[78]

269 42 2
                                    

Jalan keluar!

Kamu tak percaya apakah ini sungguh nyata.

Kamu memekik tertahan. Tangan Deev sudah siap membekapmu. Buru-buru kamu berhenti, membulatkan mulutmu, dan merendahkan suaramu. Setidaknya jangan sampai bergaung.

"Tahu? Bagaimana caranya?"

"Gampang. Aku kenal salah satu penjaga di sini. Dia dulu salah satu narasumber andalan pemerintah, tapi karena membocorkan rahasia nakal media ke publik, semua lalu lintas informasi dari dia dicabut pemerintah. Badannya dipasangi sensor sampai bertahun-tahun. Sampai sekarang, dia menjalani hukuman kerja paksa di sini. Kasihan ibunya. Sudahlah abangnya Jansen terbunuh dalam Battle of Charnell, sekarang dia...."

Battle of Charnell. Kamu mengingat-ingat materi propaganda sejarah Augariana yang dulu sering dibunyikan di sekolah, kampus, kemudian di tempat-tempat umum, ketika pemerintah tidak pernah merasa cukup.

"Lalu dia kenapa?"

"Dia itu penjaga pintu belakang."

Tanpa peta fasilitas, ditambah pengalaman burukmu yang tadi nyaris tersasar selamanya kalau tidak ditolong Archer, kamu sulit membayangkan berapa jauhkah pintu belakang dari tempat kalian berdiri sekarang.

"Jadi, kalau kita mau keluar lewat pintu belakang, bisa saja. Lebih bagus, malah, karena di situ tidak terlalu banyak penjaga. Prajurit topi bulu juga kurang suka berpatroli ke sana karena untuk ke sana kita harus melewati Kubah Iradiasi dan Kubus Pembalik, sehingga banyak yang takut. Mitos tempat ini memang...."

Kamu bertanya-tanya dari mana Deev mengetahui semua ini sementara ia dulu adalah anggota komitariat Humanitarian. Lalu bertanya apakah semua omongannya barusan itu akurat.

"...memang banyak sekali. Aku bingung benar atau tidaknya, tetapi aku.... Sebentar."

Ia mengingat-ingat. Berpikir keras.

"Kurasa dia mencari-cari sebuah peta. Dia butuh itu untuk menuntut nasibnya ke Mahkamah Kenegaraan. Setidaknya.... Setidaknya abangnya itu korban fitnah, dan dia itu korban yang belum diadili saja sudah dihukum kerja paksa."

Peta.

Kamu mengingat-ingat peta apa sajakah yang pernah muncul dalam petualanganmu sejauh ini.

"Kamu pernah lihat peta semacam itu? Namanya Eidetiker Kepler. Dulu.... Aku tidak ingat, sih. Tapi sepertinya, peta itu bukan benar-benar peta. Bentuknya piramida, ditumpuk di atas kubus."

Kalian berkelana lewat lorong. Entah bagaimana, Deev tak pernah salah belok. Sepertinya ia sudah hafal seluk beluk jalanan di dalam fasilitas Veritaject, meskipun ia bukan bagian dari mereka.

Atau, mungkinkah dulu Deev ini anggota komitariat Veritaject, tetapi ia rahasiakan itu darimu?

Sebuah lorong terbuka di ujung, menandakan ada pintu. Atau setidaknya ada penghubung antara fasilitas ini dengan dunia luar. Kamu belum lagi sempat membuka-buka ransel dan mencari peta yang tadi dibicarakan Deev, tetapi Deev bersikeras mengajakmu ke sana. Benar saja. Di depan pintu, tampak seorang penjaga bertopi bulu ayam. Tidak serimbun punya prajurit-prajurit kenegaraan, tetapi sudah cukup membuatmu kesulitan menilai mukanya dan melihat rambutnya.

Melihat kalian datang, penjaga itu bersiaga.

"Gustav, aku dan anak ini ingin keluar."

Kamu nyaris menepuk jidat melihat keterusterangan Deev. Ini semua terlalu cepat. Keterlaluan buru-burunya. Kamu bahkan belum tahu peta itu ada di kamu atau tidak!

"Tidak bisa, Kamerad Deev. Kita harus...."

Usai menyelidiki sekitar dan tak menemukan sosok lain, tanpa menunggu, Deev menggosokkan ujung telunjuk dan ujung ibu jarinya, lalu mengedip ke arah Gustav. Ekspresi pemuda itu berubah drastis. Ia melunak, tetapi tetap menjaga jarak.

"Dia punya peta yang kamu cari," ujar Deev seraya mengarahkan jempol sebelahnya ke arahmu.

Kamu tak bisa menunda lagi. Buka ranselmu, dan cari peta itu.

Sekarang.


Kalau sebelum ini kamu pernah menemukan peta bernama "Eidetiker Kepler" (bergambar piramida dan kubus yang ditumpuk), perlihatkan ke Gustav di [79], agar ia memberimu jalan.
Kalau belum pernah, pasrahkan nasibmu di [77].

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang