10

4.3K 529 14
                                    

"Makanya, kalau jadi laki-laki tuh yang bertanggung jawab! Jangan semaunya sendiri, nggak pikirin perasaan orang lain. Cari masalah saja terus kerjaannya." dumel Arlita tanpa henti sambil menekan kapas yang telah dicelupkan ke dalam cairan antiseptik ke beberapa bagian wajah anaknya yang memar.

Tak perduli tekanan yang diberikan lebih keras dari yang seharusnya, Arlita malah merasa senang melihat anak bandelnya yang sudah tua itu meringis kesakitan.

"Untung bukan mama yang jadi Nara, kalau mama ada di posisi dia habis kamu, Kev!!! Mama bikin bonyok itu muka, sampai nggak berbentuk lagi kalau bisa, biar para wanita di luaran sana nggak lagi mau sama orang jelek kayak kamu," dumelan Arlita semakin menjadi, malahan saking kesalnya ia menambahkan sedikit lebih banyak tenaga untuk menekan luka memar di wajah anaknya yang tidak mengingat usianya. "Huuu... jadi anak kok ya kerjaannya nyusahin mulu. Bukannya bikin senang, bangga atau apalah. Ini yang ada sudah tua malah nggak sadar sama umur, buat mama yang sudah sepantasnya gendong cucu malah harus kembali merawat bayi besar nggak berguna kayak kamu. Kamu mau bikin mama mati berdiri ya?"

"Aduh ma... berhenti dong ngomelnya. Kevan ini lagi sakit loh, bukannya disayang, ini malah diomelin, trus ada tindakkan KDRT lagi. Nanti mama Kevan laporin ke... aduuuh ma... "

"KDRT ndasmu!" sergah Arlita yang kembali menekan memar anaknya lebih kuat dari yang tadi. "Mau jadi anak durhaka pakai ngancam laporin mama ke polisi segala? Berani kamu kayak gitu lagi, mama potong titit kamu!!"

Spontan Kevan melingkupi aset masa depannya dari tindakkan bringas sang mama. "Maaa... jangan gitu dong. Titit Kevan ini kan masih mau Kevan pakai buat nambah adik untuk Naya." ucap Kevan dengan wajah memelas.
Hermanu yang sedari tadi duduk di sofa yang terletak di sudut kamar terkekeh pelan menyaksikan suasana hangat yang tersaji di depan matanya. Andai Hermanu tidak seceroboh itu, pasti sekarang ia bisa ikut berbaur dalam obrolan hangat yang terjadi diantara mantan istri juga anaknya.


"Oh iya... ngomong-ngomong soal Naya, mama pengen dong liat mukanya." pinta Arlita yang keinginan ngomelnya teralihkan dengan cepat begitu diingatkan soal cucu yang ia miliki karena kesalahan anaknya yang penjahat kelamin itu. "Kamu punya fotonya kan?" lanjut Arlita.

Kevan terkekeh melihat antusias mama-nya yang ingin melihat malaikat kecilnya. Maka Kevanpun mengangguk pelan kemudian berkata, "Ada, tapi cuma pas dia lagi tidur. Waktu tidur tuh, dia lucu banget dan ngegemasin sampai pengen mandang dia terus nggak mau berhenti."

"Mana? Coba mama liat." Arlita mengangsurkan tangannya menerima ponsel Kevan yang walpapernya menampilkan wajah Naya saat tertidur pulas.

Betapa bangganya hati Kevan melihat binar bahagia di kedua bola mata mama-nya. Bisa Kevan tebak, setiap orang yang bertemu atau hanya sekedar memandang dari foto, pasti orang tersebut langsung jatuh hati kepada putri kecilnya itu.

Jangankan orang lain, Kevan saja yang awalnya belum mengetahui bahwa ia adalah ayah dari bocah kecil menggemaskan itu bisa langsung jatuh hati dibuatnya. Mulai dari cara bicaranya yang lancar tanpa ada kata yang kurang atau terselip, sampai perilaku baiknya yang Kevan sangat yakin didapatnya dari bidadari Kevan yang satunya lagi. Ah, betapa lengkap terasa hidup Kevan kini. Yang kurang hanyalah belum adanya pengikat yang sah yang bisa mengikat bidadarinya itu selamanya dengannya.

Sedang asyik menghayal, Kevan kembali disadarkan saat suara dengan nada sedih yang berasal dari ibunya terdengar menyapa gendang telinga. Dan dilihatnya wanita yang telah mendedikasikan masa tua yang seharusnya tenang untuk mengomelinya itu berwajah murung. Ada genangan air di kedua bola matanya.

"Sayang ya, Kev, Naya hadir karena perilaku ayahnya yang brengsek... " Kevan meringis ketika kata brengsek kembali disematkan padanya yang entah untuk ke berapa kalinya hari ini. "Coba kalau dia hadir pas kamunya sudah menikahi Vania, pasti mama bisa melimpahi dia dengan kasih sayang yang seharusnya didapatkan dari seorang nenek. Trus Vanianya juga nggak harus susah-susah jadi orang tua tunggal untuk anak kalian."

Semerah Warna Cinta [TTS #3 | SELESAI]Where stories live. Discover now