33. Mine?

188 18 12
                                    


Woyyy ini part terakhir:( tapi tenang, gue ngasih epilog kok.

Vote sebelum baca:p


happy reading!


**


-Achel POV-



Awan putih dan langit biru yang cerah membentang di atas sana ketika kami selesai menguburkan jasad seorang wanita baik hati bernama Endah Permatasari. Seluruh sanak-keluarga hadir untuk mengantarkan wanita itu ke tempat peristirahatan terakhir.

Aku dan Bang Faz pun hadir –untuk ikut berduka cita. Pak Cecep, Om Zak beserta istrinya pun tidak ketinggalan.

Orang-orang sudah kembali pulang ke rumah masing-masing. Termasuk dengan dua kakak perempuan Ferry yang ternyata sudah dewasa.

Tinggal kami, yang sudah kusebutkan di atas, beserta Mas Fey dan Ferry, yang masih berada tepat di depan makam baru ini.

Mas Fey dan Ferry terduduk sambil mengamati batu nisan. Mereka berdua sangat –masih terpukul dengan kejadian ini. Percaya tak percaya, mereka harus berpisah dengan ibu kandungnya untuk selama-lamanya.

Pertemuan terakhir yang mengharukan –dan menyedihkan, memang. Tapi setidaknya Mas Fey bisa bertemu ibunya dulu sebelum ibunya meninggal.

Aku ikut terduduk di samping Mas Fey. Aku mengelus bahunya pelan. Dia tidak menangis lagi. Aku yakin dia sudah menerima takdir ini dengan ikhlas.


"Fer? Jadi lo gimana?" kata Mas Fey ke arah Ferry.


Ferry tersentak sesaat, kebingungan.


"Gimana apanya?" jawabnya kemudian.


"Gimana hidup lo sekarang? Ayah tiri lo udah meninggal. Dan, ibu juga sudah meninggal. Sekarang cuman lo sendiri."


Ferry tersenyum getir. "Gapapa. Gue bisa hidup sendiri kok. Gue mau fokus kuliah di Singapura sampai berhasil menghandle perusahaan ayah tiri gue yang sepenuhnya diwariskan ke gue." Jawabnya tenang.


"Dua kakak lo gimana?"


"Mereka mau tinggal di rumah tante. Kebetulan tante sendiri yang ngajak kami tinggal bersama. Tapi gue ngga bisa –percuma. Karena gue mau hidup di Singapura untuk sementara waktu."


"Rumah lo sekarang gimana?"


"Mungkin dijual. Uangnya mau gue serahin semuanya ke tante. Karena setelah papa meninggal dan ibu sering sakit, tante lah yang menggantikan sosok orang tua. Apa lagi, dua kakak gue mau tinggal sama dia. Jadi, ya, gitulah. Gue percaya pasti tante bisa mengatur uangnya."


"Terus hidup lo sendiri di Singapura gimana?"


"Gue mau beli apartemen. Ngga usah khawatir, urusan finansial udah terjamin."


"Lo ngga niat tinggal dan kuliah di Indonesia, gitu?"

Beloved NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang