8

100 6 0
                                    

Vote and koment ya dong.. Hehe.. Biar gue seneng gitu wkwkw.
Lanjut cerita cuyy!!
.
.

(Aku tak tahu apa ini, tapi yang aku tahu...aku memperhatikanmu selalu)

TOK..TOK..TOK..

Anggy segera berdiri dari tempat duduk dengan tergesa-gesa ingin segera membuka pintu dan melihat siapa yang  berada di depan pintu tersebut. Dan berharap Sabrinna lah yang ada di sana.

"Elo kemana aja sih Sab.. Lah kok malah elo sih Derrek?"

Derrek yang mendengar kata itu hanya langsung lewat saja tanpa memperdulikan siapa yang ada di depan pintu.

"Aduh beb.. Aa Derren lagi capek, nanti dulu yah bicaranya." Darren mengipas-ngipas wajahnya dengan tangannya sendiri walaupun tidak ada angin terasa sama sekali.

Anggy yang melihat begitu iba dengan Darren kekasih tersayangnya itu, kalau dilihat-lihat tak ada yang lebih dari seorang Darren. Ia pun berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman. Selvia terlihat khawatir saat ini, berjalan mondar mandir di depan Darren, entah untuk siapa dia khawatir tapi satu dalam hatinya yang saat ini selalu di ucapkan.

Semoga kamu cepat pulang

🍁🍁🍁

Aris terus saja bertanya kepada siapapun yang dia temui  di jalan. Tak ada kata menyerah dalam dirinya walupun hujan membasahi tubuhnya. Dia terus berjalan menapaki jalan, pikirannya tak tenang sedari tadi entah bagaimana gadis di tempat itu, apa dia kedinginan seperti dirinya? Apa di ketakutan saat ini? Pikiran itu selalu membanyanginya setiap kakinya melangkah. Hingga bertemulah dia dengan seseorang yang memakai payung sepertinya hendak pergi ke suatu tempat. Aris menghentikan orang itu dan bertanya.

"Pak!" Aris berteriak supaya orang itu mendengar suaranya.

Orang itu pun berbalik dan berhenti lalu bertanya "Ada apa dek, ada yang bisa saya bantu?"

"Pak maaf menganggu perjalanan bapa, anu...saya mau ke rumah bu Minah apa bapa tahu rumah bu Minah?"

"Oh.. Bu Minah tohh.. Kalo gitu ade lurus aja dari jalan sini lalu belok kanan nah rumah dekat pohon mangga itu rumahnya."

Aris tak lupa berterima kasih dan pamit pada bapa tadi. Dia berlari untuk sampai menuju saung, tempat dimana dia meninggalkan gadis yang bersamanya tadi. Sambil mengatur nafasnya yang tersengal, matanya tak sengaja melihat gadis itu menangis sesekali gadis ituvmenyeka airmata yang keluar. Di dekatinya lah gadis itu, entah keberanian darimana dia dapat. Aris langsung memeluk gadis itu mencoba untuk memenangkannya.

"Heii.. Gue disini," menepuk pundak gadis itu secara perlahan.

"Lo tega ninggalin gue sendirian, gue takut Ris... Hiks.. Hiks... Lo jahat," Sabrinna memukul dada Aris karena kesal.

Aris hanya diam saja dan mendengarkan semua perkataan yang ditujukan padanya entah cacian atau kesal dan marah. Aris sempat berpikir apa yang harus dia lakukan setelah ini. Tanpa pikir panjang di tariknya tangan Sabrinna menuju sepeda yang sedari tadi menemani mereka berdua. Malam yang sudah menjelang menambah dinginnya perjalanan mereka di temani sang hujan.

"Lo tau dimana rumah bu Minah?" Sabrinna sambil menatap wajah Aris.
.

.

.

.

To be continue

Semoga tak bosan-bosan untuk baca cerita aku yahh..

Prove Your LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora