Chapter 5

32 6 0
                                    


Pagi yang sunyi di kamar Vickey. Si pemilik telah pergi meninggalkan ruang itu sejak dua puluh menit lalu.

Baiklah, kita tebak, dia pergi mencari Alesha ke rumah gadis itu. Tapi benarkah?

Tidak, dia tidak pergi ke rumah Alesha, dia malah sengaja pergi ke taman. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu, tapi yang jelas niatnya pergi adalah untuk menelusur taman dan melenyapkan bukti yang mungkin ada disana supaya polisi tidak dapat menemukan barang bukti dalam kasus pembunuhan ini.

Vickey berjalan di antara semak-semak yang menjalar tak keruan. Sesekali ia melirik kekanan dan kekiri kemudian tiarap untuk menghindari pengawasan polisi yang bertugas. 

Dan kita tahu bahwa niat buruk pasti memiliki resiko yang tidak baik.

"Hei, Nak!" seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Itu salah satu dari polisi yang tadi berkerumun di dekat lampu taman.

Vickey terperanjat. Kemudian dia berbalik demi melihat wajah garang si polisi muda tersebut. Kulit pucat laki-laki itu tampak memerah di bagian wajah. Rambut pirangnya yang sedikit panjang dibiarkan berantakan diterpa angin. Tangannya menggenggam sebuah topi polisi yang sengaja tidak ia kenakan.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" alis pemuda dengan nametag Gary Alyson itu tampak berkerut.

Vickey gugup, tak tahu harus menjawab apa. Dan sesegera mungkin ia mencari alasan, "Hanya mencari angin segar. Dan apa yang dilakukan seorang polisi muda di tengah taman dan udara dingin seperti ini?"

"Hei, harusnya kau tahu jika baru saja ada kasus pembunuhan disini? Ngomong-ngomong ini sudah memasuki bulan Desember, mungkin musim dingin akan segera tiba." polisi itu melipat tangan, mungkin dia kedinginan.

Nafas Vickey semakin memburu, "Aku harus pergi." ucapnya kemudian berlalu meninggalkan lelaki berambut pirang itu.

Gary mengedikkan bahunya, gadis yang aneh.

Kaki Vickey melangkah menuju gerbang utama taman itu, tapi langkahnya terhenti setelah menyadari puluhan manusia berseragam polisi sibuk berjaga.

"Apa yang telah kulakukan?" dia mendesah pelan. Rasa sesak menjalar dari hatinya. Dugaan-dugaan akan terungkapnya kasus ini kembali mengganggu pikiran Vickey.


"Aku harus beri tahu Alesha tentang segala perbuatanku pada Amber, apapun yang terjadi." Gumamnya, kemudian berlari menerobos orang-orang itu, juga garis polisi.

Kerumunan itu menatap curiga kearah Vickey, "Mungkinkah dia pembunuhnya?" ucap seorang polisi berperut bulat, matanya memicing tajam pada Vickey yang tengah berlari.

"Tapi apa yang ia lakukan disini?" kata seorang lagi, dia tidak mengenakan seragam polisi tapi jelas-jelas memiliki postur seorang polisi. Satu poin penting, dia botak.

Si polisi gemuk itu menatap mata bulat rekan dialognya, "Tebakanku, dia ingin melenyapkan barang bukti."

Si botak melirik punggung Vickey yang tampak memasuki sebuah mobil hitam di seberang jalan, "Itu bisa terjadi, kita tunggu saja. Apakah dia akan kembali atau tidak..."

Vickey tiba di depan gerbang rumah Alesha yang terkunci. Matanya menyorotkan tatapan bingung, Alesha tidak pernah mengunci gerbang di siang hari, apakah dia sedang pergi? Tapi kenapa rumahnya begitu sepi? Dan dimana penjaga rumahnya?

Tak berapa lama seekor anjing siberian husky menghampirinya. Anjing berbulu putih itu tidak pernah ada disini sebelumnya, dan ini semakin membuat Vickey merasa bingung.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Jan 01, 2018 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

The Friend Is Never ThereTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon