Bab 07 - Perjumpaan Penuh Makna

55 6 0
                                    


Bab 07



(27 Maret, Pukul 11.00, Kota Ruben, Akademi Sihir kota Ruben, Ruang Pantau)


Selagi segala kegiatan tengah berlangsung. Beberapa Mahaguru dan guru yang bertugas sebagai pemantau jalannya Kegiatan Awal Akademi ini pun terduduk di bangku mereka masing-masing.

Ruang pantau yang mereka gunakan, memiliki arsitektur bangunan yang langit-langitnya terbuat dari batu putih dan meruncing keatas dengan tekstur yang halus. Pada tiap sisi ruangan, terpasang sebuah batu sihir yang diletakan dalam sebuah wadah berbentuk lampu.

Dari arah pintu ruang pantau yang terbuat dari kayu Ek, tiba-tiba muncul seorang pria tua yang memakai busana serba hitam. Lalu, satu langkah di belakangnya, nampak seorang pria muda berwajah maskulin yang seluruh tubuhnya berbalut busana serba putih.

Serentak, semua mahaguru dan guru yang tengah duduk manis pun berdiri.

"..Selamat pagi." Sapa Sir Rudolf seraya berhenti berjalan.

"..Pagi, Sir!"

"..Maaf aku datang terlambat. Kalau begitu, kita langsung saja mulai pengaktifan sihir Mata Langit untuk menjalankan tugas kita di sini. Mario, kau bisa menuju tempatmu." Ujar Sir Rudolf lalu duduk di bangku miliknya.

"..Baik." balas Mario seraya menundukan kepalanya singkat kemudian beranjak.

Saat mendengar aba-aba tersebut dari Sir Rudolf, tiga orang Mahaguru yang masing-masing memakai lencana di jas mereka segera melakukan konsentrasi mana.

Setelah melakukan konsentrasi mana, mereka kemudian mengangkat kedua tangan mereka dan melebarkan telapak tangan. Rune sihir berwarna biru terang mulai muncul dan memutar searah jarum jam, tak lupa ukurannya yang semakin melebar.

Saat rune sihir yang diaktifkan kian terangkat, batu sihir yang berada di tiap sisi ruangan mulai bereaksi. Ketiga batu sihir yang terdekat, segera menyala dan menyerap mana yang rune sihir itu miliki.

"..Sihir Proyeksi Tingkat Dua: Mata Langit, aktifkan!" seru ketiga Mahaguru tersebut.

Sedetik kemudian, ruang pantau yang sebelumnya terang karena bermandikan cahaya pantulan batu sihir pun meredup. Lalu, batu sihir yang tetap bersinar kemudian meledakan hamburan cahaya yang melapisi langit-langit ruang ini. Hingga selesailah melapisi langit-langit dengan lapisan mana dari batu sihir biaskan.

"..Dengan bantuan Batu Sihir, sepertinya kita bisa melakukan ini sampai petang." Ujar Sir Rudolf seraya menyapu pandangannya ke atas.

Mendengar hal itu, Mario yang duduk di bangku seberang lalu ikut mengangkat kepalanya. Saat ia menyaksikan pembiasan mana yang mulai membentuk layar proyeksi. Sejujurnya, dia cukup terkagum.

"..Mata Langit, berhasil kami aktifkan, Sir."

"..Bagus. Kunci ruang lingkup area yang akan kita pantau."

"..Baik. Area dalam hutan, sabana, dan sekitar gue. Lock."

Mengangguk pasti, Sir Rudolf kemudian kembali menggeser pandangannya ke samping kanan.

"..Sir, anda yakin akan melanjutkan ini?" tanya salah seorang Guru.

"..Tentu saja. Aku tahu jika ini merupakan sesuatu yang berbahaya, akan tetapi kita sudah menjalaninya hingga sejauh ini."

"..Tapi bagaimana jika nyawa mereka benar-benar terancam nanti? Benda itu'kan baru dalam masa percobaan kali pertama, jika tidak berjalan sesuai rencana. Bukannya nyawa mereka sebaiknya kita antisipasi?"

Re Build a New History Start from Zero (Hiatus)Where stories live. Discover now