Chapter 11

3.2K 333 83
                                    

Jung Shin berjalan tergesa membuka pintu ruang kerja Yong Hwa. Tanpa meminta izin dari si pemilik ruangan ia merangsek masuk, menumpukan kedua tangannya di atas meja menampakkan wajah khawatir.

"Shin Hye tidak ada di kamarnya hyung, aku sudah mencarinya kemana-mana tapi aku tidak menemukannya dimana-mana."

"Ia sudah pergi," sahut Yong Hwa santai tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang di bacanya.

"Apa? Pergi? Malam-malam begini? Kemana?"

Dengan enggan Yong Hwa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang di bacanya, menatap Jung Shin dengan kening berkerut. Heran karena pria itu terlihat begitu mengkhawatirkan Shin Hye.

Apa Jung Shin menyukai Shin Hye? Apa karena itu Jung Shin terlihat begitu khwatir tidak menemukan Shin Hye?

Yong Hwa menggeleng. Tidak... Itu tidak mungkin! Yong Hwa tahu Shin Hye bukanlah tipe wanita yang diidamkan Jung Shin, jadi tidak mungkin Jung Shin menyukai Shin Hye.

Tapi bagimana kalau Shin Hye yang menyukai Jung Shin?

Yah... Bagaimana kalau gadis itu yang menyukai Jung Shin? Apalagi seperti yang dikatakan Jung Shin mereka sudah saling mengenal sebelumnya. Apa karena itu Shin Hye menolaknya? Karena gadis itu menyukai Jung Shin? Apa Shin Hye lebih memilih tidur dengan Jung Shin daripada tidur dengannya?

"Apa gadis itu menyukaimu?" tanya Yong Hwa menyuarakan kegundahan hatinya ketika melihat sikap Jung Shin dan memikirkan kemungkinan yang mungkin saja terjadi.

"Kenapa hyung bertanya seperti itu?"

Yong Hwa melipat kedua tangan di dadanya, "Kenapa kau perduli sekali padanya?" Yong Hwa menatap Jung Shin tajam, "Jangan bilang gadis itu menjanjikan tubuhnya padamu hingga membuatmu mencarinya malam-malam begini."

"Apa maksudmu hyung?  Kenapa bicaramu semakin kacau? Apa hyung sedang mabuk? Atau hyung sedang sakit?"

Yong Hwa menepis tangan Jung Shin yang ditempelkan di keningnya, "Jangan sentuh aku, aku baik-baik saja," ucapnya kesal karena kecurigaannya semakin bertambah setelah Jung Shin tidak menjawab pertanyaannya.

Yong Hwa ingat saat pertama kali membawa Shin Hye, Jung Shin langsung mengenali gadis itu. Terlihat begitu khawatir dengan keadaannya. Bahkan mengikutinya sampai di kamar dan mengeluarkan ekspresi penuh kelegaan ketika Aiko menjelaskan keadaan Shin Hye.

Mungkinkah mereka memang menjalin hubungan? Kalau tidak mana mungkin Jung Shin begitu mengkhawatirkan Shin Hye?

Tapi itu tidak mungkin. Shin Hye tidak mungkin menyukai Jung Shin kan?

Yong Hwa menatap Jung Shin tajam, memperhatikan pria itu dari ujung kaki ke ujung kepala. Tidak ada yang membuat Jung Shin lebih unggul darinya selain tinggi badannya yang menjulang jauh di atasnya. Yah... Untuk hal satu ini Yong Hwa memang kalah telak dari Jung Shin.

"Ada apa hyung? Kau baik-baik saja?" tanya Jung Shin yang sejak tadi hanya diam melihat sikap aneh Yong Hwa yang terus memandangnya, seolah ingin mengulitinya.

"Aku hanya penasaran apa yang lebih menarik darimu dari pada aku selain tinggi badanmu yang menyebalkan itu?" Yong Hwa menggosok dagunya, berpikir keras untuk mengalahkan Jung Shin saat ini. Sampai akhirnya sebuah ide gila terpikirkan olehnya. Mungkin kalau Jung Shin sedikit lebih pendek darinya Shin Hye akan memilih dirinya, bukan Jung Shin.

"Aku bisa meminta salah satu dokter ortopedi terbaik di Amerika untuk memotong tulangmu kalau-kalau kau bosan dengan tinggi badanmu itu," ucapnya dengan mimik wajah serius penuh pertimbangan, "Kau tahu tinggi badanmu itulah yang menjadi faktor utama kau kesulitan mendapatkan pengganti Aiko. Jadi kau harus berterimakasih padaku karena memberikanmu solusi yang mungkin tidak pernah kau pikirkan sebelumnya."

