Bab 05 - Sebuah Janji

86 3 0
                                    

Bab 05





(25 Maret, Pukul 10.05, Kota Ruben, Distrik Utara kota, Akademi Sihir kota Ruben)

"..Akhirnya. Hari di mana aku akan melangkah, tiba juga.." batin Noel seraya menatap utuh kearah bangunan Akademi yang memiliki banyak pilar marmer.

Kedua telapak tangannya ia kepalkan erat, bola mata birunya yang memantulkan kilau bening laut itu kemudian meredup saat kelopak mata pemuda itu mulai menutup. Dengan menghela napas panjang cepat, Noel pun membuka matanya penuh ketenangan. 

Ia lalu melihat kearah depan, lebih tepatnya kearah kerumunan pemuda-pemudi seumurannya yang tengah saling bincang dan sekedar menebak-nebak rangkaian kegiatan tes Kemampuan yang akan dipraktikan.

"..Noel, Kau dapat urutan berapa?"

Mendengar suara semerdu musik itu, Noel pun segera menoleh ke kiri dan menatap si pemilik suara tersebut.

"..Aku, ya? Coba kita lihat.." balas Noel kepada seorang gadis berambut hijau yang tengah berdiri di sampingnya.

Setelah melihat angka yang tertulis pada lembaran kertas pendaftarannya. Pemuda bermata biru yang menggunakan kemeja putih rapih itu kemudian berkata.

"..Urutan 152, kalau Kau Nay?"

Nayla lalu membenarkan posisi berdiri dan merapihkan rok hitam sepanjang lututnya. Setelah melakukan itu, dengan cekatan. Gadis bermata hijau daun itu kemudian tersenyum.

"..Aku urutan 20."

"..Wah. Beruntung sekali ya bisa dapat urutan awal. Sedangkan aku, huhh.." gerutu Noel seraya mendesah lesu.

"..Itu salahmu, kan?" balas Nayla sembari menyikut lengan pemuda itu.

"..Salahku? Kenapa bisa begitu?"

Ikut menghela napas pendek sejenak, gadis berambut hijau yang kini menggunakan kemeja putih berlengan panjang itu kemudian berkedip dengan sedikit ekspresi kesal.

"..Ini karena Kau mengerjakan tes Tertulisnya lama. Jadi Kau keluar ruangan tes pun terlambat."

Mendengar itu, Noel pun membuang pandangannya kearah lain. Tiba-tiba, kepalanya sedikit gatal dan ia pun menggaruknya.

"..Hmm.. begitu, ya.."

"..Kau ini bagaimana sih? Kan sudah aku bantu belajar, tapi kenapa bisa Kau mengalami kesulitan?"

"..Entahlah. Namun, Kau tidak perlu cemas Nay. Aku sudah memastikan jika hasil tes Tertulisku cukup untuk bisa membantu."

"..Benarkah?" tanya Nayla memastikan.

"..Mu.. mungkin." Balas Noel seraya tersenyum konyol.

Mendengar itu, air muka Nayla yang sebelumnya jengkel. Kini malah berubah sedih dan jelas menggambarkan raut kecemasan. Hal ini juga membuatnya tumbuh rasa bersalah, karena ia merasa gagal membantu Noel belajar.

Melihat perubahan air muka gadis berambut hijau yang berdiri dengan menunduk lesu. Noel pun menjadi merasa bingung, namun ia segera peka dengan intusinya dan terseyum kecil.

Ubun Nayla yang tertutupi oleh untaian surai hijau daun itu kemudian Noel usap lembut. Merasakan sentuhan hangat dan lembut pada bagian kepalanya, Nayla pun menaikan kedua pundaknya pelan. Rasa nyaman pada tiap inchi telapak tangan milik pemuda berambut putih itu membuat Nayla merasa aman. Dengan wajah yang sedikit merah, gadis itu kemudian membalas tatapan pemilik sentuhan ini.

"..Jangan cemas, Nay. Aku masih memiliki kesempatan kok."

"..Kesempatan?"

Mengangguk pasti, Noel pun menarik tangannya dari atas kepala Nayla, "..Di tes selanjutnya. Yaitu praktik kemampuan dasar, akan aku raih nilai sempurna!" sambung pemuda berambut putih itu seraya menatap Nayla dengan tatapan birunya yang optimis.

Re Build a New History Start from Zero (Hiatus)Where stories live. Discover now