(8) Abi: I'm Really Sorry

20.5K 2.8K 53
                                    

Gue melahap mie instan rebus buatan wanita yang sedang duduk di hadapan gue ini dengan sangat rakus. Hasil tonjok-tonjokan beberapa jam yang lalu membuat perut gue keroncongan rupanya. Sementara itu, wanita di depan gue ini melahap mie instan kari ayam paling enak--sepanjang hidup gue makan mie instan, dalam diam. Matanya hanya terpaku pada denting sendok yang beradu dengan garpu saat iya menyendokkan mienya.

Mie di mangkok gue tandas saat jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua pagi. Mata gue terasa berat, namun wanita yang sejak tadi gue bawa ke office ini, belum juga menunjukkan tanda-tanda akan tidur. Ia beranjak dan membereskan sisa makan kami dan membawanya ke pantry.

"Tis, lo nggak ngantuk?" tanya gue mengusik lamunannya. Ia telah kembali dan hanya duduk diam di sofa bed.

"Eh? Kenapa, Bi?" Kan, dia melamun.

"Lo nggak tidur? Udah jam segini." Tanya gue sekali lagi.

"Lo ngantuk ya? Tidur duluan aja gak papa. Eh tapi itu serius lo mau tidur di sofa mini begitu?" tanyanya sambil menunjuk sofa mini di pojokan dekat pantry.

"Gak papa kok, gue tidur ya." pamit gue kemudian beringsut menuju sofa.

Pikiran gue kembali melayang saat memandangi punggung wanita yang belum juga tertidur ini. Ia duduk tegap di sofa bed dan membelakangi gue. Gue bukan peramal yang tahu ada apa di otaknya Tisa saat ini. Namun gue rasa dia cukup shock atas apa yang ia alami hari ini.

Oke gue mulai cerita ya. Malam ini gue mengalami kejadian paling mengenaskan dalam hidup. Namun gue bangga, karena itu juga yang membuat gue menolong orang lain. Gue terlibat adu jotos dengan preman yang berusaha menjambret tas milik seorang wanita. Kejadiannya di tower sebelah tower Nat TV. Itulah mengapa Tisa bisa masuk dalam jeratan kasus gue malam ini. Walau sejujurnya gue tidak pernah berpikiran untuk melibatkan sebarang pun.

Saat itu gue sedang membeli gorengan pinggir jalan yang letaknya nyempil di sekitaran Jalan Mega Kuningan, sehabis gue bertemu dengan Gama. Saat membayar, tiba-tiba saja gue menyaksikan sepasang laki-laki dengan gerak-gerik mencurigakan sedang menguntiti seorang wanita yang berjalan dengan memercepat langkahnya. Karena rasa penasaran yang tinggi, gue mengikuti langkah preman dan wanita tersebut. Hingga sesampainya di depan sebuah gang sempit, salah satu preman tersebut merampas tas wanita itu. Satunya lagi memegangi tubuh wanita tersebut agar tidak memberontak.

Insting super hero yang ntah dari mana tiba-tiba muncul, segera gue mengejar salah satu preman yang mengambil tas wanita itu. Saat gue mendapatkan tubuh preman itu, gue langsung merampas balik tas wanita yang ia ambil. Namun malapetaka tak dapat ditolak, preman satunya lagi menghajar gue dengan semangat 45. Awalnya gue tak mampu menahan pukulan yang bertubi-tubi di wajah gue, namun pada akhirnya mampu bangkit lalu memimpin permainan. Sempat saling balas adu jotos, namun akhirnya kedua preman tersebut mampu tersungkur di depan gue. Sabuk cokelat karate gue waktu SMA dulu masih berfungsi ternyata.

Namun pada akhirnya, wajah ganteng gue ini tak dapat tertolong. Memar dan luka dimana-mana. Badan gue serasa mau ambruk. Wanita yang tasnya tadi dijambret menghampiri gue, ia merasa bersalah. Mbak-mbak yang tidak gue ketahui namanya ini, bahkan memaksa membawa gue ke rumah sakit. Gue dengan tersenyum menolak dan mengatakan bahwa gue baik-baik saja, I'm fine Mbak!

Selanjutnya gue memberhentikan salah satu taksi yang kebetulan melintas dan memaksa wanita ini masuk. Gue membiarkan taksi tersebut berlalu membawa wanita itu pulang ke rumahnya. Namun raga yang hampir remuk ini tak bisa diajak kompromi. Tower Nat TV menjulang 50 meter dari pandangan gue. Dengan jalan yang terseok-seok, gue mengarah ke Tower itu. Menyusuri basement dengan harapan Mbak Ana, calon kakak ipar gue masih lembur di dalam sana dan setidaknya bisa memberi gue pertolongan. Harapan yang konyol memang, disaat gue sama sekali tidak tahu kapan saja jam kerja calon ipar gue tersebut. Namun hanya ini yang bisa gue lakukan. Ponsel gue tertinggal di dalam mobil dan ntah seberapa jauh gue meninggalkan mobil.

Eensklaps | PUBLISH ULANG VERSI WATTPADWhere stories live. Discover now