.8K 123 18
                                    

PS:  ini bukan up datean. ini cerita hanya sedikit saya rombak. masih sama seperti dulu. hanya ada 1 chapt yang ternyata belum ke publis. sudah banyak yang protes, dan baru saya betulkan sekarang. saya minta maaf. bagi pembaca baru, bila part yang baru di rombak tidak muncul, maka silahkan relog watty kalian. ^^ tidak ada yang di private di sini.

author muncul lagi. maaf yaa. agak lama ini hanya menuntaskan permintaan seseorang yang katanya mau POVnya Farrel. ^^

ada kendala saat saya membuatnya, makanya jadi telat.

selamat menikmati, dan happy reading~~

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

(Farrel's POV)

"Aaahhh....nnggghhh...Re..nngghhh..Rel...Fast..."

"You...wish..dear..uuhh..."

"Re...gu..gue..nngghhh..."

"Kita lakukan bersama sayang..uuhhh...nnggghh.." aku kecup keningnya seraya memberikan senyum simpulku.

"Kau senang?" tanyanya.

Aku mencoba tersenyum. "Iya aku senang. Makasih sayang."

Rickie tiba-tiba mengabur dan menghilang di gantikan oleh sosok yang terbujur kaku dalam pelukanku. Aku berkali-kali meneriaki namanya, mencoba memberi pertolongan pertama. Nafas buatan. Hingga mengguncang-guncangkan tubuhnya. Tapi nihil. Tubuh itu tak merespon panggilanku. Tak merespon guncanganku, tak merespon untuk sekedar berpura-pura tidur dan membuka matanya. Tidak. dia tidak merespon apapun.

"TIIIIDDAAAAAAKKKK, JANGAN PERGIIII..." aku membuka mataku dengan nafas yang tak beraturan. Aku tatap langit-langit kamar. Keringat dingin kini sudah membasahi keningku juga bajuku. Aku mencoba bangun untuk duduk sekedar menenangkan degup jantungku yang memompa lebih cepat. Aku tolehkan kepalaku terhadap jam yang ada di atas meja nakas. Jam 2 dini hari! Lagi? Aku menaupkan wajahku yang aku yakini sudah pucat sekarang. Mimpi itu kembali lagi. Mimpi itu membayangi tidurku. Lagi, lagi, dan lagi. Tak terasa air mataku turun dengan sangat tak terkontrol. Mimpi itu seakan mengingatkanku padanya. Padahal ini sudah satu bulan lamanya. Tapi aku masih saja dihantui oleh sosoknya.

Akupun bangun dari kasurku, dan melangkah menuju kamar mandi. Aku nyalakan shower dan langsung mengguyur kepala juga seluruh tubuhku. Ini sering kali terjadi, membuatku hampir setengah gila. aku melangkah menuju dinding dan merosotkan tubuhku ke bawah. Menekuk kakiku dan memeluknya. Kubenamkan wajahku di antara sela kakiku. Air dingin masih saja mengguyur seluruhnya. Lagi. Lagi dan lagi. Mimpi itu datang lagi. Aku eratkan pelukkanku terhadap diriku. Aku ingin sekali mengeluarkan seluruh isi bebanku sekarang. Aku ingin sekali berteriak melepas beban yang selama ini aku tanggung.

Kenapa? Kenapa? Kenapa kau lakukan ini padaku, Kie? Kenapa? Kenapa kau begitu kejam padaku? Apa salahku? Kenapa kau pergi? Kenapa? Bukankah kita janji akan selalu bersama? Lantas kenapa kau pergi? Kenapa kau menyiksaku seperti ini? Kenapa, Kie? Kenapa? Apa kau senang menyiksaku seperti ini? Aku terisak pelan mengingat semua kejadian 2 hari berturut-turut itu. Mengingatnya saja membuatku menjadi gila. aku ingin sekali melupakannya. Mengingatnya membuatku mengingat kembali betapa lembutnya sentuhanmu saat terakhir kali, mengingatkanku betapa seksinya kamu saat terakhir, mengingatkanku betapa lembutnya suaramu. Dan mengingatkanku bahwa aku sudah tak dapat memilikimu lagi.

Mengingat itu semua tubuhku bergetar hebat. Rasa kosong juga hampa melingkupi dadaku juga pikiranku. Aku ingin berteriak, aku ingin melepas semuanya. Kematian Rickie membuatku sadar, betapa berharganya dia bagi kehidupanku. Membuatku sadar betapa gilanya aku kehilangannya. Bahkan sekarang aku sudah gila. setiap sudut rumahku, selalu tersimpan semua memori tentang keberadaannya. Membuatku selalu berhayal bahwa Rickie masih hidup dan berkeliaran di setiap sudut rumah.

I LOVE YOU (yaoi) (BXB)Where stories live. Discover now