"Apa?" Jung Shin menatap Yong Hwa tidak percaya. Untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun mereka bersama Yong Hwa mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu, karena itu Jung Shin memilih tidak menghiraukannya.

"Sebaiknya hyung istirahat. Aku tahu hyung sedang lelah, aku akan mencari Shin Hye dan memberitahumu kalau sudah menemukannya."

"Jangan berani-berani mencarinya," suara Yong Hwa terdengar begitu dingin. Ia tidak akan mengorbankan harga dirinya hanya untuk mencari gadis yang melarikan diri dari rumahnya, "Gadis itu pergi sendiri dari sini jadi biarkan dia pergi. Jangan menyulitkan diri dengan berurusan dengan gadis tidak tahu terima kasih itu," Yong Hwa kembali menatap buku yang di bacanya, "Istirahatlah."

Jung Shin mengangguk, berjalan keluar dari ruang kerja Yong Hwa. Ia sudah sangat lama mengenal Yong Hwa dan ia tahu ketika Yong Hwa bersikap seperti itu, itu berarti pria itu tidak ingin dibantah.

Begitu mendengar pintu ruang kerjanya tertutup Yong Hwa mengangkat wajahnya, melempar buku yang sejak tadi berusaha di bacanya ke sembarang arah.

Yah...  Berusaha di bacanya, karena sejak Shin Hye meninggalkan ruangannya, Yong Hwa tidak tahu harus melakukan apa. Ia terlalu bingung dengan apa yang telah terjadi.

Bagaimana tidak?

Yong Hwa bahkan tidak mengerti apa yang membuatnya begitu kebingungan. Penolakan Shin Hye? Gairah yang dirasakannya pada gadis itu? Atau ketidakmampuannya membuat gadis itu menjadi miliknya?
Entah bagian mana dari semua pertanyaan yang mengganggu pikirannya itu yang mengambil porsi lebih besar dari apa yang dipikirkannya saat ini

Satu hal yang bisa dipastikannya, cepat atau lambat Shin Hye harus menjadi miliknya karena apapun yang diinginkannya harus ia miliki bagaimana pun caranya.

*

Shin Hye terduduk lemas di bangku yang terletak di pinggir jalan. Ia melirik kakinya yang terasa perih karena lecet akibat ia berlari cukup jauh.

Begitu keluar dari ruang kerja Yong Hwa, ia bahkan tidak sempat mengambil sepatu dan tasnya. Yang dipikirkannya saat itu hanya berlari sekencang mungkin, menjauh dari rumah mengerikan itu tanpa memperdulikan alas kaki yang dikenakannya.

Dan sekarang, setelah cukup lama berlari tanpa arah, Shin Hye baru menyadari rasa sakit di telapak kakinya karena sendal rumah yang digunakannya terkikis.

Tapi tentu saja bukan sakit fisik yang membuat air mata shin Hye tidak berhenti mengalir sejak tadi. Tapi perlakuan Yong Hwa padanya yang jauh membuatnya lebih sakit.

Luka tak kasat mata, begitu perih tak bisa terobati.

Shin Hye menatap langit malam dengan perasaan hancur. Dua kali ia nyaris dilecehkan oleh orang yang berbeda dan dalam waktu yang hampir berdekatan. Tubuhnya hancur, hatinya bahkan lebih parah. Seakan semua yang selama ini berusaha di pertahankan di hancurkan begitu saja.

Harga diri dan kehormatannya bahkan tidak berharga di mata orang lain. Apa ia memang tidak bisa diperlakukan terhormat hanya karena ia orang miskin? Kenapa semua orang memandangnya begitu murahan?

Ya Tuhan... Kenapa cobaanmu begitu berat?

Shin Hye menenggelamkan wajah di kedua tangannya, kembali menangis sekencang-kencangnya. Ia bahkan tidak perduli ketika beberapa pejalan kaki menatapnya keheranan.

Sungguh Shin Hye tidak perduli.

Satu-satunya yang dibutuhkannya saat ini hanyalah menangis, mencoba mengurai sakit dan perih yang dialaminya melalui derai air matanya.

Shin Hye masih tenggelam dalam tangisnya ketika suara seorang pria membuatnya mendongakkan wajahnya.

"Apa benar kau Park Shin Hye?" tanya pria besar yang berdiri di depannya, sambil mengamati sebuah foto yang berada di tangannya.

Dan ketika Shin Hye mengangguk, sebuah tangan lainnya membekap mulutnya dari belakang, membuatnya meronta tapi kekuatannya perlahan menghilang bersamaan dengan kesadarannya yang semakin berkurang.

"Ya Tuhan, apalagi yang kau rencanakan untukku sekarang?" bisiknya dalam hati.

____
(180118)

Give Me a BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang