20.

5.4K 656 58
                                    

Hayo... siapa yang udah kangen sama pasangan yang satu ini? Maaf ya kalau udah lama buat kalian nunggu kelanjutan kisah mereka.

Kemarin itu saya selesaiin ceritanya Danu dulu biar bisa konsen nulis cerita ini. Jadi, yang udah rindu sama mereka, semoga rindu kalian bisa terobati. Trus sama seperti kisahnya Danu, saya juga mau netapin target buat cerita ini walaupun nggak bakalan setinggi targetnya 'Mencari Arti Bahagia', karena buat cerita Kevan ini masih sedikit peminatnya.

Nggak usah lama-lama lagi. Targetnya;
400 vote
60 komentar (nggak boleh ada kata next atau pun lanjut)

Itu aja cuap-cuap dari saya. Selamat membaca dan semoga coretan saya masih bisa dinikmati oleh kalian semua.

🌸🌸🌸

                                                     

Di sebuah pusat perbelanjaan, Vania melangkah sembari memperhatikan setiap toko pakaian, aksesoris, tas bahkan boneka yang dilewatinya. Sedangkan Ira yang mengiringi langkah di samping terlihat gelisah, bahkan kerap kali ibu muda itu memperhatikan jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kanannya.

Vania bisa merasakan setiap gerakkan tak tenang yang terus dilakukan oleh kakak ipar yang dengan berusaha menahan geli di hati jika mengingat bahkan kakak iparnya itu berusia jauh lebih muda darinya. Sejak mendengar jika kakaknya menikah lagi dengan wanita yang jauh lebih muda, Vania sering bertanya-tanya, apakah yang menjadi keistimewaan dari seorang wanita bernama Ira? Sehingga membuat kakaknya yang selalu memikirkan masak-masak setiap langkah yang diambil seketika kehilangan akalnya. Bahkan dengan tanpa beban kakaknya itu melepas sosok Eleora yang Vania tahu sangat dicintai oleh kakaknya dulu.

Namun setelah bertemu, bertatap muka dan berbicara dengan sosok ibu muda di sampingnya ini, Vania akhirnya mengetahui apa saja yang bisa menyebabkan kakaknya menjadi orang yang lebih terbuka, sikapnya menjadi lebih hangat, dan jauh lebih bahagia daripada saat bersama sang mantan istri.

"Mbak, pulang yuk."

Bujukan dengan nada kekanakan dari sosok wanita muda di sampingnya membuat Vania kembali menambahkan lagi daftar panjang alasan kakaknya mencintai sosok Ira.

"Ira nggak tenang ini, mbak, ninggalin mas Nara sendirian di rumah."

"Biarin ajalah, Ra. Sekali-kali mas Nara itu diberi tugas, jangan cuma taunya beres aja." sahut Vania yang sudah menghentikan langkahnya. Lalu dengan dahi mengerut ibu dari gadis lucu bernama Naya itu menambahkan, "Dan tolong, berhenti manggil aku mbak. Kan status kamu itu kakak ipar aku, nggak enak dengarnya kakak ipar manggil adik suaminya dengan panggilan mbak."

Gelengan kepala Ira membuat kernyitan di dahi Vania semakin terlihat. Dengan tenang ia menunggu apa saja yang ingin di sampaikan oleh wanita muda di sampingnya itu.

                                                        
"Nggak sopan dong mbak kalau Ira manggil mbak Vania cuma dengan namanya aja." bantah ibu muda tersebut, lalu kembali melanjutkan, "Lagian ya, biarpun mbak Vania ini adiknya mas Nara yang berarti adik iparnya Ira, tetap aja usianya mbak Vania lebih tua. Nggak pantas dong ya manggil orang yang lebih tua dengan namanya aja. Nggak ada sopan santunnya gitu, kalau kata nenek."

Vania akhirnya hanya bisa tersenyum simpul menanggapi perkataan ibu muda di depannya ini. Dan dengan pasrah ia berkata, "Terserah kamu ajalah, Ra. Mana menurut kamu baik, ya aku ikut aja."

"Nah itu, kalau gitu pulang yuk mbak. Kasian, mas Nara kan baru pulang dari luar kota tadi malam, pasti masih capek kalau disuruh ngasuh Bintang sendirian. Kalau nanti mas Kevan sama Naya datang buat jemput, trus mbaknya nggak ada di rumah, gimana hayo? Ntar Naya nangis loh." lagi bujukkan yang sama coba Ira lancarkan.

Semerah Warna Cinta [TTS #3 | SELESAI]Where stories live. Discover now