6

160 40 25
                                    

"Kapan keliling desanya sih Sab, gue nunggu lo lama nih." Selvia duduk di bangku teras.

"Sabar dong.. Gue lagi pasang sepatu nih, talinya ribet Banget di ikat." sambil mengikat sebelah sepatunya dengan sedikit berjalan.

Hingga beberapa saat kemudian mereka bingung mau jalan jalan naik apa. Mereka pun masuk ke dalam rumah kembali untuk mikirkan rencana mereka.

"Mau kemana Sasa sayang sama Via rapi bener," membawa laptop dan duduk di samping Selvia.

"Mau jalan emang kenapa? Mau ikut, gak usah yah gue gak mau ajak elo." Sabrinna sambil membuka toples makanan yang ada di depannya.

"Kaka lagi kerjain apa? Serius Bener kak!" Selvia melirik ke layar laptop.

"Oh ini mau buat agenda kita selama 2 minggu ini supaya terencana dengan baik. Sasa sayang jangan gitu dong, nanti aku sayang." Mengedipkan sebelah matanya.

"Ihh lebay plus alay tingkat dewa, tunggu gue rasa kenal deh sama kata-kata tadi," Sabrinna memikirkan sambil membuka ponselnya.

Arvin tak menghiraukannya dan melanjutkan tugasnya. Sedangkan Selvia yang daritadi fokus melihat layar laptop tentang bagaimana cara membuat agenda yang baik dan benar. Seakan terbuyarkan dengan suara nada dering ponsel yang berada tepat di depannya. Dengan spontan Arvin mengangkatnya dan berkata.

"Hii.. Sayangku dan cintaku," tersenyum tak merasa bersalah apapun.

Sabrinna yang melihat wajah Arvin macam itu membuat wajahnya memerah. Bukan berarti karena dia tersipu malu melainkan kesal sekaligus marah. Sabrinna tak habis pikir jika yang menchat, nelpon pagi buta berkali-kali, yang ingin dia tabok kepalanya gara-gara bangunin malam hari karena telpon rumah berbunyi. Semua ini hanya karena orang satu ini dan namanya Arvin. Oh tidakk habislah kesabarannya.

Minta mati Kayaknya ni orang, udah bikin ratu macan bangun.

"Oh Arvin..." suara Sabrinna mengalun dengan merdunya.

"Oh.. Ya sayangku..." menjawab dengan syahdunya.

Mendengar hal itu Sabrinna murka sejadi-jadinya. Dia langsung saja menjambak rambut Arvin dengan ganasnya tak lupa memukul badan Arvin dengan brutal. Selvia ikut melerai pertengkaran mereka namun tak berhasil. Sampailah Darren sendirian langsung meletakkan sepedanya sembarangan , ia segera ikut melerai kedua pihak itu dan akhirnya berhenti juga saat Darren membujuknya.

"Udah dong Sab.. Lo kayak lagi gebukin maling jemuran orang satu kampung!" Berdiri di antara dua orang yang sedang bertengkar itu.

"Ampun Sasa sayang, Arvin janji deh gak jail lagi!" memohon mohon agar Sabrinna mau berhenti untuk memukulinya.

"Enggak mau!! lo harus tahu Darren dia itu udah ganggu tidur gue, emang ada yang orang nelpon pakai telpon rumah pukul 00.00 WIB dan bilang 'kamu udah tidur kalo udah good night yah' Sampai 24 kali nelpon," masih mencoba menggapai tubuh Arvin.

Mendengar hal itu Darren dan Selvia menoleh ke arah Arvin. Dia hanya terlihat tersenyum polos seperti anak kecil yang tak tahu apa salah mereka. Kurang sabar apalagi coba Sabrinna. Hal itu bukan terjadi sehari tapi satu bulan sebelum mereka bertemu di depan pagar gara-gara terlambat ke sekolah. Selvia yang melihat hal ini lalu mengajak Arvin pergi menjauh dan tugas Darren  menenangkan Sabrinna yang kesalnya bukan main.

🍁🍁🍁

Sambil menarik tangan Arvin supaya mengikutinya, Selvia berjalan keluar rumah menuju tempat duduk yang berada tepat di bawah pohon mangga.

"Ada yang sakit?"  Selvia melihat seluruh tubuh Arvin yang sedikit berantakan akibat temannya itu.

Arvin menatap selvia dengan heran, ada apa dengan gadis ini? Pasalnya ia seperti meneliti apakah ada yang hilang atau tertinggal dari tubuhnya  yang sempurna ini.

" Gak kok, lo beda sama Sabrinna, lo baik tapi kenapa dia judes bener yah? Terus pemarah lagi, tapi gue suka." Arvin pun tersenyum.

Selvia pun tersenyum saat melihat hal itu, ia juga berpikir kenapa sabrinna begitu sebel sama nih orang, apa Sabrinna suka sama orang ini. Tapi hal aneh terjadi pada Selvia hatinya terasa sakit saat memikirkan hal itu.

Ada apa dengan diriku? Perasaan apa ini?

"Kak.. Kenapa sih suka ngejailin Sabrinna?" menatap penuh harap seolah menunggu jawaban apa yang di berikan dia nanti.

"Gue.. G-gue.. Eh mau kemana tuh temen lo pakai sepeda" melihat ke arah Sabrinna lalu pergi hendak mengejar Sabrinna.

"Sabrinna... Woyyy..berhenti"

Laki-laki itu pergi dan meninggalkan gadis yang menemani dirinya sembari tadi. Gadis itu juga mengarapkannya namun dia malah pergi.

Padahal gue pengen tahu apa jawabannya kak

🍁🍁🍁

Akhirnya Sabrinna pun pergi dengan memakai sepeda yang di pakai Darren. Menyusul Nada dan Anggy yang katanya berada di pinggiran sungai. Arah jalan sudah di ingat oleh sabrinna dan sebentar lagi dia akan sampai di pinggiran sungai terlihatlah Nada dan Anggy. Hingga...

To be continue

Huh.. kok cuma dikit yang baca, tapi sabar aja pasti ada hikmahnya. Apa kurang seru? Atau ada masalah lain? Beritahu aku, aku kan jadi sedih kalo gini 😢😢.

Jangan lupa Vote+ koment yah, ok guys, kalau yang baca lebih dari 20 nanti aku lanjut lagi yah. See you leter guys.

Prove Your LoveWo Geschichten leben. Entdecke jetzt