20^ Impian dan Keinginan Kita

3.5K 287 4
                                    

happy reading~~

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Hari ini gue sendirian di rumah sakit. Kalau boleh gue pengen di rawat di rumah. Atau di rumahnya Farrel? Ahaha. Sama saja. Bagi gue rumah Farrel adalah rumag gue. gue jauh lebih nyaman ketika gue berada di rumah Farrel. Gue terlalu boring untuk kesunyian kamar ini. Farrel ijin kerja, ibu Farrel mengurus Syakira di rumah. Karena Syakira terlalu sering di rawat ayahnya Farrel. Karena ayah Farrel juga kerja, jadinya Syakira di rawat mom. Gue jujur. Sebenarnya sangat merepotkan mom juga papa. Mereka tak seharusnya menanggung semua biaya pengobatan gue. gue jadi sedikit merasa bersalah. Tak seharusnya gue di repotkan oleh mereka. Kini gue menyesal. Gue pandang jendela di samping kamar gue. kamar ini memang tidak VIP. Tapi cukup nyaman buat di tempati. Dari sini gue bisa melihat sebuah taman yang mungkin di sediakan oleh pihak rumah sakit.

Di taman itu terdapat sepasang suami istri dan ke dua anak mereka. Mereka saling bercanda hingga salah satu dari anak mereka cemberut dengan lucu. Gue yang ngeliat itu jadi tersenyum sendiri. Andai keluarga gue bisa seharmonis itu. Pasti akan sangat menyenangkan. Gue juga sudah dapat perhatian dari orang tua, dari mom dan papa, walau bukan dari ayah juga bunda. Bagi gue udah cukup. Gue bahkan gak ngerti di mana bunda juga ayah sekarang. Kemana mereka? Bahkan saat Chikka butuh serta gue butuh mereka seakan tak mau ambil pusing. Gue sadar, gue juga Chikka sebenarnya tak memiliki orang tua. Orang tua gue saja gue ragu nyebutnya mereka adalah ortu gue. mengingat kejadian kemarin, rasa bersalah gue menyebar di lubuk hati gue. sumpah, rasanya ngeliat Chikka ada rasa kesal, sesal, marah, juga benci pada diri gue sendiri. Kenapa gue begitu lalai menjaganya? Semenjak kemarin Chikka di antar Farrel pulang. Gue bersyukur punya Farrel yang pengertian. Saat asyik dengan pikiran gue. tiba-tiba kepala gue terasa nyeri juga pusing. Rasanya kayak di hantam palu berbobot 100 ton bro. Ahaha. Guepun membaringkan diri di kasur. Tiba-tiba bisa gue rasain cairan berbau metalik itu keluar. Saat gue pegang hidung gue, terasa basah. Dan tangan gue terlumuri oleh warna merah menyala. Darah?

"Ayo makan siang, Kie." Gue dengan reflek menoleh terhadap suara tersebut. Suster itu langsungg menyadari keanehan yang ada pada diri gue. "Kie. Kamu mimisan? Tunggu sebentar. Aku panggilkan dokter Ruben." Dia segera berlari keluar ddengan panik. Gue mencoba menahan aliran darah yang keluar dari hidung gue. tapi ternyata semakin mengalir. Gue ngeliat sosok Querauy yang tersenyum manis terhadap gue. apa ini maksud keberadaan dia?

"Querauy." Gue mencoba memanggilnya. Paling tidak sedikit ingin tau. Dia memandangku dengan lekat. Gue tau dia bertanya 'kenapa'. "Keberadaan elo di sini karena 'ini'?" dan dia semakin tersenyum. Yeah. Tentu. Dia menemani gue. dia menemani gue buat pamit. Ahahaha. Ngeliatnya gue miris. Ternyata begini jadinya. Ternyata Querauy ada, karena gue. iya karena gue. dia bukan lagi mencabut nyawa orang lain. Tapi karena Querauy adalah waktu gue.

Dan beberapa menit kemudian dokter Ruben datang untuk memeriksa. Raut wajahnya tampak sangat khawatir. Ketika melihat kondisi gue. jujur, gue pengen ketawa ngeliat raut wajahnya. Tapi sekuat tenaga gue tahan. Dan dokter Ruben menyarankan agar gue cepat bebersih. Dan segera menemuinya nanti.

"Rickie. Mau kah kamu melakukan CTscan?" begitulah yang dokter Ruben tanyakan. Gue menggeleng. Gue tau ini gawat. Karena perasaan gue bilang begitu. Gue mencoba ngebuat tersenyum.

"Nggak usah dokter. Biar aja."

"Tapi Rickie, saya sangat khawatir bila ada sesuatu yang terjadi pada otakmu. Karena kamu mengalami kecelakaan yang lumayan parah. Akibat benturan yang keras mengakibatkan terjadi kerusakan pada fungsi otak." Kembali gue mengangguk. Dan tersenyum.

I LOVE YOU (yaoi) (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang