Chapter 13

2.4K 307 49
                                    

Shin Hye menatap pintu di depannya yang baru saja tertutup, menghilangkan tubuh Jang Hyuk di baliknya.

Suara tawa Shin Hye memecah keheningan kamar itu, tapi hanya sesaat karena setelahnya ia menangis sangat kencang menyadari kenyataan yang saat ini tengah menimpanya.

Pelacur...

Hanya satu kata, tapi mampu membuat tubuhnya lemas dan kehilangan gairah hidupnya.

Shin Hye tidak pernah menyangka, setelah perjuangan dan kerja kerasnya selama ini ia justru berakhir dengan nasib mengerikan itu.

Tidak bisakah Tuhan sedikit berbaik hati padanya saat ini?

Sayangnya jawabannya tentu saja tidak karena ia terjebak disini, di tempat sialan yang bahkan tidak pernah masuk ke dalam kamus hidupnya.

Berurai air mata Shin Hye bangun, melangkah menuju jendela besar yang sedikit terbuka. Dihadapkan pada balkon yang menghubungkannya dengan dunia luar. Seandainya saja ia bisa melarikan diri, tentu ia tidak akan berakhir sebagai pelacur seperti yang Jang Hyuk katakan.

Lalu pikiran itu terlintas di benaknya, pikiran untuk lari dan menyelamatkan diri. Masih ada kesempatan dan Shin Hye yakin ia bisa melakukannya. Tuhan akan membantunya.

Shin Hye meraih bangku meja rias tidak jauh dari ranjang, membawanya ke dekat jendela lalu menyentak kuat tirai yang menutupi jendela besar itu. Di gigitnya kain itu dengan susah payah, membaginya menjadi dua bagian lalu mengaitkannya menjadi satu.

Merasa masih belum cukup, Shin Hye berpindah ke jendela satunya, melakukan hal yang sama lalu menyambungnya menjadi satu dengan tirai sebelumnya.

Setelah memastikan rangkaian tirainya cukup kuat, Shin Hye mengikat ujung tirai pada balkon dan melemparkan ujung yang lain ke bawah, memastikan panjang tirai cukup menyetuh tanah di bawahnya.

Shin Hye menarik tirai itu kembali, merapikan tempat tidurnya. Meletakkan guling di tengah bantal lalu menutupnya dengan selimut, membuatnya seolah-olah dirinyalah yang sedang tidur disana.

Ia lalu kembali ke balkon, melihat sekeliling memastikan tidak ada penjaga yang menjaga bagian belakang tempat itu lalu melemparkan tirai yang telah disusunnya sedemikian rupa.

Shin Hye meraih tirai itu perlahan, kedua kakinya bergetar membayangkan apa yang akan dilakukannya saat ini dan kemungkinan yang mungkin saja akan terjadi padanya.

Bagaimana kalau tiba-tiba tirai itu robek dan membuatnya jatuh sebelum ia sempat mencapai tanah? Bagaimana kalau ia mati karena itu? Tapi bukankah ia lebih baik mati daripada harus berakhir dengan melayani pria-pria hidung belang di luaran sana?

Pemikiran terakhir itu membuat Shin Hye membulatkan tekadnya. Jika memang kematian telah menantinya, ia akan menerimanya, karena mungkin memang itulah yang terbaik untuknya saat ini.

Shin Hye menghela napas sekali lagi sebelum kembali meraih tirai itu, memegangnya erat dan berusaha menuruni kamar yang ditempatinya perlahan.

Waktu seakan membeku tak bergerak, ketika Shin Hye mulai menggerakkan tubuhnya untuk turun ke bawah. Keringat dingin membanjiri telapak tangan dan seluruh tubuhnya hingga akhirnya ia bisa menapakkan kedua kakinya di tanah.

Tanpa pikir panjang Shin Hye segera berlari menjauh. Tidak diperdulikannya panas dari jalanan yang dilewati karena ia tidak memakai alas kaki sama sekali. Yang dipikirkannya saat ini hanyalah melarikan diri sejauh mungkin dari tempat mengerikan itu sebelum ia berakhir menjadi pemuas nafsu pria hidung belang.

Sementara itu, tanpa Shin Hye sadari seseorang tengah melihat aksinya. Menatapnya dengan senyum geli dari jendela.

Shin Hye terus berlari, ia bahkan tidak tahu kemana ia pergi sampai ia merasa sudah tidak kuat lagi dan berhenti di sebuah taman yang cukup sepi. Ia bergegas memenuhi tenggorokannya dengan air dari keran, membasuh wajahnya beberapa kali lalu mengikat rambutnya asal.

Give Me a BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang