Bab 00 - Tempat untuk Kembali

261 15 0
                                    

Bab 00

(Has been edited on Saturday, August 4, 2018, by Xerali)

3 Februari, Tahun x782.

Dunia Kerajaan umat Manusia, Negara Ruia.

"Cepat jalan! Jangan lamban!" bentak seorang pria yang menggunakan jaket tebal berwarna hitam.

Dengan langkah yang gontai, nampak seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur 8 tahun berjalan dengan keadaan kedua pergelangan tangannya di borgol dan lehernya terkalung rantai. Berjalan tanpa alas kaki di permukaan lantai kayu yang dingin, anak laki-laki tersebut hanya menundukan kepalanya dan terus berjalan.

Bajunya yang berupa kaos compang-camping dan sudah usang. Membuat dirinya nampak menyedihkan, tak lupa luka lebam dan noda darah yang mengering di sekujur tubuh semakin memperburuk keadaan fisik anak laki-laki yang memiliki rambut warna putih itu.

"Kau tidur di sini." kata pria itu lagi seraya membuka pintu sebuah kandang yang sepertinya digunakan untuk mengurung hewan buruan.

Anak itu lalu menatap kearah sebuah kandang kubus berbahan dasar kayu dan tiap sisinya terbuat dari jeruji besi yang akan menjadi tempat tidurnya. Di dalam kandang tersebut, memiliki ukuran ruang yang cukup untuk tubuhnya meringkuk. Tak lupa banyak tumpukan jerami kering yang digunakan sebagai alas tidur.

Di dalam gerobak kuda ini, berbagai macam pernak-pernik, aksesoris, dan buah tangan disimpan di dalam sebuah kotak kayu yang tertata rapih. Ruang yang tersedia memang tidaklah terlalu luas, namun mengingat penataan dan peletakaan tiap kotak disusun secara rapih. Membuatnya dapat memuat banyak kotak yang berisi serupa, sementara untuk kandang yang digunakan untuk mengurung anak itu. Berada dipaling ujung gerobak ini.

"Cepat kemarikan pergelangan tanganmu!" paksa pria itu.

Lalu, anak tersebut menjulurkan pergelangan tangannya kearah pria itu. Pria dengan jenggot tebalnya segera membuka kunci borgol yang mengekang kedua pergelangan tangan anak itu.

"Sekarang masuklah!" perintahnya seraya mendorong keras punggung anak laki-laki tersebut

"!?"

Tubuh kurus anak laki-laki berambut putih itupun tersungkur kasar ke dalam kandang dan memekik tertahan saat lengan kanannya tertindih.

Pria itu segera mengunci pintu kandang, tak lupa mengencangkan rantai yang ada di leher anak itu pada sebuah pemberat disamping kandang.

"Jatah makanmu akan kuberikan nanti. Sekarang tidurlah!" Pria itu lalu berdiri, serta melebarkan sebuah kain usang dan menutupi kandang tersebut. "... saat kita sampai dikota Agolsin, kau harus tampak bugar. Agar ada yang mau membelimu."

Anak  itu hanya terdiam dan memegangi lengan kanannya yang membengkak. Suara langkah kaki milik pria itu kian jauh, bertanda ia sudah beranjak. Bola matanya yang berwarna biru kian meredup, tubuhnya yang hanya berbalut baju tipis itu menggigil karena menahan hawa dingin.

"Lebih baik, aku ikut mati saja bersama kalian." gumamnya lemah.

Menahan nyeri disekitar tubuhnya, ia mencoba bertahan dan meringkuk kaku. Hawa dingin yang kini terasa, membuatnya kesulitan untuk tidur. Berharap dirinya akan mati dalam keadaan seperti ini, ia lalu tersenyun tipis saat tiba-tiba mengingat samar senyum orang-orang yang berharga didalam hidupnya.

"Jika aku pulang ke panti asuhan dalam keadaan seperti ini, pasti Sister Ruri akan memarahiku. Lalu, Nancy akan mengobatiku, dan dia langsung mengejekku habis-habisan."

Dia lalu mencoba melemaskan tubuh dan menyamankan posisi. Lengan kanannya yang bengkak berwarna ungu gelap itu masih menimbulkan rasa pegal dan nyeri yang hebat. Membuatnya meringis tiap kali mencoba menggerakan lengan walaupun hanya menggesernya.

Re Build a New History Start from Zero (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang