"Iya...Deb, lagi pula bukan aku yang menyuruhnya untuk tidur di sofa." Yohana membela diri.

"Iya. Tapi apa kamu mencegahnya?" tak ada jawaban "Enggak kan? Kalian itu sudah suami istri Yohana..."

"Aku kan sudah minta Pak Im untuk tidur di kamar. Kita sudah tidur satu kamar Deby..." Yohana menjelaskan dengan muka yang merah, malu.

"Bagus. Memang harus begitu. Aku fikir Pak Nuel sakit pinggang karena kalian rajin bikin keponakan untuk aku...mmmppphhh..." ucapan Deby terbungkam oleh telapak tangan Yohana.

"Ssssstttt...." Desis Yohana lirih. "Kita enggak ngapa-ngapain kok..." ujar Yohana masih dengan muka lebih merah.

"Kok bisa?" tanya Deby tak percaya. Tangan Yohana sudah tidak membungkam mulutnya.

Yohana menceritakan pada Deby perihal hubungannya dengan Immanuel, suaminya. Setelah liburan ke Bali, Nuel mengajak Yohana ke desa dan mereka tabur bunga dipusara nenek Rini. Di desa mereka menginap dua hari, untung saja Paman dan Bibi Yohana selalu merawat rumah Nenek Rini sehingga Yohana dan Nuel bisa menginap disana. Setelah liburan satu minggu itu mereka kembali ke kota yang penuh hiruk pikuk ini. Nuel membawa istrinya itu ke apartement miliknya. Nuel menyuruh Yohana untuk tidur di kamarnya, sedangkan Nuel tidur disofa depan tv.

Nuel juga memberitahukan alasan mereka pisah tempat tidur. Nuel menunggu hingga Yohana siap sepenuhnya, dan Nuel tidak pernah memaksa Yohana. Tapi Yohana tidak serta merta bebas tugas, ia tahu statusnya sebagai seorang istri, ia melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan seorang istri.

Hingga sampai Deby memberitahu bahwa Direkturnya itu mengeluh sakit pinggang karena posisi tidur yang tidak nyaman. Deby mendengar pembicaraan Direktur dan sekretaris secara tidak sengaja, saat bertemu dengan teman karibnya ia berniat menggoda, malah yang ia dapat adalah cerita bahwa suami istri yang baru saja menikah tidak tidur satu ranjang. Deby dengan galak memarahi Yohana meminta temannya itu untuk bisa membujuk suaminya agar tidur satu ranjang.

"Kan aku sudah cerita ke kamu Deb. Kalau Pak Im ingin aku siap." Lirih Yohana, wajahnya terlihat murung.

Deby mendengus "Terus kapan kamu siap?" tanya Deby sinis, Yohana menggeleng serta mengedikan bahu. Deby terhenyak ia ingat dengan cerita Miko. "Tunggu..." tangan kanan Deby terangkat didepan dada, tanda stop "Kamu bilang, kamu dan Pak Nuel belum melakukan itu. Tapi...waktu kamu telepon pagi-pagi..."

Kini Deby yang bercerita tentang telepon Yohana di pagi hari yang diangkat oleh Miko. Betapa malunya Yohana karena ia menimbulkan salah paham. Ia mengalami keseleo dikakinya karena Yohana kembali ceroboh dan suaminya membantu memijat supaya lekas sembuh. Yohana tidak ingat bahwa sebelumnya ia mencoba menelepon Deby, dengan sembarangan meletakan ponsel yang masih menghubungkan panggilan.

Kembali bahu Deby luruh, ia tidak paham dengan kisah Yohana. "Sudahlah...yang terpenting kamu segera memberitahu status mu pada teman-teman. Sehingga tidak terjadi salah paham."

Yohana mengangguk.

"Deby. Yohana. Kalau kalian sudah selesai, tolong kalian turun bantu di bawah ya.." ucap salah seorang temannya yang baru saja masuk ke ruangan dimana Yohana dan Deby bertugas, untung saja obrolan mereka telah selesai. Mereka menjawab bersamaan, mengiyakan.

&

&

&

kembali ke peristiwa...

"Selamat siang Pak Gideon." Sapa seorang karyawan dari bagian promosi.

" Sapa seorang karyawan dari bagian promosi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Be My Wife (Complete)Where stories live. Discover now