Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Yoo Seonho."


Seonho mendongak. Di samping tempat duduknya, Park Jisung, ketua kelasnya berdiri dengan tersenyum manis.


"Ada apa?"


"Ini," Jisung menyerahkan sebuah amplop berwarna putih padanya, "selamat ya."

Seonho menerima amplop pemberian Jisung, membaca tulisan dan memerhatikan logo di pojoknya, seperti tidak asing.

"Fiorello H. Laguardia.. tunggu!" Seonho dengan cepat membuka amplop itu, membacanya saksama, "kamu mungkin salah orang, Jisung."


"No. Itu milik kamu, kok. Ya, sekali lagi, selamat."


"Laguardia High School.. nggak mungkin! Itu sekolah musik dan seni terbaik di New York!"


"Sekolah yang langsung merekomendasikan kamu. Seperti yang kita semua tahu, permainan pianomu sudah sangat bagus. Vokalmu juga terlatih," Jisung menepuk bahu Seonho, "well, kamu pantas dapat kesempatan itu. Jangan sia-siakan, okay?"







-Cigarette-







"Di sini. Dulu kamu pernah ke sini juga, kan?"


Jinyoung duduk di bangku, yang saat ini mulai berdebu. Di sampingnya, Jihoon hanya berdiri, menikmati angin siang hari di atap sekolah. Sudah lama sekali sejak ia terakhir kemari.


"Aku ke sini hanya karena Woojin atau Guanlin."


"Sekarang kamu ke sini karena aku."


Jihoon mendengus. Setahunya, Jinyoung hanyalah satu yang paling pendiam di antara teman-teman Guanlin yang lain.


"...ya, aku akui pernah naksir kamu."


Deg


"A-apa?"


"Jangan grogi," Jinyoung terkekeh pelan, "itu masa lalu, kok."


"Oh, I see."


"Tahu satu hal yang buat aku betah di sini?"


Jihoon mulai duduk di samping Jinyoung, tetap diam, menunggu Jinyoung melanjutkan.


"Teman-teman," Jinyoung tersenyum, matanya tertutup sementara wajahnya mendongak ke langit, "mereka yang bisa bikin aku mulai terbuka, sekaligus jadi murid badung."


"Memang. Kalian apa dikit keroyokan."


"Sebenarnya, kalau kamu di posisiku pasti ngerti, kok."


"Hm?"


"Kak Daniel, Kak Dongho, Kak Hyunbin, Woojin, Samuel, Guanlin. Masing-masing dari mereka punya perbedaan, kadang ribut juga karena itu. Tapi, cuma satu hal yang bisa bikin mereka, plus aku, erat terus," Jinyoung membuka mata, kini menatap lurus pada Jihoon, "kami nggak pengin salah satu dari kami terluka. Keroyokan? Biasa. Itu cara kami ngelindungin satu sama lain."


"Itu kaya kisah cinta, tahu?"


"Di luar saja kelihatan garang. Di dalam biasa saja. Bahkan, kami bisa jadi manis, kan?"


Jihoon tersenyum. Perkataan Jinyoung terdengar sangat tulus.


"Setidaknya, aku senang kamu juga terbuka sama orang lain selain sohibmu."


"Entah kenapa, obrolan ini juga mengalir gitu aja," Jinyoung mengacak rambut Jihoon, "thanks, sudah jadi pendengar yang baik. Perasaanku kacau, Guanlin.. aku harap dia bisa melewati semua."







-Cigarette-







Bel pulang berbunyi sepuluh menit yang lalu. Namun, Hyungseob belum datang juga. Seonho sudah tidak sabar menceritakan apa yang ia dapat hari ini.


"Memang ada kabar apa, sih? Senang banget anak ayam."


"Ada deh," Seonho tersenyum lebar, "Kak Minhyun keponya nanti saja, kalau Kak Hyungseob-"


"Eh, maaf lama!" Hyungseob datang tergesa, "aku beli es dulu di kantin."


"Mau pulang, kok, jajan, sih, Kak?"


"Bilang aja pengin, Ho," Hyungseob meledek, "ada apa, sih? Cepetan, dong!"

"Kak Minhyun dan Kak Hyungseob tahu Laguardia High School?"

"Semua yang suka musik tahu," Minhyun menjawab enteng.

"Seonho dapat undangan pertukaran pelajar ke sana," Seonho tersenyum lebar, "satu tahun!"

"Wow!" Hyungseob bertepuk tangan, "selamat ayam! Benar-benar, ya, kamu hebat!"

"Selamat, ya, Ho," Minhyun tersenyum, bahagia sekali, "kapan berangkat ke New York?"

"Semester depan."

"Ujian semester tinggal sebulan lagi, berarti nggak ada tiga bulan lagi kamu pergi?"

Seonho mengangguk.

"Terus," Hyungseob memelankan kalimatnya, "Guanlin.. dia gimana?"

Cigarette +guanhoWhere stories live. Discover now