22^ Sayonara

7.2K 390 94
                                    

"Ngelamun, sayang?" gue natap Farrel yang baru saja keluar dari kamar mandi. Hanya mengenakkan celana pendek dan bertelanjang dada. Gue yang melihat itu hanya menelan ludah gue, dan memalingkan muka gue dari pandangan indah itu. Walau gue sama-sama cowok tapi entah mengapa gue jadi gugup ngeliat postur tubuh Farrel yang tegap itu. Sangat seksi dengan kotak-kotak di perutnya. Apa dia selama ini fitness? Kayak gue nggak ngeliat itu. Gue bisa ngedenger Farrel tertawa pelan. "Kenapa kamu malu? Padahal kita sama-sama anak cowoknya." Gue hanya blushing ngedenger kata-kata Farrel. Rona gue kian memerah ketika gue bisa ngerasakan harum yang menguar dari tubuh Farrel. Dia memeluk pinggang gue dari samping. Dan menenggelamkan wajahnya pada tengkuk leher gue.

"Apa yang buat kamu murung?" gue tersenyum ketika Farrel berkata demikian. "Apa mengingat sahabat-sahabatmu?" senyum yang tadi mengembang kini perlahan hilang. Gue menundukkan kepala gue. "Sayang, lihat aku." Aku membalikkan badanku dan menatap Farrel. Dia tersenyum dan mengusap pipi gue dengan sayang dan kasih. Sorot matanya penuh dengan kelembutan.

"Kamu masih punya aku. Aku tak akan meninggalkanmu. Kamu boleh pegang janji aku. Aku akan selalu ada untukmu. Aku akan selalu di sampingmu. Walau semua memusuhimu, aku akan tetap di sampingmu." Air mata gue sudah nggak bisa kebendung. Gue bahagia. Gue bersyukur punya Farrel. Gue bersyukur sudah menyukainya. Tidak! aku mencintainya. Bahkan semua yang di berikan oleh Farrel untuk gue tak ada yang bisa gue balas. Gue ingin buat Farrel bahagia. Tapi bagaimana caranya?

"Din, elo kalau bareng Jo bahagia tidak?" ucap gue saat pulang sekolah. Dinda mandang gue dengan kaget, lalu malu-malu. Lalu mengangguk. "Apa yang buat elo bahagia dekat Jo?" kini kembali Dinda natap gue. lalu pandangannya tertuju pada Jo yang bermain basket di lapangan.

"Kie, bahagia itu banyak. Bahkan bila kau membuat orang yang kau sukai tersenyum itu sudah cukup. Cukup buat dia tersenyum dengan ceria, dan membantunya bila ada masalah. Tapi bagi gue, Jo adalah sosok yang sempurna. dia memberikan seluruhnya untuk gue. semua dia berikan hanya untuk gue." lalu dia kembali menatap gue dengan senyuman manisnya. "Karena Jo sudah memberikan gue begitu banyak kebahagiaan. Guepun memberikan dia hal yang setimpal." Gue natap Dinda dengan penuh tanya.

"Hal yang setimpal?"

Dia mengangguk pelan dan tersenyum manis. "Gue memberikan keseluruhan gue padanya." Gue menatap Dinda tak percaya. Bagaimana bisa?! Dinda yang lemah lembut, dia memberikan keperawanannya pada seorang Jo!

"Kenapa? Bukankah itu mahkota seorang wanita?! Kenapa kau memberikannya?!" ucap gue bingung.

Dinda hanya tersenyum pada gue. lalu menatap Jo di lapangan. "Gue percaya dia. gue percaya dia, Kie. Dan gue nggak menyesal. Dia sudah memberikan gue begitu banyak kebahagiaan, yang bahkan gue belum tentu bisa membalas semuanya."

"Tapi..."

"Awalnya gue memang ragu. Dan Jo juga menolak. Tapi akhirnya gue yakin. Gue yakinkan dia bahwa gue miliknya."gue natap Dinda dengan kebingungan. Dinda hanya membalas kebingungan gue dengan senyuman manis.

Gue natap Farrel yang kini memeluk gue. apa gue juga harus melakukannya? Apa gue juga bisa ngelakukan apa yang Dinda dulu lakukan? Kalau memang ini yang bisa membuktikan gue sayang ma dia. gue akan lakukan. Gue menelan ludah dengan susah payah. Inikah yang Dinda rasakan? Rasa gugup juga rasa khawatir. Tapi gue percaya Farrel. Karena benar kata Dinda, gue bahkan belum tentu bisa membalas semua kebahagiaan yang Farrel berikan. Guepun mengusap kepala Farrel dengan lembut.

"Rel, gue ingin minta sesuatu ma lo." Lalu Farrel bangun dari pelukkannya dan natap gue. "Hem? Apa?" gue sedikit gugup juga deg-degan. Rasanya mungkin seperti ini. Karena rasanya agak gimana gitu. Farrel masih setia natap gue dengan sabar.

I LOVE YOU (yaoi) (BXB)Where stories live. Discover now