Bab 01 - Kenangan yang Tak Tersapu Angin

175 4 0
                                    

Bab 01

(Has been edited on Sunday, August 5, 2018, by Xerali)  


Bagian 1 : Mimpi di kala itu.

(Dunia kerajaan umat manusia, Kerajaan Ruia, Kota Ruben)

Tanggal 20 Maret, Tahun x792, Pukul 10.35 waktu setempat.

Cahaya solus seketika menembus ke dalam sebuah kereta kuda melalui kaca bening yang dihiasi kain gorden berenda merah. Menyadari itu, gadis berambut hijau yang tengah terduduk di dalam membaca buku yang diletakan di antara paha mengangkat pundaknya.

Alis matanya sedikit terangkat dan kedua bola mata hijau daun miliknya lalu melirik ke samping kanan, lebih tepatnya ke jendela. Kepala ia angkat seiring matanya fokus melihat pemandangan di luar jendela.

"Ini sudah keluar dari hutan, jadi sebentar lagi pasti aku akan sampai, 'kan?" gumamnya pelan.

Suara hentakan kaki kuda yang berlari santai terdengar alami saat menapak tanah. Diikuti gerakan roda kereta yang berputar dengan kecepatan sedang, membuat si kusir yang memandu jalannya kuda ini nampak ramah.

Kereta kuda itu perlahan mendekati sebuah dinding batu yang tinggi berwarna abu-abu. Pintu gerbang besi yang berbentuk jeruji balok merupakan jalur akses keluar-masuk kota yang berada di balik gerbang tersebut.

Mengetahui pintu gerbang itu tertutup, si kusir kemudian membunyikan lonceng yang berada di samping kiri tali pengekang kuda.

Suara lonceng yang terdengar, membuat seseorang yang memakai armor perak dan sebilah pedang di pinggangnya muncul dari sebuah pos penjagaan yang berada di sebelah pintu gerbang.

"Buka gerbangnya!" seru penjaga tersebut.

Kemudian, pintu gerbang besi itu terangkat secara perlahan. Suara yang ditimbulkan begitu berat, membuat dinding batu yang menopang gerbang tersebut bergetar.

Setelah gerbang terangkat hingga batasnya, kereta kuda yang sedari tadi berhenti pun kembali berjalan. Si kusir lalu mengangguk dan tersenyum ramah kearah penjaga gerbang.

"Terima kasih, tuan penjaga gerbang!"

"Ya, sama-sama!" balasnya ramah.

Gadis bergaun putih tanpa lengan yang duduk di dalam kereta lalu meletakan selembar daun pohon Pinus di tengah halaman buku yang ia baca. Kemuidan, ia menutupnya dengan tenang dan memasukan buku tersebut kedalam tas kecil yang menggantung di samping pinggang.

"Aku harus bersiap-siap." gumamnya seraya meraih topi putih yang lebar dengan pita berwarna biru sebagai hiasan.

Tak terasa jika kereta kuda yang ia naiki telah berhenti bergerak. Sedikit bingung, ia lalu menegakan posisi duduk. Dia kemudian menengok keluar jendela, dan mendapati jika ia telah sampai di pangkalan kereta kuda kota ini.

Pintu kereta lalu terbuka oleh tangan seseorang dari luar. Gadis itu pun seketika menoleh ke arah yang berlawanan saat mendengar suara tersebut.

"Nona, kita sudah sampai. " ujar si kusir seraya menundukan kepalanya.

"Begitu, ya. Baiklah, saya akan segera turun. "

"Mari saya bawakan tas jinjing Anda. "

Gadis itu hanya mengangguk tanda mengiyakan. Ia lalu menggeser tas jinjing miliknya dan kusir itu segera meraihnya.

Setelah tas miliknya diangkat, ia lalu menyusul keluar. Kepalanya sedikit ia tundukan, punggungnya pun sama karena ia hendak keluar melalui pintu kereta.

Re Build a New History Start from Zero (Hiatus)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant